8.

32.1K 3.8K 135
                                    

Heyy...






Fabio keluar dari kamar ketika mendengar suara langkah kaki. Dia menelisik sekitarnya. Alisnya terangkat melihat banyaknya pria berbaju hitam yang berdiri di setiap ujung rumahnya.

Dia berjalan  mengabaikan mereka semua. Ruang tamu, bahkan teras rumah pun ada. Dia terus berjalan ke depan dan mendapati Darius yang sedang menyiram tanaman peninggalan ibunya yang selalu dia urus.

Dia mendekati 'abangnya' lalu berdiri tepat di sebelahnya. "Bunganya cantik ya," ujarnya.

Darius menoleh sebentar lalu tersenyum, "Iya.. Mereka tumbuh dengan baik."

"Abang sedang apa disini?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Darius.

"Menjemputmu."

Satu kata yang membuat Fabio terkekeh. "Aku menolak."

"Haha.. Sudah aku duga."

Yah Darius memang sudah menduganya dari awal dia menemukan titik terang dimana adiknya berada. Dia juga tak ingin memaksa adiknya mengingat bagaimana sifat sang adik yang berubah drastis.

Darius seolah melihat adiknya dengan versi berbeda. Seolah adiknya di rasuki oleh jiwa yang lain.

Adiknya yang selalu mencari perhatian, adiknya yang selalu haus akan kasih sayang.. Tergantikan oleh adik yang cuek dan acuh. Sang adik yang seolah tidak peduli lagi dengan keluarganya.

Seolah menunggu momentum pas untuk pergi dari mansion megahnya.

"Kenapa?"Darius bertanya untuk basa basi.

"Aku.. Tidak butuh orang tua yang main tangan. Aku tidak butuh orang tua yang pilih kasih, dan aku tidak butuh orang tua yang gampang emosi. Apa itu jawaban yang memuaskan mu?" jawab Fabio. Dia menatap lekat kakaknya yang menatap dirinya.

"Bagaimana kamu mendapatkan uang Gio?"

Fabio tersenyum ketus, "Hidup sebagai 'Sergio' aku tidak pernah bergantung pada siapapun. Dan aku hidup tanpa di biayai. Aku hidup dengan tabungan yang aku dapat dari kerja kerasku." Fabio tidak tau, dari mana uang yang d miliki oleh Sergio. Yang pasti uang itu tersimpan apik di penyimpanan.

Darius bungkam. Memang sejak dulu, adiknya Sergio tak pernah di beri uang yang melimpah. Adiknya itu hanya diberi uang ketika berangkat sekolah itu pun jarang.

Dia sebagai abangnya pun tidak pernah memberi. Dia menyesal.

Dia menyesal setelah sang adik mulai mundur dan menjauh darinya.

"Abang minta maaf. Kembali ya.. Abang janji,kamu akan baik-baik saja," bujuk Darius. Ini terakhir kalinya.  Jika adik nya tak mau ia tak akan lagi memaksa.

"Kata yang bagus bang. Nyatanya abang tidak ada ketika aku disakiti."  Hati Darius merasa tersentil akan itu.

"Aku benci seseorang yang memberi harapan tetapi tidak ada ketika orang yang di janjikan sedang di masa sulit dan mengharapkan sebuah harapan, tetapi yang memberi hanya memberikan omongan palsu."

Darius mendekati adiknya, dia memegang kedua tangan sang adik dengan lembut. "Maaf. Abang minta maaf Gio. Abang harus apa agar kamu mau memaafkan abang?"

"Aku tidak tahu."

"Abang mohon Gio. Abang akan lakukan apapun untukmu. Abang akan berdiam disisi mu dan tak akan meninggalkan kamu," mohon Darius.

Tawa Fabio meledak. Sungguh, mendengar langsung kata kata seperti itu membuat dirinya ingin muntah. "Romantisnya~"

.

Dirumah sakit Eve merengek minta pulang. Dia juga merengek karena merasakan sakit semua.

"Sabar dek, tunggu dokter yah." kata itu berkali kali di lontar kan oleh Matteo. Aslinya dirinya sangatlah lelah. Adiknya inu terus merengek ini itu yang membuat dirinya lesu.

"Tapi bang, Eve bosan abang! Badan Eve sakit semua!"

Matteo menghela nafas, "Iya abang tau. Sabar yah. Sebentar lagi okay," bujuk Matteo.

Eve mengerucutkan bibirnya, "Bang Darius juga kemana. Kok ga jenguk Eve sih!" kesalnya.

Matteo mengelus rambut Eve, "Dia sedang sibuk dengan pekerjaannya dek."  Eve mangut saja.

"Lalu bang Gio?"

"Dia sedang di masa hukuman," ujar Matteo.

Eve? Tentu saja dia senang bukan main. Tak sia sia dirinya melukai diri sendiri dan mengatakan jika semua ini terjadi karena abangnya itu.

Eve menundukkan kepalanya, "Bang Gio kenapa ya bang? Apa dia benci Eve?" ujarnya sendu.

Matteo memegang dagu Eve dan mengangkatnya, "Jangan pikirkan hal lain. Saat ini pikirkan saja kesembuhan kamu okay?"

Eve mengangguk lemah meski dalam hati dia berteriak kesal lantaran Matteo yang tak merespon sesuai dengan apa yang dia pikirkan.

"Bang Darius juga akhir-akhir ini juga berubah. Dia sering bersikap kasar pada Eve. Apa itu karena bang Gio juga?" tanya Eve. Dia tak putus asa ingin memojokkan abangnya 'Sergio'

Matteo lelah, sungguh!

"Eve.. Bisa kamu sedikit tidak memikirkan hal lain untuk saat ini? Pikirkan kesembuhan kamu."

"Tapi bang-"

"KAU TULI!" Teriak Matteo spontan. Eve sampai kaget di buatnya.

Bukannya meminta maaf, Matteo malah keluar menghiraukan panggilan Eve.


***

"Dimana dia?" tanya Archer dingin.

Dia menatap tajam bawahannya, "DIMANA DIA SIALAN!" sergahnya.

"A-ampun tuan. Tuan muda Sergio telah hilang sejak tadi malam." pengawal tersebut menjawab dengan tubuh yang bergetar.

"Apa!" Archer menarik kerah pengawal itu, "Bagaimana hsia dia sampai hilang? Aku membayar kalian untuk menjaga seluruh keluargaku bajingan!"

Bugh

"Dasar tidak becus!" Archer terus memukul pengawal itu hingga babak belur.

"Kemana putra sulungku?" tanyanya pada pengawal yang lain.

"Tuan muda Darius tengah mencari keberadaan tuan muda Sergio tuan. Beliau mengatakan jika akan kembali kemari ketika sudah menemukan tuan muda Sergio."

Archer mengacak rambutnya frustasi. Dia seperti tidak mengetahui apapun. Dia seperti ketinggalan sesuatu.

Tadi malam dia merasa bersalah karena telah melukai putra ketiganya. Dia tak habis fikir dengan tindakannya tersebut.

Dia pergi ke kamar sang putra dan ingin meminta maaf. Tetapi yang ia dapati adalah kamar kosong yang tak menampakkan putranya dimanapun.




















Typo? Tandai...

Thanks.



Tbc.

Fabio To Sergio [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang