Bagian 5

3 1 0
                                    

...

Surabaya, 14 Januari 2019

Tring.... tring... tringggg....

Bunyi alarm jam beker yang lumayan kencang seakan menyentak seorang perempuan untuk bangun dari tidurnya. Bukan hanya bunyi dering alarm nya saja yang membangunkan tidurnya, tapi dibarengi juga dengan mimpi yang sudah 13 tahun ini selalu mengusiknya tak kala tidur, membuatnya tak bisa tidur nyenyak dan tenang.

"Ahh, mimpi itu lagi." Pikir perempuan itu, Abella. 

Sambil memaksakan bangun dari kasurnya, ia mengusap wajahnya yang cantik dengan sedikit kesal. Setelah cukup untuk mengembalikan kesadarannya, ia beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Selesai urusannya dikamar mandi, ia keluar dan berjalan menuju samping kasurnya untuk mengambil sajadah dan mukena yang memang ia simpan disana. Tok tok tok... pintu kamarnya diketuk.

"Iya sebentar Ayah," ia tahu itu adalah Ayahnya, memang kebiasaan mereka, saat subuhan ayah akan datang mengajak Abella untuk sholat berjamaah bersama.

Abella membuka pintu,

"Kan sudah Abell bilang Ayah, tidak perlu menjemput, Abel kan bisa turun sendiri." rengek Abella, bukan apa-apa, ia bisa turun sendiri, ia hanya tidak mau sang ayah harus repot-repot mendatanginya kekamar, apalagi harus susah payah naik tangga.

Abella kasihan pada Ayahnya. Yah, sejak kejadian 13 tahun lalu, kejadian yang sangat Abella takuti, kejadian yang membuat hidup keluarga mereka hancur, merenggut kaki ayahnya,membuat ayahnya memutuskan untuk meninggalkan dunia militer yang pernah sangat ia cintai dan banggakan dan membuat mereka harus kehilangan orang yang paling mereka cintai, Iriana Devi Dewangga, ibu Abella.

"Memangnya kenapa, Ayah suka kog, ayah mau jemput anak kesayangan Ayah mosok ndak boleh." Jawab Ayah dengan nada tengil seperti biasanya. Yah, aku suka saat ayah bersikap tengil seperti ini, setidaknya ayah tidak menunjukkan kesedihannya yang berlarut-larut setelah kepergian ibu.

"ihh ayah, ayo turun, pasti sudah ditunggu pakde Dul, mas Arif sama mbok Atik. Nanti pakde Dul ngomel-ngomel lagi deh pasti kalo telat." Ajakku pada ayah dan diiyakan oleh beliau.

Oiya, pakde Dul adalah penjaga sekaligus tukang kebun dirumahku, mas Arif anaknya, merupakan supir Ayahku, sedangkan mbok Atik adalah istri pakde Dul. 

Mbok Atiklah yang bertugas untuk memasak dan membersihkan rumahku, tentu dibantu pakde Dul dan mas Arif juga, terkadang aku juga ikut membantu memasak, karena aku juga suka memasak. Mereka adalah keluarga, yang memang sejak dulu saat ayah masih kecil sudah bekerja dengan keluarga ayah, tapi sejak kakek dan nenekku meninggal, ayah meminta Pakde Dul dan keluarganya untuk bekerja dengannya, sekalian membantu ayah menjagaku, dan Alhamdulillah pakde Dul dan keluarganya mau, mereka sangat baik, kami sudah seperti keluarga.


....

maaf masih berantakan :)

LullabyWhere stories live. Discover now