PAK BOSS

9.9K 1K 49
                                    

Gintang membasuh wajahnya di depan wastafel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gintang membasuh wajahnya di depan wastafel. Tepat pukul delapan malam dengan kemeja kotor tapak kaki kucing dan noda lipstik di kerah. Sebelum membuka kemeja itu, dia meraba kerah yang ternoda dan berkaca.

Gara-gara 'itu', seharian ini dia memilih mendekam dalam ruangan dan menunda semua jadwal meeting sampai besok. Harinya benar-benar amburadul tanpa kehadiran Reno.

Akan tetapi, pertama kali semenjak menjadi CEO, Gintang menghempaskan kemeja kotor ke dalam tas laundry sambil tersenyum tipis.

Masuk ke dalam kamar mandi, Gintang menyalakan pancuran air dan mengguyur kepalanya. Dia harus melakukan itu agar bisa tidur nyenyak. Meski ujung-ujungnya dia baru bisa tidur sekitar jam tiga atau empat subuh keesokan harinya.

[Rena sudah saya ambil, pak] - Mara

Sebaris pesan yang dikirimkan Mara terulang lagi di benaknya. Sebagai bentuk tanggung jawab karena hampir menabrak kucing itu, Gintang pun meminta Mara untuk memelihara Rena.

"Rena ..." Gintang menahan tawa di bawah pancuran air.

Pukul 20.30, Gintang sudah mengganti setelan kantornya dengan setelan piyama pemberian ibunya. Termasuk golongan manusia kaku dalam urusan fashion, maka Gintang selalu menyerahkan urusan belanja kebutuhan yang satu itu - sampai pakaian dalam - kepada ibunya.

Berbalut piyama sutra merah marron yang lembut, Gintang merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia cukup lelah ... oh tidak, dia sangat lelah hari ini. Dan hari terasa sangat panjang karena langkahnya di kantor itu hanya sebatas menyeberang dari ruangannya ke ruangan Mara.

Gintang memejamkan mata. Cahaya lampu yang temaram dan rasa lelah membawa dia ke alam mimpi lebih cepat - sebelum nyeri di dadanya datang lagi. Pukul 21.00, Gintang tertidur dengan posisi menelentang.

***

"Bangun!! Gintaaang! Banguunn!"

Sirine ambulans menggema di langit sore itu. Terjadi kecelakaan di kawasan komplek perumahan lama. Sebuah motor sport berkecepatan tinggi menabrak truk pengangkut batu kali. Supir truk kabur. Tubuh pengendara sepeda motor mental berpuluh meter dari lokasi kejadian.

"Gintang nyaris gagal bernapas ... ikhlaskan saja, bu ..."

"Ikhlas? Gintang anak yang bertahun-tahun aku mohonkan dalam bait-bait doa aku, mas. Mana bisa aku ikhlas?"

"Niiitt ... niiit ... nitt ..."

Suara mesin monitor detak jantung (ICU) berbunyi nyaring di salah satu ruang perawatan pasien VVIP. Tubuh pemuda belasan tahun itu melonjak hebat di ranjang pasien.

"Niiitt ... niiit ... nitt ..."

Kasak kusuk perawat dan dokter menciptakan suasana dramatis antara hidup dan mati yang sedang dialami pemuda itu.

Pukul 22.00, Gintang gelisah di ranjangnya. Keringat mencucur dari pori-pori di kepalanya, membasahi rambut hitam lebatnya. Merembes ke bantal bulu angsa yang kata orang bisa membuat tidur lebih nyenyak.

Bantal, Kopi dan Teman TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang