Bagian 2

7 1 0
                                    

...

"Tapi mas," belum sempat ibu menyelesaikan kalimatnya, sayup-sayup terdengar suara seperti segerombolan orang sedang mendekat, aku bisa mendengar teraikan mereka dari jauh, "Temukan mereka!!! mereka pasti belum jauh..." dan saat itu juga pun ayahku langsung menyuruh ibuku pergi, dengan sedikit sentakan, ayah memaksa ibu pergi. "Kumohon Ana. Kumohon." Ya, kalimat permohonan ayahku itu kembali terucapkan, frustasi. Dan kali ini kudengar ibu akhirnya mengatakan "Baiklah mas, tapi janji sama aku kalau kamu akan kembali, aku dan Abella akan menunggumu. Berjanjilah." Mohon ibuku kemudian. "Iya, mas janji, mas akan kembali, tunggulah. Terimakasih Iriana, aku mencintaimu." Janji ayahku pada ibuku sembari mengecup dahi ibuku dan dahiku secara bergantian. "Jaga ibumu baik-baik ya Abellanya ayah, Ayah sayang sama Abella dan Ibuk. Ayah sayang kalian." kalimat terakhir yang aku dengar dari dari ayah kala itu.

 Aku mengiyakan dan tersenyum pada ayahku. Kamu berpelukan singkat sampai akhirnya ayah beranjak pergi, yang aku tahu ayah malah pergi ke arah dimana suara-suara teriakan tadi terdengar, sedangkan ibu, ibu membawaku dalam gendongannya, berlari menjauh dari ayah. Kulihat sekilas ayah sempat melihat kearah kami, dapat kulihat wajah lega tapi juga sedih yang ayah tunjukkan, sampai akhirnya tubuh ayahku tak terlihat lagi seiring semakin menjauh ibu berlari menggedongku.

Entah sudah berapa lama ibu menggendongku berlari, sampai akhirnya kami tiba dipinggir jalan beraspal, ibu sempat mencari-cari sesatu, sampai akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang terparkir disisi kiri jalan, persis seperti yang ayahku katakan. Ibu bergegas berlari kearah mobil itu, membuka pintu dan menempatkannku di kursi penumpang, setelah memasangkan seatbelt padaku, ibu berlari kearah pintu samping kekursi kemudi, ibu membuka beberapa dasbord di mobil untuk mencari sesuatu, saat kemudian menemukan sebuah kunci, mainan tembak-tembakanku dan pistol, ibu mengeluarkan ketiganyanya dan bergegas untuk pergi, tak lupa memberikan mainan pistol-pistolanku kepadaku, yah itu memang mainan kesukaanku.

 "Abella sayang, ibu boleh minta tolong ya, kamu jaga mainan kamu baik-baik ya sayang, jangan sampai hilang okey(?)." pinta ibu lembut padaku.

Aku menjawab "Okey ibu, Abella akan jaga ini." Kulihat seutas senyum yang ibuku berikan padaku, hingga kemudian saat akan menghidupkan mesin mobil, terdengar suara tembakan dari arah dalam hutan, tempat dimana ayahku berada. Aku dan ibu sama-sama kaget, reflek aku berucap "Ayah....".

Kulihat wajah ibuku sangat menegang, sangat terlihat gurat wajahnya yang tidak bisa aku deskripsikan. Saat itu juga ibu langsung buru-buru menghidupkan dan menjalankan mobilnya, dapat kulihat ibuku sangat berantakan, air matanya mengalir takala kulihat raut wajahnya menahan tangisan yang akan keluar. Aku tahu ibuku menahan tangis, entah kenapa aku seperti merasakan apa yang ibu rasakan, aku takut terjadi apa-apa dengan ayah, suara tembakan tadi seakan menegaskan sesuatu, dan ibu pasti tahu apa yang terjadi.


.....

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang