[20] {Masa lalu?}

3K 305 15
                                    

[CHAPTER 20]

Kantor perusahaan Wibber sudah kembali beroprasi, tapi Hera masih saja bersantai di atas kasur.

Gadis itu seenaknya mengambil cuti, padahal ia berstatus sebagai anak magang baru satu kali masuk.

Tak apa Hera akan tetap aman dengan alasan ijin sakitnya, yah ... Hera memang mengirim surat ijin sakit pada pihak perusahaan Wibber, tapi sepertinya Damian selaku pemimpin di sana tak akan membuat perhituangan karna ketidak hadiran Hera.

Damian, laki-laki itu pasti sadar apa alasan Hera sakit, jadi pasti akan memaklumi.

Kalian ingat pengejaran sebelumnya? Itu adalah bagian dari alur cerita dan masuknya Hera dalam perusahaan protagonis pria juga masih selaras dengan alur, lalu apa yang membedakan? Tentu saja karna semuanya dalam kendali Hera.

Pada hari pertama Hera masuk perusahaan dirinya sudah lebih dulu mengacau, karna tau esok harinya akan ada plot novel dimana ia masuk dalam adegan kejar-kejaran.

Hera juga sengaja membawa laju mobil tetap dalam jarak jangkuan penguntit, padahal ia sangat ahli dalam pelarian.

Menghubungi Javis dan menampilkan situasi menyedihkan guna mengungkit kembali memory masa lalu laki-laki itu.

Sejak pertama kali Hera berada di dimensi novel ini ia sudah mulai menyiapkan alat untuk bertempur, tentu saja pertempuran yang di maksud adalah menghancurkan jalan cerita novel.

Jangan kira Hera hanya bersantai riya atau bertindak hanya karna gabut. Perlu kalian ingat gabutnya kadang bermanfaat untuk kemajuan menghancurkan alur novel, baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Kejamnya ... manfatiin kenangan pahit orang lain buat ngambil keuntungan." Cibir Mr. X yang memang tak tahan diri untuk berjulid riya.

Laki-laki tua itu tiba-tiba saja muncul dan mengganggu aktifitas pemulihan Hera— acara bermalas-malasan.

Masih dengan posisi berbaring menyamping membelakangi Mr. X, Hera memutar bola matanya malas.

Hera merasa bodoh amat dengan kedatangan patner persistemannya itu, ia juga merasa tak penting menanggapi cibiran Mr. X.

"Woy!" Seru Mr.X karna merasa dirinya diabaikan. Oh ayolah, ia datang kesinikan ingin membuat keributan, tapi lawannya malah mengabaikannya seperti cet yang hanya mendapatkan dua centang biru tanpa ada balasan. Miris sekali.

"Apa?" Tanya Hera jengah melihat kelakuan rekan persistemannya.

Hera menjadi bingung kenapa ia di pasangkan dengan makhluk pra sejarah ini, seperti tak ada yang lain saja.

"Gue ngomong sama lo." Sungut Mr. X kesal.

"Terus?" Hera menaikan satu alisnya dan menatap malas pada laki-laki di depannya ini.

"Tampan tapi agak konslet". Batin Hera dalam hati.

"Ya dengerinlah! Bales kek, jangan diem aja." Kata Mr. X seperti seorang kekasih yang tengah mengomel pada sang pacar.

"Hah ...." Hera menghela napas, ia merasa sedikit tertekan dengan rekannya. Dengan malas Hera berbalik menghadap Mr. X yang menampilkan raut wajah cemberut, sok imut, sok lucu. Sangat tidak cocok.

Melihat ekspresi itu Hera dengan cepat bangkit dari kasur dan mengambil kaca besar yang ukurannya separuh ukuran tubuhnya.

Hera mengangkat kaca itu dari posisi berdirinya dan meletakan tepat di depan Mr. X hingga membuat laki-laki itu bingung.

"Buat apa?" Tanya Mr. X mengganti ekspresi cemberut dengan raut wajah bingung.

"Ngaca, muka lo tadi jelek waktu sok imut." Jawab Hera jujur. Kelewat jujur.

Shattered Novel Dimension 【Tamat】Where stories live. Discover now