10. Emilos, Tim Terakhir 2

5.5K 889 4
                                    

"Baiklah, hanya tinggal lima menit lagi, tim terakhir akan memunculkan dirinya" Semua siswa sudah memunculkan diri mereka beserta tim yang mereka dapatkan.

Duduk bergerombol menurut tim dan menunggu-nunggu siapa saja yang berada di tim terakhir.

Tak lama, muncullah gerombol tim terakhir yang berisikan Gerry, Nick, Ravael, Emilos dan ... mungkin ini akan menjadi tim campuran pertama.

Barbara adalah orang terakhir itu.

Wanita judes itu masuk ke dalam kelompok Emil. Mata merah menyalanya menatap tajam setiap siswa yang melihat kearahnya.

"Wow ... timmu sangat keren Emil" Jeanne cukup terkejut karena baru kali ini ia mendapatkan fenomena tim campuran seperti tadi.

Biarku beri sedikit biografi tentang Barbara ini.

Barbara Bowers, adalah anak bungsu kaisar Bowers yang memiliki sifat judes. Wanita ini berumur tujuh belas tahun dan memiliki sebuah tato kupu-kupu dibahunya.

Dengan mata merahnya, ia dianggap pembawa sial sang kaisar. Kerajaan sering terkena bencana karena kelahirannya.

Wanita pengguna elemen api ini sangat tomboi. Sudah menjadi ciri khas keturunan Bowers jika memiliki sihir api. Dirinya dan juga Calvin, kakaknya memiliki sihir elemen yang sama.

Barbara pernah menjadi jendral perang kecil saat masih berumur empat belas tahun.

Karena dirinya hanya satu-satunya perempuan yang berada di keturunan Raja Bowers saat ini, makannya lisensi jendralnya dicabut dan dia diharuskan berdandan feminim.

Diajari bagaimana seorang wanita harus bersikap anggun, dan dipaksa memakai gaun yang menyakiti kaki jenjangnya, dan juga memakai sepatu hak tinggi yang melukai kakinya.

Dirinya sudah merasa tertekan karena sedari dulu dia sudah terbiasa bersifat bar-bar, seperti namanya.

"Emil, kau mengenali pemimpin?" Ravael yang bertanya demikian. Emil hanya mengangguk menjawabnya.

Mereka duduk paling belakang karena hanya bangku itu yang tersisa. "Baiklah karena waktu sudah habis dan tim terakhir telah tiba, langsung saja tugas pertama kalian adalah mengenal satu sama lain. Dan setelahnya, kalian boleh kembali ke asrama kalian"

Semua murid menghela nafas ringan. Mereka setelahnya duduk melingkar dengan masing-masing memulai obrolannya. "Baiklah, dimulai dari hal kecil ... namaku Ravael Maccin dari wilayah timur" Ravael berinisiatif untuk membuka perkenalan.

"Aku Nick Gordon, keponakan kekaisaran" tangannya bersedekap menatap mereka berempat. Khususnya satu orang yang tengah duduk diam memainkan gelangnya.

Barbara menatap mereka semua "Aku Barbara" Perkenalan singkatnya mengundang tatapan tak suka dari pihak Ravael

"Singkat sekali" Katanya pelan. Setelah mendengar kata itu, Barbara sontak menatap tajam Ravael.

Gerry menengok ke arah Emil dan sang empu mengangguk untuk menanggapinya "Aku Gerry Maxwin. Dan ini adalah Tuan muda Emilos Oneil, dari wilayah barat" kini tatapan mereka beralih pada orang yang dirasa tak memiliki aura sihir sama sekali ditubuhnya.

"Gerry, mengapa kau menyebut Emil sebagai tuan muda?" Tanya Ravael yang mendapat tatapan penasaran yang lain.

Gerry yang ditanya glagapan, dirinya menatap kembali Emilos untuk meminta persetujuan "Aku ... pengawal tuan muda" Jawabnya setelah mendapat perizinan dari tuannya.

"Gerry, aku sarankan jangan memanggil siapapun sebagai tuan muda, akan mengundang kecurigaan dan fitnah jika kau mengatakan hal itu" Emilos mengangguk. Dirinya juga merasa risih jika di panggil demikian.

Jujur saja, dirinya ingin mengatakan tetapi malas saja, toh itu tidak penting baginya.

"Baiklah, akan kuingat ... terimakasih Ravael" Ravael mengangguk singkat untuk itu.

Omong-omong soal perbincangan untuk mengakrabkan diri, kenapa dua orang yang memiliki ikatan saudara ini mendadak menjadi sedikit pendiam?

Perlu diketahui bahwa keluarga Gordon dan Bowers tak memiliki ikatan yang kuat dan kini anak mereka yang berada di akademi menjadi satu tim yang sedikit spesial.

"Jujur saja, aku tidak nyaman jika kalian berdua memasang ekspresi ingin membunuh seseorang itu, aku bisa merasakan bahwa energi kalian bisa meledak kapan saja" Ravael mendekatkan dirinya pada Emil.

Emil hanya diam, karena dirinya tidak bisa merasakan energi yang dimaksud orang crewet itu.

"Maaf Emil, apakah aku membuatmu tidak nyaman?" Tanya Nick yang di jawab gelengan kepala.

Emil menoleh ke arah Gerry dan menggelengkan kepala pelan kepadanya. Gerry yang tau maksudnya langsung saja memberi tahu mereka "Tuan—maksudku Emilos ... tidak bisa merasakan energi kalian" mereka bertiga menatap Emil bebarengan.

Gerry sedikit was-was. Apakah tuan mudanya akan dirundung?

Emilos mengangkat tagannya dengan pose mengadah. Dirinya menunjukkan bahwa memang benar jika dia tidak bisa mengeluarkan cahaya apapun dari tangan pucatnya.

Nick menyugar rambutnya ke belakang "Emil, aku bisa menjagamu" Katanya dengan senyuman.

Ravael menatap tak terima pada orang itu "Aku yang akan menjagamu Emil!" Ucap Ravael semangat.

Gerry bernafas lega. Ia kira tuannya akan dirundung karena hal itu sungguh tidak lumrah untuk negara ini. Dirinya juga sudah siap untuk kemungkinan terburuk bahwa Emil akan digunjing satu sekolah.

"Baiklah karena kita sudah berkenalan, mari kita tingkatkan popularitas tim kita dengan menambah poin tentunya" Barbara mulai membicarakan hal serius.

"Perlu diketahui bahwa poin setim akan memengaruhi top ten saat lulus nanti, karena aku mengincar posisi itu ... aku akan melakukan apapun untuk itu" Semua yang ada disitu memusatkan perhatian mereka pada bungsu Bowers ini.

"Kau ini orang yang tak suka basa-basi ya" Komentar Ravael dengan anggukan mengerti. Ravael ini tidak memiliki rasa takut kepada siapapun. Meskipun Barbara adalah keturunan Kaisar, dia dengan berani berbicara santai.

Karena sifatnya ini, dia mudah mendapat teman dan juga mudah mendapatkan musuh.

Barbara menengok sekilas untuk menanggapi "Apa maksudmu?" Tanyanya pada Ravael.

Ravael hanya diam dan mengangkat bahunya acuh. Barbara yang merasa sedikit termakan rasa jengkelnya, mengurangi poin kepercayaan pada putra Marquess Maccin menyebalkan ini.

"Sudah, apa yang kau mau?" Tanya Nick yang merasa jengkel karena pembicaraannya tak kunjung dilanjutkan.

Barbara tersenyum menantang "Karena masa jabatan Inchola akan berakhir, kita harus mengajukan diri sebagai pengurus selanjutnya" Ravael memejamkan matanya.

Tak lama kemudian, muncul selembar kertas dan satu pena dihadapan mereka.

"Baiklah, ayo susun rencana" Ravael menulis angka satu sampai lima dan menuliskan nama mereka semua.

"Ada yang ingin merekomendasikan seseorang?" Tanyanya kemudian. 

Mereka semua terdiam dan hanya memikirkan satu pertanyaan, siapa yang akan maju? Ada saran?

The Silent Emilos [End]Where stories live. Discover now