"Yaitulah."

"Waah, beneran? Bang Hali ngirim Fang demi nemenin aku?? ahaha, ternyata abis nikah masih ada juga tsun tsun-nya!"

"Itu bukan tsun tsun, tapi cupu."

"Yahaha, kena tikung."

"... Bacot."

Duh, mengetahui lelaki itu langsung tutup mulut—Duri langsung nyengir nyengir meminta maaf.

Sebenarnya Fang masih sensi tentang mantannya sendiri yang kini bersama Saudaranya Duri itu. Iya, tapi mau bagaimana lagi. Apalagi, Fang sampai sakit tiga hari tiga malam sampai tidak datang ke undangan mereka. Tapi setidaknya, hubungan mereka tak seperti musuh, hanya rival belaka.

Lelaki bermanik ke-unguan itu melirik ke arah lain, seperti kamar Duri yang ia tempati sekarang. Tak banyak berubah, lalu selisih bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu.

"Btw, lu tadi nyanyi Cupid, ya?"

"Hehe, iya."

"Ga salah sih, emang relatable ama lu."

"Bisa nggak, gausah di perjelas?" lirik tajam ke arahnya tepat, sambil tersenyum mengerikan.

"Padahal lu pernah HTS, apa nggak dilamar aja?"

"Ih, itu duluu! udah lama banget, udah dua tahunan kemaren! aneh, masa tiba tiba ngajak lamaran? bisa aja dia lupa sama aku kali."

"Itu kan dari pandangan lo aja, buktinya lo gak lupa, kan?"

"Hmm, iya juga, ya. [Name], maksudnya?"

"Nah, ntu inget. Waduh, gamon?"

"Kita cuma temen!"

Aduh, ketika mengatakan hal tersebut rasanya ada yang nancep di diri Duri. Paku tembus pandang, langsung tepat sasaran. Walau lawan bicaranya hanya tersenyum alih alih mengejeknya.

"Pfftt—yaa, gue masih ada kontaknya. Mau?"

"Uh.. nggak, makasih. Kita.. uhm, masih kontakan."

"LO ITU GAMON APA GIMANA ANJIR???"

"APA SALAHNYA CUMA TEMEN??"

"GAK! KELAMAAN ANJIR HTS AMPE SEKARANG. BURU, GIH!"

"Loh, loh, ngapain?"

Fang langsung saja mendorong si lelaki bermanik hijau menyala itu, sambil menepuk kencang.

"Lamar, lah?"

"..Beneran, nih?"

"Lo mau nyanyi Cupid tiap hari?"

"..Nggak, sih."

"Gih, buru!"

"SERIUS, INI GIMANA LAMARNYA EMANG?"

"Oh, gue lupa kalo lo itu polos dikit."

"Yaa, aku kan emang nggak tau!"

Setelah di ajari dan diberi tahu banyak hal tentang pengalamannya, Fang seketika sudah seperti guru pribadi oleh Duri. Alangkah-langkahnya Duri pelajari dengan baik.

Soal yang lain, yah, katanya gampang. Toh, saudara Duri ini juga tajir semua, tapi Duri juga tak kalah. Makannya, itu belakangan.

Sehari setelah belajar banyak hal, sehari kemudian tiba tiba saja dirinya sudah berdiri di depan pintu milik si perempuan. Untungnya, wanita itu tinggal di aparterment dan bisa dibilang berpisah dengan kedua orang tuanya. Jadinya, lamarannya paling akan disaksikan oleh sang calon sendiri, sisanya hanya angin.

albumWhere stories live. Discover now