🍊 22. Inner child

58 31 2
                                    


Happy reading!

Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.

Senin pagi, pelajar SMA Laut Biru sudah selesai melakukan kegiatan belajarnya sejak dua jam yang lalu. Kini waktunya istirahat jam pertama yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh siswa, jajanan kantin adalah tujuan awal mereka.

Nampak Reihan yang tengah berjalan di koridor sekolah dengan bola tenis ditangannya karena kelas Reihan baru saja menyelesaikan kelas olahraga. Kini tujuan Reihan ingin pergi ke kelasnya sebelum kek kantin.

Namun Reihan merasa dirinya selalu ditatap aneh oleh orang lain yang melewatinya. Seketika benaknya dihantui oleh pertanyaan mengapa semua orang menatap seperti jijik kepadanya? Apa karena ada hal aneh diwajahnya?

Setelah sampai dikelas pun Reihan masih ditatap aneh, ada juga yang berbisik satu sama lain seolah sedang membicarakan Reihan.

Sampai akhirnya ada satu teman kelasnya yang membuka suara.

"Dikelas kita gak nerima anak kriminal kayak lo, Rei!"

"Hayo eluhh! Kena kasus, lo!"

Apa maksud mereka, tentang penculikan Via? Tapi gak mungkin lah, anjir..

"Malu gue punya temen kelas kayak lo!"

Tiba-tiba Reihan membanting bola tenis yang ia pegang ke sembarang arah dengan sangat kencang, lalu ia mendekati salah satu teman yang baru saja mengejeknya.

"Berani sama gua?" Dengan kerasnya, Reihan menarik kedua kerah baju anak itu, lalu menghempaskannya begitu saja.

"Siapa yang nyebarin berita hoax begini, hah?!" Amarah Reihan sudah tidak bisa dikendalikan lagi, karena temannya sudah memancing emosinya.

"Gue yang nyebarin. Kenapa? Takut?"

Entah kapan Kesha sudah berdiri dibelakang Reihan, dengan kedua tangan yang diselipkan ke saku celana.

"Dasar pengkhianat, lo!"

Reihan meninju pipi kanan Kesha dengan sangat keras sehingga lelaki itu hampir kehilangan keseimbangannya.

"Kenapa? Lo takut?" Kesha tersenyum menang.

"Anjing, lo!" Reihan ingin meninju Kesha dengan sekuat-kuatnya, tetapi gagal karena tiba-tiba saja ada yang menahan tangannya itu.

Kali ini, Reihan speechless dengan apa yang dilihatnya di depan mata, bahkan hampir saja Reihan kehilangan kesadarannya.

"Via? K-kok.." ucap Reihan terbata-bata.

"Bingung, kan? kenapa gue ada disini, bukan di Semarang?"

Reihan diam, tak berucap.

Mampus gue, kenapa dia bisa bebas dari Semarang? pikir remaja itu.

ORANGE [END] ✓Where stories live. Discover now