02.

2.4K 175 1
                                    

Yunho melempar gelas di depannya hingga hancur. Dia merebahkan badannya lagi di kursi kerjanya sambil berusaha menenangkan diri. Emosinya belum reda meskipun Jaejong telah pergi. Dia tidak berharap Jaejong melakukan itu padanya. Hamil? Jangan bercanda. Mana mungkin seorang pria hamil. Yunho sangat kecewa. Jaejong bahkan memilih cara yang paling konyol untuk memerasnya.

Sebelumnya dia benar-benar mengganggap Jaejong berbeda dari pelacur yang lain. Hanya dengan Jaejong, Yunho mendapatkan kenyamanan yang belum pernah dia rasakan. Sejak bersama Jaejong pun Yunho seperti tidak tertarik lagi dengan wanita atau pria lainnya. Itu sebabnya dia diam-diam selalu mendatangi Jaejong. Pertemuan pertamanya memang kecelakaan, tetapi pertemuan-pertemuan setelahnya dia lakukan dengan sadar.

Yunho selalu menyembunyikan dirinya ketika mendatangi Jajeong, karena tidak ingin dikenali oleh siapapun. Media pasti senang mendapat kabar seorang CEO perusahaan besar adalah seorang gay dan terlihat bermain di kawasan pelacuran murah. Tapi Yunho tidak dapat menahan keinginannya untuk memeluk Jaejong. Apalagi saat dia merasa penat. Sehingga dia melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, bahkan menghindari hotel atau tempat lainnya untuk bercinta. Terlalu banyak mata melihat.

Dia sangat senang ketika Jajeong menawarkan kamarnya. Setidaknya mereka bisa bercinta dengan lebih nyaman tanpa mengenal waktu. Salah satu favoritnya adalah melihat Jaejong bangun dalam pelukannya. Dia menyukai aroma tubuh Jaejong yang menenangkan, bibir lembut Jaejong yang manis, kulitnya yang putih bersih, lubangnya yang sempit, surainya yang lembut, semuanya, dia menyukai semua yang Jaejong miliki.

Yunho tidak membiarkan Jaejong mengetahui terlalu banyak tentang dirinya, dan dia senang Jaejong memahami itu, Jaejong tidak pernah menuntutnya lebih, kecuali hari ini.. Beberapa waktu belakangan ini Yunho memang tidak sempat menemui Jaejong karena sangat sibuk dengan beberapa proyek besar. Dia sebenarnya sangat merindukan Jaejong, tapi rasa kecewanya telah mengalahkan kerinduan yang dia simpan. Temperamennya memang buruk sejak lahir, dan hari ini emosinya dengan mudah tersulut oleh sebuah pesan singkat dari Jaejong.

Dan sekali lagi, Yunho memporak-porandakan meja kerjanya sambil berteriak marah untuk melampiaskan emosi yang tidak kunjung reda.


------

Jajeong terbangun di sebuah kamar rumah sakit dengan selang infus di tangannya. Dia tidak tahu bagaimana bisa sampai kemari. Dia hanya ingat meminta tolong dengan lirih kepada siapa pun sampai semuanya terlihat gelap.

Jajeong meraba perutnya yang sekarang masih terasa nyeri, lalu mulai menangis terisak. Dia menutup matanya sambil meraung menyesali apa yang telah dia perbuat. Jika Jaejong tahu Yunho tidak akan bisa menerima kehamilannya, dia tidak akan datang ke sana. Sekarang dia telah kehilangan bayinya, Jaejong merasa sangat bersalah, dia sangat menyesal.. bayi itu tidak bersalah.. Tangisnya semakin keras hingga beberapa perawat dan dokter bergegas datang ke kamarnya.

"Tuan! Tuan! Tenangkan dirimu!"

Jajeong seakan menjadi tuli.
Dia mulai meronta saat beberapa orang memegangi tubuhnya untuk tenang.

"Tuan! Jika anda tidak bisa tenang aku terpaksa memberi anda obat penenang. Anda belum boleh banyak bergerak, tidak baik untuk kandungan anda!"

Jajeong tersentak mendengarnya. Tubuhnya mulai melemas. Air matanya masih mengalir, dan dengan suara tercekat dia memberanikan diri bertanya.

"..dia...baik-baik saja..?"

"Yah...tidak bisa dikatakan baik-baik saja, tapi masih bisa diselamatkan, kami masih harus memantaunya untuk beberapa hari ke depan. Tuan, anda benar-benar kasus spesial di Rumah Sakit kami. Kami berharap anda dapat bekerjasama untuk menyelamatkan bayi ini. Karena bayi ini, mungkin akan menjadi yang pertama di negara kita."

Deep RegretWhere stories live. Discover now