0 • 6 - Control

285 37 4
                                    

| Author By scorpioels Edit By scorpioels Copyright ©scorpioels |

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

| Author By scorpioels
Edit By scorpioels
Copyright ©scorpioels |

• •
• • •








Angin berhembus kencang, langit berwarna biru gelap, dia berdiri seorang di tengah lahan hijau yang mengisi hampir seluruh tanah. Dia tetap diam dan berdiri. Dalam sepersekian detik tempat itu berubah menjadi tempat yang indah. Tempat di mana pohon besar melebihi tubuhnya dengan dedaunan berwarna biru, lalu sebuah batu bercahaya berada di batang pohon. Batu bercahaya itu seperti mengalirkan cahaya yang membentuk aliran air yang mengalir untuk membuat pohon itu hidup. Di sekitar pohon itu adalah air biru yang jernih seperti kaca. Merefleksikan langit yang di penuhi awan. Lalu di sekitar pohon itu adalah tumbuhan dan bangunan setengah jadi, lalu beberapa makhluk bersayap berkeliling di antaranya, tempat bak surga yang dia tidak yakin berapa luas tempat ini. Dan detik kemudian dia berpindah tempat lagi. Tempat yang membuat dirinya gemetar ketakutan. Tempat di mana semua adalah hitam dan gelap.

Kabut hitam mengelilingi tempat itu dan suara gemuru dari ujung lorong membuatnya ketakutan. Kakinya tidak sanggup untuk bergerak namun matanya tetap memperhatikan apa yang ada di ujung.

Tidak ada yang keluar, hanya kabut hitam yang seakan mencoba menggapainya.

Kabut yang berubah menjadi bayangan hitam sebuah tangan panjang merambat di antara dinding, membuat dirinya semakin ketakutan. Tangan-tangan itu ingin menggapainya. Dan, semua tangan itu tiba-tiba berhenti menggapainya saat ia merintih kesakitan sampai membuatnya bertumpu pada kedua lutut yang langsung menghantam lantai.

Piyama yang dia kenakan, dia sibak bagian leher karena rasa sakit pada leher dan bahunya. Tanda pada lehernya bercahaya keemasan dengan warna biru mengelilinginya.


"Kau! Kami tidak sudih harus tunduk padamu. Pergi! Jangan kembali"

Ketika dirinya melihat kembali bayang hitam dengan suara besar menggema, cahaya memantul dari matanya. Mata yang mencerminkan batu bulan -moonstone-. Dia memejamkan mata karena cahaya masuk ke dalam matanya. Dan ketika dirinya membuka mata. Dia tidak lagi berada di tempat menyeramkan tadi. Melainkam tempat yang membuat dirinya hidup.

Dia melihat dua wanita dengan gaun yang cantik tengah berdiri di dua sisi serigala besar berwarna putih dengan mata putih. Di dahi serigala itu membentuk sebuah tanda seperti bulan. Serigala itu bangkit dari tidurnya, dan menegakkan tubuhnya untuk menatapnya. Tidak ada pergerakan apapun dari mereka.

"Selamat datang Elysian"

Dan, dia tahu wanita yang terlihat kejam di sebelah kiri serigala putih itu. "Esmeray."

Elysian menatap ketiganya dalam diam dan kebingungan. Namun, wanita dengan gaun biru berumbrai yang cantik tersenyum padanya.

"Kita akan bertemu kembali Elysian, kembalilah."

The Royal Elite • vmWhere stories live. Discover now