3. Emilos, dengan Akademi

8.5K 1.1K 4
                                    

"Emil, jangan membuatku kecewa" Suara berat milik Duke Edward masuk melalui pendengaran Emilos. Mengapa orang ini repot-repot datang ke kamarnya hanya untuk mengatakan hal tak penting ini?

Sudahlah, ia tak peduli ...

Mengangguk pelan menjawab pertanyaan itu dan kembali melihat bagaimana suasana luar lewat jendela kamarnya.

Memandang tajam, Duke Edward mendekati Emil dan segera membalikkan badannya. "Dengar, aku tidak merasakan mana dalam dirimu. Yang berarti kau tidak memiliki inti sihir dan juga berarti kau tidak berguna. Jika karena bukan kau putraku satu-satunya aku akan membunuhmu" Emil memandang ayahnya datar.

Ayahnya nampak menyerngit heran kala melihat bola mata Emil berubah warna. Yang tadinya berwarna biru, kini berubah menjadi warna gold berkilau dan itu sangat indah.

Emil menunjuk kearah tangan kiri Duke Edward yang terpampang jelas karena dia memakai baju tanpa lengan dan tentu saja hanya dihadiahi tatapan datar.

Melepaskan cekalan ayahnya, ia memilih untuk meninggalkan ayahnya dan pergi menuju tempat yang belum diekspor olehnya.

Melangkahkan kaki kecilnya untuk sekedar menghirup udara segar, ia malah berpapasan dengan salah satu adik Talia.

"Salam pada Tuan Muda Emilos" Christi membungkuk kearahnya. Emil hanya diam mengangguk dan segera pergi melewatinya.

Christi terdiam melihat kenapa adik tirinya tidak seperti biasanya. Biasanya yang dimaksudkan itu adalah ketika Emil menyuruhnya melakukan bully kepada Talia.

Akan tetapi langkahnya terhenti kala melihat Talia basah kuyup dan berjalan menunduk. Diam melewatinya begitu saja malah mendambah kernyitan dahi pada Christi.

Talia yang menyadarinya, menengok ke arah Emilos yang punggungnya semakin menjauh "Kenapa dia berbeda sekali?"

Emil mendekati pohon besar bercabang yang berada tepat dihadapan kamarnya yang berlantai atas. Mengamati pohon yang menjulang tinggi itu dan mengelus sebantar batang kokoh millik pohon mangga itu.

Merasakan daun itu bergoyang mengikuti angin seakan menjadi kipas sejuk. Berniat duduk, ia dikejutkan oleh seorang pemuda tidur bersandar dan memakai baju pengawal.

Mata pengawal itu mengerjap pelan kala ia merasakan ada seseorang yang tengah melihatnya.

Manik biru laut itu bertemu dengan manik madu yang terkesan lembut. Membelakkan matanya, sang pengawal segera bangun dan memberi hormat pada Tuannya "Hormat pada Tuan Muda Emilos" surai hitamnya bergoyang lembut dihadapan Emilos.

Dia Gerry Maxwin, pengawal Emilos yang masih muda. Sekitar selisih tiga tahun dengan Emilos yang berarti ia masih berumur sembilan belas.

Kembali menegakkan badannya, ia melihat mata biru itu berubah menjadi gold sepersekian detik. Emil mengangguk menanggapinya.

Segera, ia mendudukkan dirinya di tempat Gerry tidur tadi. "Tuan Muda! Mengapa anda duduk ditempat kotor itu? Sebaiknya anda duduk di kursi, itu tidaklah kotor" Gerry berujar panik.

Emil menaruh telunjuknya di belah bibirnya dan menggeleng pelan untuk sekedar mendengar reaksi panik milik pengawalnya.

Sang pengawal diam tak berani bersuara. Ia bingung ingin berbuat apa karena berdiri didepan penguasa itu tidaklah boleh.

Ia juga kembali duduk sedikit lebih jauh dari Emil.

"Tuan Muda, boleh saya tanyakan sesuatu?" Emil yang pada dasarnya belum tidur mengangguk pelan. Gerry melihat bagaimana surai hitam itu bergoyang mengikuti gerakan pemilik.

"Besok adalah hari dimana Tuan Muda resmi menjadi murid akademi Guntama. Saya ditugaskan oleh Duchess untuk menjaga anda saat disana, apakah anda tidak keberatan?" Gerry menengok kearah Emil yang hanya terlihat rambut belakangnya saja.

Atensinya melihat bagaimana Emilos menggeleng pelan. Ia cukup senang kala Tuan Mudanya tidak menolak kehadirannya.

Dulu, Emil sering kali menghindar darinya. Mungkin karena jijik atau apa.

Ia hanya seorang pengawal paling muda yang dilatih oleh Duchess Georgiea karena dulu wanita cantik itu menemukannya lontang-lantung dijalan.

Gerry mengulas senyum kecilnya. Pedangnya ia elus sebentar dan melihat langit siang ini yang lumayan cerah.

"Aku akan melindungimu Tuan Muda, meskipun hanya sihir air yang kumiliki"

Ia tahu dan mengerti bahwa Emilos tidak memiliki kekuatan sihir yang dimana sihir itu hal yang tidak tabu untuk semua orang.

Sedikit tidak tau Emilos itu memiliki kemampuan lain apa. Karena menurut buku yang ia baca, jika seseorang tidak memiliki inti sihir, maka ia memiliki kemampuan dibidang lain.

Dan yang paling ia takutkan adalah jika seluruh siswa merundung Tuan Mudanya karena dikabarkan tidak memiliki inti sihir.

Kalaupun bisa, ia ingin menyalurkan inti sihirnya pada Emilos dan biarkan saja ia dirundung. Karena ia sudah berjanji pada Duchess untuk menjaga putranya dari tindak kekerasan apapun.

Lamunannya buyar kala sebuah tepukan lemah tiba-tiba ia rasakan. "Ya Tuan Muda? Ada yang bisa saya bantu?" Emil yang menjadi pelaku tadi menggeleng dan menunjuk kereta kuda yang sudah siap.

"Ah! Maafkan aku Tuan Muda, mari saya bawakan barang bawaan anda" Emilos mengangguk dan segera memasuki kereta kudanya.

Langkahnya terhenti kala ada sebuah kereta kuda lain yang berhenti tak jauh dari tempatnya. Emil menghampiri Gerry yang akan masuk ke dalam kereta itu. "Ya Tuan Muda, apakah ada masalah?" Emil mengangguk.

Ia menarik kecil tangan Gerry dan menyuruhnya mengikutinya.

Gerry bingung harus seperti apa saat Emilos menunjuk ke arah kereta kudanya yang tatapannya memiliki arti menyuruh Gerry masuk dan menemaninya saat di perjalanan.

Menengok kearah Duchess dan diberikan anggukan menyetujui. Akhirnya Gerry berada satu kereta dengan Emilos.

Jujur saja, Emilos memiliki pengalaman buruk dengan hal yang disebut kereta kuda ini. Rasa seperti gempa saat ia menaikinya. Oleh karena itu ia terlalu takut saat menaiki benda ini sendirian. Pokoknya harus ada yang menemani.

Gerry dan Emilos duduk berhadapan.

Emilos yang terlanjur takut, ia beralih duduk di samping Gerry dan memegang pergelangan tangan sang pengawal.

Gerry terlampau terkejut saat melihat aksi Emilos tiba-tiba.

Telinganya memerah dan kepalanya seperti berasap kala Emilos mengeratkan pegangannya saat kereta mulai berjalan.

"Tuan, berada di dekat anda itu sangat ... berbahaya" untuk menetralkan dirinya, ia menghembuskan nafas secara perlahan.

Berharap semuanya berakhir ketika dia menutup matanya sebentar.

Dan benar saja, hari ini terasa sangat panjang seperti menyiksa jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang.

Dirinya terkejut kala merasa pegangan tangannya terlepas. Segera membuka matanya dan melihat bagaimana situasinya

Emil terlihat memandangi area akademi Guntama yang terletak di wilayah Bowers dan menjadi salah satu akademi yang lumayan populer.

"Tuan muda, selamat menjalani kehidupan anda yang baru" Ucap kusir sebelum meninggalkan Tuannya.

The Silent Emilos [End]Where stories live. Discover now