1.

58.3K 4.6K 398
                                    

Welcome to my story..











Seperti biasa Fabio bangun jam 6 pagi. Dirinya masih menggeliat di kasur empuk yang selalu menjadi teman tidurnya.

Setelah puas, Fabio pun beranjak pergi ke kamar mandi. Mencuci muka, sikat gigi lalu berkukur-kumur.

Tak lupa dia memakai krim pelembab dan sunscren di wajahnya.

Fabio menatap wajah nya di cermin. Dia mengelus wajahnya sendiri lalu keluar dari kamar mandi.

Melihat betapa luasnya kamarnya saat ini, Fabio pun terdiam. Kedua matanya terfokus pada tempat tidur yang terdapat banyak obat.

Dia berjalan ke arah pintu kaca yang terpampang banyaknya baju.

Fabio berjalan ke walk in closer. Dia menggunakan seragam yang tergantung apik di salah satu lemari. Belasan seragam yang berjejer apik, dengan warna yang sama.

Dia mengambil satu lalu memakai asal dan setelahnya pergi keluar.

Dia berjalan ke arah pintu keluar, dimana di depan ada 2 bodyguard yang berdiri tegap.

Saat melihat Fabio lewat, Bodyguard tersebut menunduk sopan. Fabio hanya melewatinya.

Fabio turun melewati tangga. Dia melihat kebawah, sepertinya kamar itu terletak di lantai 3.

Pemuda 15 tahun itu melangkah menuruni satu persatu anak tangga.

Ruangan luas dengan interior yang mewah dengan harga yang fantastis.

Fabio melanjutkan langkahnya ke meja makan yang sudah di isi beberapa orang. Semua orang menatap dirinya, Fabio juga menatap mereka.

Lama berhadapan, Fabio pun duduk di kursi kosong.

Sementara semua orang di meja itu.. Menatap Fabio heran. Tetapi tertutupi oleh wajah datar mereka.

"Makan. Jangan ada yang bersuara."

Dengan begitu, mereka melakukan sarapan pagi setelah sang kepala keluarg.. Archer Lucifer, memerintahkan mereka untuk makan.

Dentingan sendok yang beradu. Semua orang yang bungkam. Bodyguard yang berdiri tak jauh, serta maid yang seperti siap siaga jika sang tuan menginginkan sesuatu, sudah biasa terjadi.

Sang kepala keluarga tidak menyukai percakapan saat makan.

Beberapa menit berlalu. Mereka semua selesai dengan sarapannya.

Fabio pun mengelap mulutnya dengan kain yang sudah di siapkan. Lalu menatap satu persatu semua orang. Dengan rasa penasaran nya yang tinggi dia bertanya, "Siapa aku?"

Pertanyaan itu membuat semua yang ada disana menatap Fabio aneh.

"Melupakan namamu?" tanya di putra sulung, Darius Ericson.

Fabio mengangguk, "Ingatanku seperti beradu."

"Apa yang kau lakukan sebelum tidur?" tanya putra kedua, Matteo Bence.

Fabio menggeleng, "Tidak tau, tetapi ada obat yang berserakan disana."

"Kau mengkonsumsi obat?"

Fabio kembali menggeleng, " Aku tidak tau. Tapi.. Apa aku sedang berhalusinasi.. Kalian tampak asing."

"Tidak boleh seperti itu abang. Kenapa kamu mengkonsumsi obat. Itu tidak baik untuk tubuhmu, mau seberapa jauh abang ingin mendapatkan perhatian kami?" sahut seorang gadis. Putri bungsu keluarga Lucifer, Evelyn Claire.

Fabio tidak menjawab, dia meminum air putih, sebab kerongkongannya terasa kering.

"Jawab ketika Eve bertanya bang. Tidak sopan jika mengabaikan pertanyaan orang lain, ya kan pa?" ujarnya dan menoleh ke arah sang papa.

"Hm."

Fabio diam. Dia pun beranjak pergi. Tujuan nya saat ini adalah keluar dari rumah asing ini.

Pantas saja kasurnya terasa sangat nyaman. Ternyata.. Itu bukanlah tempat tidurnya.

"Abang mau kemana? Eve belum selesai berbicara!" ucap Eve sedikit berteriak karena Fabio yang mulai menjauh.

Setelah sempat kesasar, Fabio menemukan pintu utama. Dia pun melangkahkan kakinya keluar. Tetapi tangannya di cekal oleh orang yang berada di meja makan tadi.

"Ada apa?" tanyanya.

"Mau kemana?"

"Pulang."

"Pulang kemana?"

"Rumahku."

Darius mengeraskan rahangnya, "Rumahmu disini Sergio!"

Fabio mengernyitkan alisnya, "Sergio?"

"Ya Sergio, Sergio Sky Lucifer."

Fabio menggelengkan kepalanya, "Itu bukan namaku. Namaku Fabio, hanya Fabio."

Darius pun mencengkram dagu adiknya, "Jangan bermain-main Gio!"

Fabio tidak merasa takut, dia menatap manik yang menatapnya tajam, " Sungguh namaku Fabio. Aku harus pulang kerumah."

"Aku sedang berhalusinasi. Keluarga Lucifer tidak memiliki putra yang bernama Sergio. Itu yang aku tau di publik." anak itu melepas paksa cengkraman Darius.

Darius mencoba menetralkan nafasnya, "Kau memang belum di kenalkan di publik."

Fabio menatap Darius bingung.

Sedari tadi dia bingung. Bagaimana bisa dia terbangun di kamar yang mewah, memiliki wajah yang berbeda. Wajah yang terlihat manis, halus dan lembut.

Dia kenal keluarga ini, keluarga Lucifer yang terkenal sebagai pengusaha sukses, keluarga terkaya, serta keluarga yang kejam dan arogan.

Keluarga yang setiap harinya ada di berita, koran dan majalah. Tidak ada satupun dari sumber informasi yang tak membahas keluarga ini.

Dan yang dia tau, Sergio.. Tidak pernah ada dalam berita manapun yang menyangkut keluarga Lucifer.

Mendadak, kepalanya pusing. "Akh." dia mencengkram kuat kepalanya.

Dia akan terjatuh,tetapi Darius lebih dulu menangkap tubuh adiknya.

"Tidak. Ini bukan rumahku. Aku ingin pulang," lirihnya sebelum ia tak sadarkan diri.

Darius mengangkat Fabio. "Perketat keamanan di sekitar Sergio. Jangan sampai anak ini melakukan hal aneh. Pasang cctv tambahan," tegas Darius memberikan perintah pada bawahannya.

"Bang kenapa Gio?" tanya Eve. Dia sudah siap untuk berangkat.

"Dia pingsan," jawab Darius seadanya.

Eve mendengus, "Alah, paling cuma caper bang. Mending abang kasih dia ke pengawal, dan antar Eve ke sekolah."

"Bersama Matteo."

Eve menggeleng ribut, "Tidak mau! Aku mau sama abang Darius!"

Darius mengabaikan Eve, dia melanjutkan langkahnya yang tertunda.

"Abang!" Eve kesal, dia pun terisak.

Gadis itu berbalik dan memeluk papanya. "Hiks papa, abang sudah tidak sayang lagi sama Eve," adunya.




















Lanjut??



Fabio To Sergio [ Terbit ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें