[10] {Pembatalan Pertunangan}

3.8K 386 9
                                    

[CHAPTER 10]

Pagi itu Rezkav dengan cepat pergi ke kediamam Diery setelah mendapatkan surat pembatalan pertuangan dari kekasihnya. Hatinya merasa gelisah dan tak bisa untuk meng Iyakan permintaan pembatalan pertunagan tersebut. Rezkav benar-benar mencintai Therasya, manamungkin ia sanggup untuk berpisah.

Kudanya telah sampai di depan gerbang kediaman Marques Diery, namun kediaman itu nampak berbeda dan terasa lebih suram karna wajah penghuni yang nampak murung.

Pengawal yang menjaga gerbang dengan cepat membukakan jalan untuk Rezkav dan seorang pelayan yang pergi untuk memberitahu kedatanganya yang mendadak pada tuan rumah.

"Salam Archeduke Mytas Isdore." Theodore datang ke ruang tamu dan memberikan salam kepada Rezkav.

Rezkav yang mendengar salam dari sahabatnya dan calon kakak iparnya itu dengan cepat menololeh, namun wajah Theodore nampak lain, terlihat lelah dan tertekan.

"Apa yang terjadi denganmu? Dan apa maksud dari pembatan pertunagan ini?" Rezkav mulai bertanya dan mengeluarkan surat yang ia dapat kemarin dari Hera.

Theodore tidak menjawab pertanyaan Rezkav yang mempertanyakan keadaan dirinya, sebaliknya ia mengambil surat yang dikeluarkan Rezkav dan membacanya sekilas. Theodore tersenyum samar, senyuman yang terlihat miris saat membaca isi surat itu.

"Ikuti aku, kurasa kau harus tau." Theodore membawa Rezkav ke kamar adiknya.

"Salam tuan Marques Diery dan Archeduke Mytas Isdore. Saya Xavier Hialer, dokter pribadi nona Hera." Xavier dengan cepat bangkit dan memberi salam kepada kedua pria itu.

"Rezkav!? Apa yang kau lakukan di sini?" Hera dengan cepat mendudukan dirinya dan menatap terkejut kepada calon mantan tunanganya itu.

Rezkav mengalihkan perhatianya dari Xavier dan ikut menatap terkejut kearah Hera yang duduk diatas kasur dengan wajah pucat dan sedikit noda darah di ujung lengan bajunya.

"Apa yang terjadi? Ada apa denganmu?" Rezkav dengan cepat mendekati Hera dan menyentuh wajah gadisnya yang kini nampak putih pucat.

Hera mengalihkan pandanganya dan sedikit mengeratkan gengamanya pada selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

"Tak ada. Dari pada itu apa kau datang untuk menyetujui pembatalan pertunangan kita?" Tanya Hera membuat raut wajah Rezkav mengeras seketika.

"Tidak. Aku tidak akan membatalkan pertunangan kita! Bukankah kau mencintaiku? Kenapa kau malah meminta pembatalan pertungan?" Rezkav menggenggam tangan dingin Hera dan menatap sedih pada gadisnya.

"Tidak, aku tidak mencintaimu." Hera dengan lancar mengatakan itu membuat hati Rezkav berdenyut sakit, tapi pria itu yakin bahwa gadisnya sedang berbohong, mata Hera tak langsung menatapnya dan tangan yang ia genggam sedikit bergetar menandakan bahwa gadisnya tengah berbohong, tapi kenapa?

"Kau bohong! Katakan padaku kenapa kau melakukan ini. Kau mencintaiku, tolong Hera aku tak bisa berpisah denganmu ...." Rezkav memeluk tubuh Hera, pria itu benar-benar tak bisa melepaskan gadisnya, ia telah masuk dalam pesona Hera.

Hera yang mendadak mendapatkan pelukan akhirnya meluapkan emosinya, gadis itu menangis dengan tubuh yang gemetar, ia membalas pelukan Rezkav dan memeluknya erat seolah juga tak ingin berpisah.

Hera menangis hingga tertidur karna kelelahan, gadis itu tertidur dengan tangan yang menggengam tangan Rezkav, ia tak mau melepaskan seolah takut untuk menghilang, padahal ialah yang membuat surat perpisahan.

"Adiku sakit." Dua kata yang terlontar dari mulut Theodore membuat bahu Rezkav tersentak. Pria itu tau bahwa kekasihnya dalam kondisi tubuh yang tak baik, tapi apa hubunganya dengan pembatalan pertunangan itu.

"Sepertinya ia berniat berpisah denganmu karna tak ingin membuatmu sedih." Theodore mengusap rambut adiknya lembut dan mematap teduh pada wajah manis yang tengah menutup mata itu.

Rezkav tertawa sinis, bagaimana bisa pembatalan pertunagan adalah jalan untuk membuatnya tak bersedih? Justru sebaliknya, ia akan merasa sedih dan bahkan mungkin akan gila hingga mengakhiri hidup karna tak bisa bersama sang kekasih.

"Hera sakit, dan waktunya hanya 6 bulan jika tak mendapatkan penawar untuk penyakitnya." Dan fakta itu mengejutkan Rezkav, bahkan pria itu tak mampu berkata-kata, lidahnya terasa kelu dan otaknya yang mendadak kering hanya untuk merangkai sebuah kalimat.

"Sakit?" Suara Rezkav bergetar dan merasa tak percaya, terlebih lagi waktu yang disebutkan untuk Hera bertahan, tak terasa air matanya luruh, ia semakin mendekatkan tanganya yang di genggam Hera untuk ia kecup atau peluk. Pria itu merasa hancur dengan fakta ini.

Ternyata kabar permintaan putusnya pertunangan lebih baik dari pada berita menyedihkan ini. Rezkav tinggal di dalam kamar Hera berdua karna Theodore merasa tak sanggup mendengar tangis sahabatnya yang pilu.

"Maaf ...." Rezkav meminta maaf karna baru saja mengetahui tentang penyakit kekasihnya, ia merasa bersalah karna jarang menemui Hera.

Hari itu Rezkav tinggal di kediaman Diery dan terus menjaga Hera, ia juga menulis surat pengundurkan diri sebagai tangan kanan Putra Mahkota.

Keputusan Rezkav sudah bulat dan ia lebih memilih menghabiskan waktu disamping sang kekasih dibanding berkutat dengan dokumen negara, lagipula ia yakin Putra Mahkota dapat dengan menudah menemukan pengantinya.

Hera sudah bangun dari tidurnya dan tengah makan dengan Rezkav yang dengan telaten menyuapinya.

Mangkuk sup telah habis dan dengan perlahan pria itu membantu Hera minum.

"Hera, aku mencintaimu. Apa kau juga?" Hera mengalihkan pandanganya dari Rezkav, tapi tak ayal ia masih mengangguk meski terasa berat.

Rezkav tersenyum dan mengenggam tangan Hera. "Kalau begitu tolong bertahan. Aku akan mencari penawarnya, jangan pergi, tetap di sisiku. Aku tak bisa berpisah denganmu Hera." Rezkav lagi-lagi mengutarakan perasaanya kepada Hera dan tanpa sadar Hera meneteskan air mata.

"Jangan menangis." Rezkav mengahapus air mata itu dan kembali memeluk Hera, memberi kehangatan dan rasa aman.

Akhirnya malam tiba dan dengan terpaksa Rezkav keluar dari kamar Hera karna ia tak mau menimbulkan rumor yang tidak-tidak tentang ia yang tidur berdua. Rezkav tidur di ruangan samping kamar Hera.

"Emosi karakter fiksi telah saya terima, hari ini anda dan tuan Xavier telah meningkatkan status bar secara signifikan dengan rencana mendrama anda." Kata Ryu yang baru saja keluar, siatem itu memang sengaja baru menunjukan diri karna tak mau merusak drama yang sedang diperankan nonanya.

"Xavier di mana?" Tanya Hera setelah menatap puas pada peningkatan status bar sistemnya.

"Di sini." Xavier muncul tiba-tiba dari sudut ruangan sambil mengacungkan tangan kanan dan tangan lainya yang sedang memegang selembar kertas.

"Rencana selanjutnya gimana?" Tanya Hera memastikan.

"Aman." Xavier menyerahkan kertas itu kepada Hera yang ternyata berisi sejumblah nama tanaman Herbal yang kebanyakan tumbuh di daerah selatan kekaisaran.

Rencana mereka selanjutnya adalah mencegah pertemuan karakter antagonis Deborah dengan Putra Mahkota, mereka akan menggantikan panggung Leonard yang menyelamatkan Deborah dari aksi penculikan dengan Theodore.

Bagaimanapun Scen itu adalah awal munculnya perasaan Deborah kepada Leonard, jadi sebagai eksekutor dan host penghancur alur, mereka berencana menyatukan pemeran antagonis Deborah dengan karakter tambahan Theodore.

1032 kata

Prakata:

Rezkav andai kau tau Hera sedang berakting ....

"Andai kau tau aku mencintaimu."

Hilih, maaf cintaku hanya untuk karakter fiksi dan buatan agensi. Minimal jadi anime dulu buat bikin aku jatuh cinta// kibas rambut.

Kira-kira rencana apa lagi ya yang di buat Hera?

Hemm silahkan baca chap selanjutnyaaa

Shattered Novel Dimension 【Tamat】Where stories live. Discover now