4

28 6 0
                                    

Restoran cukup ramai hari ini. Konsep desain dengan gaya jejepangan serta ornamen-ornamen dengan ciri khas dari Restoran Jepang pada umumnya. Semua perabotannya terbuat dari kayu dan didominasi dengan warna coklat serta lampu berwana kuning. Terkesan hangat dan nyaman. Tulisan berbahasa Jepang tertera di bagian atas sebagai display menu yang ada di sana.

Hera duduk di satu meja dengan Aren dan Rinjani. Di hadapan mereka sudah tersaji berbagai makanan khas Jepang. Ada ramen dengan toping daging sapi panggang, udon, serta takoyaki dan tempura. Hera dan Rinjani memesan ramen, sedangkan Aren memesan udon. Mereka makan dengan sedikit cerita antara Aren dan Rinjani. Hera hanya diam menikmati makannya. Kali ini ia lebih mempercepat kunyahannya karena tidak mau ditinggal.

Setelah selesai, mereka pergi ke luar dan mereka akan bermain ke time zone untuk bersenang-senang. Seperti formasi awal, Hera berjalan lima langkah di belakang Aren. Gadis itu menatap punggung dua orang di depannya. Mereka tampak menikmati jalan berdua tanpa memedulikan Hera. Hera yang terlalu fokus menatap Aren dan Rinjani sampai tidak menyadari orang yang berjalan di depan sampai ia menabrak orang itu dan minuman yang dibawa mengenai seragam sekolahnya. Hera merasakan dingin dari minuman itu.

"Maaf, kamu baik-baik aja?" tanya orang di depannya. Wajah perempuan itu tampak panik melihat noda coklat dari minumannya mengenai baju Hera.

"A-aku nggak papa." Hera berusaha mengelap noda di bajunya, namun sia-sia. Noda itu tak akan hilang. Walaupun dicuci ia tidak yakin akan sebersih sebelumnya.

"Tapi baju kamu kotor," ujarnya. Ia merasa bersalah karena sibuk dengan handphone tanpa melihat sekitarnya dan mencelakai orang lain.

Hera diam saja. Ia tak tahu harus bagaimana keluar dari situasi seperti ini. "Aku bisa mencucinya sendiri," jawab Hera akhirnya. Ia tidak mau menyusahkan orang lagi.

"Sekali lagi aku minta maaf," sesal perempuan itu sebelum meninggalkan Hera.

Setelah kepergian perempuan itu, Hera kembali melihat ke depan, tapi tidak menemukan sosok Aren serta Rinjani. Hera mulai diserang panik. Matanya bergerak liar, berusaha mencari sosok Aren dan dadanya mulai naik turun. Orang-orang yang melihat Hera mulai menatapnya aneh. Namun, Hera sama sekali tak memedulikan itu. Ia berjalan tak tentu arah guna mencari keberadaan Aren. Ia sudah berkeliling, tapi tak juga menemukan sosok itu. Akhirnya Hera menyerah, ia berjongkok di sudut dinding dan menyembunyikan wajahnya yang tengah menangis. Ia takut sekarang dan ia berharap ada orang yang menghampirinya dan membawanya pulang.

***

Sudah lebih dari tiga jam mereka berada di mal dan langit di luar sana sudah berganti warna yang semula biru terang kini menjadi jingga. Tandanya hari sudah sore menjelang malam. Aren awalnya panik tidak menemukan Hera di belakangnya. Namun, Rinjani mengatakan kalau mungkin saja Hera lelah dan memutuskan untuk menunggu di luar mal.

Mereka beranjak turun dan Rinjani melihat ada mesin es krim. "Aren, aku mau itu," tunjuk Rinjani ke arah mesin es krim itu. Antreannya tidak terlalu panjang, jadi tidak akan lama menunggu.

"Tunggu di sini." Aren beranjak dan ikut mengantre untuk mendapatkan es krim yang diminta Rinjani.

Selagi menunggu, Rinjani melihat orang-orang yang selalu melirik ke sudut dinding yang tidak jauh darinya dan mereka sedikit berbisik-bisik. Rinjani mulai penasaran. Apa ada sesuatu yang aneh hingga menarik perhatian orang-orang ini?

Rinjani menuju lokasi pusat yang membuatnya penasaran. Alisnya mengernyit sebab ia seperti mengenali postur tubuh itu. Dan dari pakaian yang dipakainya seperti seragam sekolah yang saat ini ia pakai. Ia menghampiri gadis yang tertunduk itu. Sedikit menyentuh bahunya sebelum ia terkejut menyadari bahwa yang menjadi pusat perhatian adalah Hera. Kenapa gadis itu ada di sini?

Take Me Homeحيث تعيش القصص. اكتشف الآن