Bagian 7

6 1 0
                                    

...

Sore hari sepulang dari bekerja, Abella menyempatkan diri mampir ke sebuah kedai makanan disebrang Yayasan.

Kedai berlantai satu itu bukan kedai biasa, memang dari luar terlihat seperti kedai makan biasa, menyajikan makanan dan minuman yang dijual dengan normal seperti kedai pada umumnya, tapi yang orang tidak tahu, jauh masuk didalam kedai, terdapat beberapa hal yang tidak akan pernah terbayangkan oleh orang-orang.

Banyak hal yang membuat siapapun tidak bisa masuk dan keluar sembarangan. Terdapat banyak ruangan yang terlihat seperti labirin, lorong-lorong panjang dengan lampu temaram, terdapat pula ruang-ruang rahasia yang sangat luas dan canggih.

Dibeberapa ruangan terisi beberapa orang dengan kegiatan yang berbeda-beda. Ada ruangan seperti area tinju atau berkelahi, area yang dipenuhi komputer-komputer, serta area menembak dan beberapa area lainnya.

Begitu masuk ke dalam kedai, Abella langsung disambut oleh seorang bartender yang bertugas disana.

"Hai Abella, how's day?" tanya seorang laki-laki berseragam bartender yang juga teman Abella.

"Good, and you?"

"Still alive." Jawab sang laki-laki kemudian tersenyum dan memberikan sebuah Access Card berwarna hitam kepada Abella.

"Thank You." Abella menggambil Access Card itu dan segera berjalan menuju sebuah pintu yang ternyata masuk ke area kitchen. Beberapa orang menyapanya bersamaan dibalas sapaan pula oleh Abella.

Berjalan melewati dapur, hingga Abella sampai pada sebuah pintu berwarna coklat kayu, saat dibuka ternyata terdapat sebuah lift dan ia pun membukanya, saat sudah masuk ia menekan angka 5, kemudian terdengar suara "access card needed." Abella menempelkan Accsess Card yang ia bawa ke arah Tap Area disamping tombol dipintu lift.

 "Access Allowed. Welcome back Miss Abella."

"welcome back Red Eyes." Jawab Abella pada suara tersebut.

Kedai itu jika terlihat dari luar memang hanya sebuah bangunan satu lantai biasa, tapi ternyata memiliki sebuah lift yang bisa membawa turun ke lantai lima. Turun? iya, Turun mencengkram kebawah. 

Red Eyes adalah teknologi dari Super Computer yang memang dibuat untuk membantu semua yang bekerja didalam kedai itu. Kedai itu merupakan sebuah markas dari organisasi rahasia milih pemerintah, yang bertujuan untuk membangun sistem keamanan di negara. Bekerja secara under ground, sunyi dan senyap. Hanya beberapa petinggi-petinggi penting di militer serta presiden saja yang tahu akan organisasi ini.

Selebihnya tidak ada yang tahu dan boleh tahu.

Bagaimana Abella bisa tahu tentang organisasi ini, padahal dia buka orang dari pemerintahan bahkan militer. Dia hanya seorang manager di sebuah Yayasan. Tapi dia tahu dan mempunyai akses pada organisasi itu? Aneh.

"Bagaimana? You in?" tanya seorang laki-laki paruh bayah pada Abella yang baru saja memasuki suatu ruangan dengan beberapa orang yang seakan sedang berkumpul membahas sesuatu.

"Yes, Im in sir." Jawab Abella kemudian ikut berkumpul.

"Okey, next mission. Kali ini Abella yang akan turun tangan langsung, selain Abella aku juga akan menurunkan 2 orang lagi untuk membantumu, kalian akan bekerja sama disana. Ingat, ini misi kamu Abella."

"Oh iya, kamu akan bertemu kedua orang itu saat sudah sampai di basecamp perbatasan, mereka akan datang dengan kode Elang, dan kamu akan menjawab dengan kode Ular." Jelas seorang pria paruhbaya berseragam loreng dengan bintang di pundaknya. Kemudian diangguki oleh Abella.

"Yes sir." jawab Abella singkat.

"Kalau kamu sudah mengerti, kamu boleh pergi." ucap Pria paruh baya ber name tag Ardika Wijaya Kusuma, yang ternyata adalah seorang panglima tinggi militer.

"Siap, Laksanakan." jawab Abella yang diakhiri dengan melakukan penghormatan kemudian keluar dari ruangan tersebut.


Ruang tamu, 20.00 WIB

"Ayah bulan depan Abella akan ke Jepang, boleh?" tanya Abella membuka percakapan dengan sang ayah yang sedang membaca koran diruang tamu.

"Ngapain?" tanya sang ayah.

"Liburan yah, kan kemarin Abella udah berhasil bantu ayah naikin profit perusahaan, bukannya proposal yang Abella saranin kemaren di approved sama klien ayah.." jelas Abella.

Yah memang beberapa waktu lalu Abella membantu Irfan untuk mengurusi proposal perusahaan yang akan diajukan kepada klien ayahnya dan ternyata di approved. Hal itu juga yang akhirnya dapat membuat perusahaan ayahnya bisa melebarkan sayapnya dipasar Eropa.

"Haha dasar kamu ya, selalu ada maunnya..."

"Baiklah, kali ini ayah ijinkan, itung-itung sebagai bayaran dan ucapan terimaksih ayah sama kamu karna sudah bantuin ayah." Jawab Irfan sambil terkekeh, ia tahu putrinya sudah bekerja keras membantunya selama ini, sebenarnya walaupun putrinya itu tidak membantunya sekalipun ia pasti bisa menyelesaikannya sendiri, tapi ia percaya Abella dan membiarkan Abella menyelesaikan proposal perusahaannya. 

Dan berhasil, ia sangat bangga pada putrinya itu.

"Yesssss Terimakasih Ayahnya Abella sayang." Ucap Abella sambil berhamburan memeluk sang Ayah.

Hahaha, mereka berdua tertawa bersama sambil berbincang-bincang banyak hal. Mereka terlihat sangat bahagia bersama, seorang Ayah yang sangat menyayangi putrinya, begitu juga sebaliknya.



:)...

LullabyWhere stories live. Discover now