PUPUH 4

51 6 0
                                    

Keindahan fenomena diatas langit Candi Prambanan memanglah indah, bahkan terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Namun, saat Pandu, Raka, Dhafin dan Deta mengabadikan nya dengan ponsel mereka, hanya aku yang tertegun tak bisa bicara apapun kecuali aku merasakan sesuatu yang tak enak tengah terjadi didalam diriku.

Aku menatap langit dengan tatapan penasaran ku kearah langit. Aku bertanya-tanya kepada langit dan angkasa tentang apa yang sebenarnya akan terjadi berikutnya, namun seakan Tuhan menutupi apa yang akan terjadi dengan tirai yang sangat tebal, hingga aku tak mampu mencari tahu. Angin berhembus cukup kencang menerbangkan dedaunan kering dan pasir-pasir disekitar Candi. Aku bahan menutup mataku untuk melindunginya dari debu yang beterbangan. Topi yang dikenakan Deta pun turut terbang tertiup angin, beruntung Dhafin dengan cekatan segera mengambilnya. Dengan angin yang berhembus cukup kencang, membuatku semakin yakin bahwa ada sesuatu yang akan terjadi.

Aku tertegun diam seraya duduk di kursi terdekat sambil meremas kertas naskah drama. Walaupun aku sudah berusaha untuk meyakini diriku, semuanya akan baik-baik saja, tetap saja aku melihat langit yang terbelah seperti retakan bumi saat gempa, tak dapat membuatku merasa tenang sedikitpun. Melainkan tenang, aku merasa semakin yakin bahwa aku haruslah menyelamatkan Regina dan teman-teman ku dari tempat ini secepatnya sebelum sesuatu itu, benar-benar terjadi. Tanpa aku sadari, Pandu mengejutkan ku dan membuatku berteriak cukup kencang dan menarik perhatian Regina serta beberapa petugas yang berada di dekat belakang panggung.

"Pandu! kamu ini apa-apaan ?!" Bentak ku sambil memukul bahunya dengan gulungan kertas naskah drama.

Ia hanya tertawa mendengar suara teriakan ku yang sangat melengking. Sebenarnya, seluruh teman ku termasuk dengan Regina, tahu bahwa suara ku sangatlah melengking dan tinggi. Itu sebabnya, saat aku bergabung dengan paduan suara, aku dengan mudah masuk menjadi suara tinggi laki-laki atau yang dikenal dengan sebutan, Tenor. Namun, Pandu segera menyadari bahwa hal itu tidak membuatku senang, melainkan membuat ku semakin khawatir.

"Hey, Arga.. kamu baik-baik saja ?" Tanya Pandu seraya memegang bahu ku.

"Ti.. tidak, sebenarnya tidak.. lagipula, apa yang merasuki mu sampai mengejutkan ku seperti itu ?!" Jawab ku dengan kesal.

"Maafkan aku, aku pikir dirimu hanya sedang melamun.. namun, terlihat kamu sepertinya sedang tidak tenang.." Jawab Pandu diikuti dengan Raka, Dhafin dan deta yang turut duduk disekitar ku.

"Pandu, kamu keterlaluan.. kamu membuatnya takut!" Ucap Deta sambil sedikit tertawa.

"Hey, kamu bilang apa ? tidak! tak mungkin Arga takut dengan ku, ya kan ?" Tanya Pandu sambil tertawa kecil dan menatap ku.

"Tidak.. aku tak takut dengan Pandu, namun aku takut dengan apa yang akan terjadi kedepannya hari ini.. aku khawatir dengan apa yang kita lihat saat ini.. " Ucap ku sambil menatap langit yang kini warna nya semakin merah terang.

"Arga.. tenanglah.. semuanya akan baik-baik saja" Timpal Raka sambil meremas bahu ku.

"Benar, itu hanyalah fenomena alam saja.. percayalah, semuanya akan baik-baik saja.. aku yakin dan drama kita akan berjalan dengan baik" Tambah Dhafin.

"Tetap saja, apakah kalian tak merasakan apa yang aku rasakan ? apakah kalian tak merasa takut atau setidaknya gelisah ?" Tanya ku dengan panik.

"Tidak.. Arga, ini hanya sugesti mu saja.. tenanglah.. yakinlah, kita sudah mempersiapkan ini dengan sangat baik dan matang.. ku yakin, semuanya akan baik-baik saja.." Jawab Pandu berusaha terus menenangkan ku.

"Mungkin.. tapi aku tak dapat membohongi perasaan ku sendiri, aku benar-benar tak tenang bahkan takut.." Timpal ku sambil menatap Pandu, Dhafin, Raka dan juga Deta.

"Arga.. lihat aku, percayalah padaku.. semuanya akan baik-baik saja.. lihat aku ya, kamu selalu percaya dengan ku sejak awal kita berteman, sekarang percaya yaa.. semuanya akan baik-baik saja.." Timpal Deta dengan cepat menarik tangan ku untuk meyakinkan ku.

Walaupun Dhafin, Raka, Pandu dan Deta berusaha menenangkan ku dan meyakini bahwa semuanya baik-baik saja, tetap aku tak bisa berbohong bahwa aku sungguh tidak tenang bahkan sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi kedepannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Walaupun Dhafin, Raka, Pandu dan Deta berusaha menenangkan ku dan meyakini bahwa semuanya baik-baik saja, tetap aku tak bisa berbohong bahwa aku sungguh tidak tenang bahkan sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi kedepannya. Saat yang lainnya sibuk mencoba kostum, Regina keluar dari belakang panggung dan melihat ku tengah terduduk diam sambil menatap langit yang kini warna nya memudar menjadi keunguan mengikuti waktu yang berubah menuju senja.

"Hai, bolehkah aku duduk disini ?" Tanya Regina sambil terssenyum dan menatap ku.

"Oh.. Hai, tentu.. silahkan saja.." Jawab ku sambil balas tersenyum.

"Kamu kenapa Arga ? Pandu bilang kamu sedang memikirkan sesuatu, dan mendapatkan firasat yang buruk ?" Tanya Regina dan aku mengangguk.

"Lihatlah langit itu" Ucap ku sambil menunjuk langit diatas komplek Prambanan. "Tidak kah itu membuat mu merasakan sesuatu yang, membuat mu berpikir akan sesuatu yang buruk mungkin saja terjadi ?" Lanjut ku.

"Tentu.. tentu saja, bahkan saat Mira dan Alya mengatakan langit seakan terbelah, aku sudah merasakan hal yang tak nyaman.. begitupun, dengan pecahnya cermin emas di belakang panggung tak lama setelah kamu pergi mencari Pandu dan yang lainnya.." Jawab Regina.

"Regina, jujur aku sangat khawatir.. bisakah drama kita berjalan dengan baik ?" Tanya ku dengan suara ragu dan gemetar ku.

"Tentu saja! kamu sudah menguatkan ku siang ini, dan kamu juga yang memberikan ku keyakinan, mustahil jika aku tak yakin.. lihatlah persiapan kita, sudah sangat baik.. kita hanya perlu tampil, setelah itu kita bisa segera pergi berpesta untuk mengenang keindahan ini" Ucap Regina sambil memegang tangan ku. "Aku tahu, kamu sama takutnya dengan ku, Arga.. namun jangan sampai rasa takutmu itu membuat mu lupa dan yakin, bahwa kamu mampu melewati ini semua.." Lanjutnya sambil tersenyum.

Regina berdiri dan turut menarik ku untuk berdiri, tak lama setelahnya ia memeluk ku dengan erat dan ia tertawa kecil.

"Apa yang lucu ?" Tanya ku.

"Lucu saja, ketua kelompok memeluk penulis naskah saat ia takut, namun saat ia kesal, ia memarahinya.." Jawab Regina dan itu membuat ku tertawa kecil.

"Ya, memang lucu.. terimakasih ya, sudah membuat ku tenang dan yakin lagi.. mari kita selesaikan ini, aku akan selalu bersama mu.. disampingmu.. aku janji" Ucap ku sambil balas memeluknya, dan Regina tersenyum manis kepada ku setelah ia melepaskan pelukannya itu.

Walaupun pelukan itu sangatlah bermakna bahkan terasa sangat istimewa, aku merasakan sesuatu yang membuat ku tenang walau satu pikiran yang tetap ada saat ini ialah..

Takut.

👑PRAMBANAN👑Where stories live. Discover now