Maaf

21 2 0
                                    

Penampilan Ethan selesai jam tujuh malam. Tadi tepat sekali setelah menuruni tangga panggung, Ethan langsung memeluk Kinandita erat. Dan membisikkan sebuah kalimat, "Pergi sama gue habis ini, lo juga harus denger versi gue kan, An?"

Jelas Kinandita kebingungan, tapi dia hanya bisa menurut. Memasuki mobil putih Ethan yang melaju santai menyusuri jalanan kota Bandung, tapi rasanya suasana di dalam mobil tidak setenang laju mobilnya. Apalagi Ethan yang terlihat gusar dan banyak pikiran.

Kinandita sudah bilang untuk kembali ke hotel saja bila Ethan tidak enak badan tapi Ethan tetap teguh agar mereka pergi ke tempat kesukaan Ethan waktu SMA, katanya.

Setelah sampai, baru saja Kinandita akan keluar mobil tapi langsung ditahan oleh Ethan dan kembali memeluk tubuh gadis itu. "Lo makin kurus, pasti capek ngurusin gue kan, An. Mulai sekarang jangan capek-capek lagi."

Kinandita melepaskan pelukan itu dengan paksa menatap bingung Ethan yang bahkan muka laki-laki itu terlihat biasa saja sekarang. Wajah tanpa bersalah yang membuat Kinandita jauh lebih kesal, Ethan selalu begini, setelah membuatnya terbang tak kepayang malah membuat ekspektasi itu jatuh dari langit dengan perlakuan atau ekspresinya setelah itu.

 Wajah tanpa bersalah yang membuat Kinandita jauh lebih kesal, Ethan selalu begini, setelah membuatnya terbang tak kepayang malah membuat ekspektasi itu jatuh dari langit dengan perlakuan atau ekspresinya setelah itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo kenapa sih, Than? Gue capek banget hari ini, cepetan, gue mau balik ke hotel," ujarnya kesal.

Ethan menatapnya tanpa ekspresi, "An, selama ini lo ngungkapin perasaan lo terang-terangan itu beneran atau cuma bercandaan?"

Mendengar pertanyaan itu yang keluar dari mulut Ethan membuat Kinandita berdecih lalu tersenyum miring lalu kembali ke duduknya yang menghadap depan, "Udah jalanin aja mobilnya, kita ke hotel."

Namun Ethan menarik tangan Kinandita lalu membalikkan badannya agar dapat melihat wajah laki-laki itu dengan leluasa. "An, gue serius."

"Selama ini gue juga serius, Than. Lo mau gue ungkapin semuanya? Iya, gue suka sama lo." Suara Kinandita mengecil seiringan dengan wajahnya yang semakin dekat dengan wajah Ethan, "Dan gue gak suka sama perlakuan lo yang kayak tadi. Peluk gue, lalu ekspresi lo— bener-bener ngejatuhin perasaan gue? Gue selalu capek dengan semua perlakuan lo, Than."

"Sekarang gue bener-bener capek. Gue gak akan istirahat karena gue udah melakukan itu berulang kali seperti yang lo bilang. Setelah tiga bulan lagi, semuanya selesai. Kalau bisa jangan temuin gue, kalau lo ngerasa gak adil karena ini perasaan yang gue tumbuhkan sendiri, lo juga harus introspeksi diri karena dari awal gue udah bilang untuk jaga perlakuan lo agar gue gak jatuh cinta."

Kinandita bisa saja menangis sewaktu-waktu, "Harusnya lo lepasin gue aja, Than. Harusnya lo gak begini. Harusnya lo tau kalau Kinandita itu bodoh dan tidak bisa mengatur hatinya. Seharusnya gue gak jatuh cinta, Than."

"Gak boleh. Lo gak salah. Gue yang terlambat sadar sama hati gue sendiri, An."

Ethan kembali memeluk tubuh yang semakin mungil itu, "Kemarin Papa telpon gue, katanya lo pulang sambil nangis. Papa bilang harusnya gue dari awal udah sadar kalau lo punya perasaan lebih untuk gue. Papa bolehin gue sama lo asal gak ngajak lo untuk naik ke atas panggung karena dia masih takut."

"An, lo capek kan? Untuk yang terakhir kalinya, istirahat ya, An? Biarin gue yang berlari ke arah lo, biarin gue yang ngejer lo. Kalau udah ada di titik yang sama, ayo jalanin semuanya sama-sama. Maaf banget kalau gue terlambat sadar."

Kinandita menggelengkan kepalanya, "Gak bisa, Than. Keputusan gue bulat, gue akan pergi setelah kontrak kita berakhir."

"Maka gue akan buat lo tanda tanganin kontrak baru untuk terus sama gue sampai akhir. An, kasih gue kesempatan untuk tunjukkin keseriusan gue, oke?"

Meski harus bergulat dengan hatinya sendiri, Kinandita tetap menganggukkan kepalanya.

"Tunggu gue ya, An

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tunggu gue ya, An."





































To be continued.

The Sunset Is Beautiful, Isn't It? Where stories live. Discover now