[13] {Sidang}

3.3K 352 1
                                    

[CHAPTER 13]

Hera terbaring lemah di atas kasur dengan Xavier yang selalu sigap di samping untuk memantau kondisi tubuhnya, sedangkan Rezkav dengan terpaksa pergi untuk menyelidiki kasus ini, bagaimanapun penjahat yang berani meracuni istrinya harus di tangkap, pria itu tengah dalam emosi yang tidak stabil dan berada pada puncak kemarahan dan kekhawatiran, tapi tak ayal masih mempertahankan kesadaran untuk tidak membuat kundeta.

"Lo yakin tuduhan meracuni bisa bikin protagonis di penjara?" Tanya Xavier sambil merebahkan kepalanya di sisi ranjang Hera.

Hera tertawa remeh dan menatap Xavier yang tengah mencari posisi nyaman di samping kasurnya.

"Logikanya aja nih, emang ada penjahat yang nunjukin kejahatanya secara terang-terangan?" Dengan polosnya Xavier mengelengkan kepala.

"Jadi tujuan lo apa kalau bukan itu?" Herannya, entah mengapa otak Xavier mendadak tak berguna jika harus bersanding di samping Hera, untunglah ia hanya bersanding di persiateman bukan di pelaminan.

"Tim penyelidikan ada di bawah tangan Putra Mahkota, tapi seperti yang kita tau Leonard udah lepas tangan selepas kedatangan Liscia, dan Rezkav yang ngambil alih tanggung jawab itu. Gak ada bangsawan yang tahu kalau Rezkav yang ambil alih."

"Well ... dengan kasus ini nunjukin kalau tim Penyelidikan sudah dalam kendali Rezkav, mereka bakalan curiga dengan semua jasa yang dilakukan Putra Mahkota. Satu kebusukan bisa membuka kebusukan lainya."

"Jadi tujuan kali ini bukan untuk mencebloskan Liscia dalam penjara, tapi untuk menunjukan ketidak kompetenan Putra Mahkota. Kita hanya perlu memberi celah dan para bangsawan pendukung pangeran kedua akan dengan senang hati melanjutkan untuk menjatuhkan Putra Mahkota."

Xavier bertepuk tangan dengan wajah yang menunjukan bahwa ia bangga, saat ini pria itu mungkin tak sadar bahwa ia terlihat seperti seorang ayah yang bangga terhadap prestasi anaknya.

"Ryu tampilkan layar! Hari ini adalah persidangan. Kita gak boleh ketinggalan untuk menontonnya." Perintah Hera pada sistem pet Ryu yang sedari tadi hanya diam mengagumi penjelasan cermerlang nonanya.

"Baik!"

Layar biru transparan muncul dan menunjukan situasi persidangan, sepertinya mereka sedikit lambat untuk menonton karna persidangan sudah memasuki pertengahan acara.

"Nona Liscia Balosi tidak bisa di jadikan sebagai pelaku karna bukti yang kurang, memang benar air yang diminum bangsawan Diery merupakan pemberian dari nona Balosi, tapi hanya sebatas itu. Tidak ada bukti bahwa nona Balosi lah yang mencampur minuman dengan racun. Bisa saja kasus ini bukan kasus pembunuhan melainkan pencemaran nama baik."

"Apakah kita masih bisa menangguhkan itu?"

"Iya! Dia sekarang bukan pelaku lalu bagaimana nanti? Sekarang masih tersangka dan kita belum menemukan keterangan yang lebih akurat."

"Saya harap pelaku dapat ditemukan, nona Hera adalah wanita yang baik."

"Harap tenang!" Hakim pemimpin persidangan mengintrupsi untuk diam.

"Putra Mahkota bagaimana dengan penyelidikan apakah tim peyelidik sudah menemukan bukti atau hal-hal yang mencurigakan?" Hakim bertanya guna mengalihkan situasi yang mulai ribut, tapi sepertinya malah sebaliknya.

Putra Mahkota tetap diam dengan wajah tenangnya, padahal dalam hati tengah ribut dan gelisah. Calon kaisar satu ini mungkin akan dapat masalah karna tak dapat membalas pertanyaan Hakim.

"Apa yang terjadi, kenapa Putra Mahkota hanya diam?"

"Apa yang Mulia mencoba melindungi kekasihnya sehingga tak membuka suara?"

"Ah! Aku ingat bukankan Putra Mahkota menjalin hubungan romantis dengan pelayannya?"

"Sepertinya ada konspirasi."

Bisikan-bisikan itu memang tak terdengar jelas di ruang pengadilan tapi Hera dan Xavier dapat mendengar dengan jelas berkat kecanggihan sistem.

Pengadilan berjalan ricuh dan kasus Hera sepertinya tergeser dengan banyaknya bangsawan yang memberikan pertanyaan menyudutkan Putra Mahkota, itu tak lagi menjadi tempat pemecahan kasus melainkan tempat untuk mempertanyaakan ke tidak kompetenan Putra Mahkota.

Pengadilan terpaksa di hentikan dan di undur karna banyak bangsawan yang membuat topik keluar dari jalur.

"Lihat? Hanya sedikit sentuhan. Bahkan kita tak menyentuh langsung, tapi masih bisa merusuh para peran utama itu." Tujuk Hera sedikit sombong karna semuanya berjalan sesuai dengan perkiraanya.

"Saya mendeteksi karakter figuran Theodore dalam perjalan ke sini." Sela sistem Ryu tiba-tiba.

Hera dan Xavier saling memandang sejenak seolah sedang berkomunikasi lewat lirikan mata.

"Mulai ke rencana selanjutnya."

Xavier mengangguk dan dengan cepat bangkit dari posisi nyamannya untuk berlari keluar dan jangan lupakan wajah ngantuknya yang berganti dengan raut bahagia. Pura-pura bahagia.

"Tuan Xavier!?" Pelayan yang lewat menatap terkejut pada dokter pribadi nonanya itu, bagaimana tidak pria itu berlari dan langsung menjabat tanganya dengan raut sumringah.

"Ada apa ini?" Theodore yang memang ingin menjenguk adiknya dibuat bingung dengan tingkah dokter itu.

"Tuan Diery, nona Hera telah sadar!" Dengan semangat Xavier menceritakan kondisi Hera sambil berjalan kembali menuju kamar di ikuti Theodore dan Deborah.

"Hera ...." Theodore berjalan tergesa-gesa dan menatap haru pada adiknya yang telah membuka mata, ia merasa bahagia dan senang saat itu.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Theodore sambil mengusap rambutnya lembut.

"Lemas," jawab Hera sambil tersenyum samar.

"Tolong beristirahat lagi." Pinta Theodore lembut dan diangguki saja dengan patuh oleh Hera.

"Ternyata kakak bisa memilih kalung yang cocok." Gumam Hera sambil menatap kalung yang dipakai Deborah.

"Kalung?" Deborah bertanya sambil menatap bingung.

"Hem, sebelum upacara pernikahan kakak berteriak frustasi mencari hadiah untuk calo—"

"Sudah! Diam, diam." Theodore segera memotong ucapan Hera, wajah pria itu bahkan sudah memerah malu.

"Kakak sedang malu." Hera masih gencar menggoda sang kakak karna respon yang ia harapkan itu.

"Tolong jangan diperjelas!" Teriak Theodore kehilangan muka, ia keluar cepat dari ruangan guna menghindari situasi ini, tapi tak ayal tangannya masih mengenggam tangan Deborah. Masih ingat istri juga ternyata.

"Pria yang lugu." Kekeh Hera menatap pintu yang telah dilewati dua pasang suami istri itu.

"Maaf saja jika aku terlalu licik." Sudut sebelah bibir Hera naik ke atas dan membaut seringaian.

Hera menutup matanya dan mengirimkan kancing manset milik Theodore kepada Xavier, ia akan membiarkan fosil berjalan itu berkerja sendirian, untuk kali ini ia perlu Healing guna mengistirahatkan otaknya.

916 kata

Prakata:

Akhirnyaaa!! Kuota geratisanku bisa di aktifinn.

Mumpung ada kuota jadi aku bakalan up

Aku gak tau sistem penagadilan bangsawan kek gimana, yaudah seadanya aja.

Terima apa adanya karna ini hanya karangan semata dan hanya sebuah cerita fiksi belaka.

Shattered Novel Dimension 【Tamat】Where stories live. Discover now