12. Emilos, Bab Novel

5.2K 810 21
                                    

"Emil, kau percayakan saja padaku. Aku akan melakukan apapun untukmu" Bayangan saat Nick mengatakan itu membuat dirinya tak nyaman.

Emilos kini berada diruang kelas yang menurutnya menarik untuk dilihat. Kelas yang paling dihindari oleh murid lain, meskipun begitu ... ada beberapa yang memilih kelas ini.

Kelas yang membosankan dan membuat mata siapapun mengantuk, kelas sejarah.

Mereka hanya mendengar seorang guru bercerita sampai dua jam dengan mereka yang berusaha membuat matanya untuk tetap terjaga.

Guru itu seperti mendongengkan mereka untuk tidur pagi.

Kyle yang pada dasarnya hanya iseng menemani Emilos, kini malah terjebak dengan kegiatan mengamati Emilos yang berada tepat di sampingnya.

Pemandangan itu jauh lebih baik daripada sang guru yang bercerita tak berhenti.

Melihat bagaimana Emilos menatap serius sang guru dengan tangan yang tak henti-hentinya memainkan gelang adalah hobi baru yang dimiliki Kyle.

Emil yang merasa dirinya diperhatikan, menengok ke arah Kyle.

"Tuanku, kau sangat indah untuk dipandang dibanding dengan guru membosankan itu. Jadi jangan salahkan aku" Ucapnya yang seakan mengerti bahwa arti tatapan Emilos sedang mengomelinya.

Emil menyerngit bingung, dirinya tak menganggap itu serius. Bukannya sombong, dulu dia sudah terbiasa diperhatikan diam-diam oleh penggemarnya.

Saat ini dirinya hanya penasaran, siapa nama orang yang ada disampingnya. Karena dirinya merasa sudah berkenalan dengan orang aneh ini.

Kyle terkejut melihat Emil tiba-tiba berdiri dan keluar ruangan. Ternyata teman sekamarnya itu keluar karena memang jam sejarah sudah usai. Dirinya berlari mengikuti langkah Emil.

Ternyata kelas sejarah lebih cepat selesai ketimbang kelas yang lain. Penyebabnya adalah kelas itu dimulai setengah jam lebih awal ketimbang kelas yang lain.

Emil berjalan melewati lorong yang menghubungkan dengan tempat makan para siswa, sebut saja kantin.

Ternyata tokoh utama kita sedang merasakan kelaparan. Tentu saja, dirinya yang kemarin merasa lelah dan bangun agak siang dari biasanya. Oleh karena dia memilih kelas sejarah, ia harus datang lebih awal. Dan itu sebabnya dia merasa kelaparan.

Emil memesan sepotong roti dan air untuknya mengganjal perut. Menu itu sudah sangat familiar untuknya karena dulu dia harus makan dengan cepat untuk memenuhi segala jadwal konsernya.

Omong-omong konser, dia merindukan penggemarnya.

Makan dengan perlahan dan mengamati meja yang ada dihadapannya. Meja itu cukup unik dan asing dimatanya. Meja yang mungkin terbuat dari marmer dan setiap ujungnya dibuat tumpul.

Ternyata akademi ini memprioritaskan keselamatan para siswanya. Kemungkinan semua fasilitas sekolah dibuat untuk kenyamanan dan keamanan para siswanya.

Tak heran jika makanan beserta kebutuhan sehari-hari sangat mahal.

"Emil, bolehkah aku bergabung di bangkumu?" Kyle menatapnya dengan senyuman yang lembut.

Kedua anak Duke itu berada disituasi canggung. Kedunya, lebih tepatnya Kyle tak tau harus memulai darimana. Emil yang pada dasarnya pendiam, sangat tidak menguntungkan bagi Kyle untuk lebih dekat dengan pemuda bersurai hitam itu.

"Emil, aku kemarin melihatmu berada di perpustakaan bersama teman sekamar kita. Apakah aku salah lihat?" Akhirnya ada topik pembicaraan.

Kyle sebenarnya tidak mengetahui secara langsung. Dia hanya mendengar dari orang yang disebut penggemar Vasco membicarakan kejadian itu.

The Silent Emilos [End]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant