12

38 6 5
                                    

Motor Nathan berhenti di depan rumah Aurora. Aurora tidak lagi memakai bajunya yang kotor karena terkena air selokan karena tadi sempat mampir ke apartemen Nathan. Aurora tidak ingin ditanya-tanya ketika sampai di rumah, lagipula Aurora tidak tahan dengan aroma baju itu yang membuatnya ingin muntah.

Aurora turun dari motor, lalu mendekati Nathan yang sedang melepas helmnya. Aurora menghela napas pelan saat melihat keringat di dahi dan pelipis Nathan.

"Gue suka heran deh sama lo. Lo itu naik motor malem-malem, di depan lagi, masa iya bisa keringetan gitu," dumel Aurora sambil mengambil tisu di dalam tasnya.

"Hawanya emang suka gerah kalau deket-deket lo."

Aurora mencebikkan bibirnya dan memukul lengan Nathan. "Ngeselin lo!"

Nathan tertawa pelan. Aurora mengelap wajah Nathan dengan tisu. Matanya memperhatikan wajah Nathan yang sedang dilapnya dengan serius. Sedangkan Nathan balas memperhatikan wajah serius Aurora.

"Harusnya lo itu bersyukur punya pacar perhatian kayak gue, bukannya malah dihujat tiap detik."

"Suka enggak mirror sama diri sendiri."

Aurora mendengkus kesal, lalu melempar tisu bekas Nathan ke tong sampah.

"Mau masuk?" tanya Aurora.

"Tumben?"

"Basa-"

"Basi tau!"

"Hmm, bakso aci kayaknya enak tuh. Beliin sana!"

"Lo pikir gue babu lo?!"

Nathan turun dari motor dan membuat mata Aurora memicing.

"Ngapain lo turun?" tanya Aurora.

"Mau masuklah!"

Aurora mendorong tubuh Nathan mundur hingga tubuhnya menyentuh motor. "Enggak usah. Entar panas rumah gue kemasukan setan."

"Suka bener kalau ngomong. Tapi, gue nggak peduli. Gue mau masuk."

"Enggak! Sana balik!"

"Nathan."

Nathan tersenyum senang mendengar suara lembut yang memanggil namanya. Jika Nathan tersenyum, Aurora justru mendengkus pelan mendengan suara bersahabat Gea yang memanggil nama Nathan.

"Malam, Tante," sapa Nathan.

"Malam, Nathan. Ra, kok Nathan enggak disuruh masuk sih? Ayo, masuk dulu, Nathan."

Nathan tersenyum penuh kemenangan pada Aurora. Dengan wajah songong, Nathan melangkah maju sambil menginjak kaki Aurora membuat Aurora mengaduh.

"Kenapa, Ra?" tanya Gea.

"Ketiban setan, Ma."

Gea geleng-geleng kepala, lalu tersenyum pada Nathan. "Ayo, Nathan, masuk." Gea berbalik badan, lalu masuk lebih dulu ke dalam rumah.

Aurora mendelik pada Nathan yang masih santai berjalan. Kesal karena dicueki, Aurora menjulurkan sebelah kakinya ke depan Nathan sehingga membuat cowok tersandung dan jatuh tersungkur. Belum puas dengan semua itu, Aurora menendang pantat Nathan membuat cowok itu nyungsep.

Aurora berlari ke rumah sambil tertawa puas. Dia berhenti di depan pintu, menoleh pada Nathan yang menatapnya sengit.

"Dapet otak hasil giveaway aja sampe sujud syukur gitu!"

Aurora berlari masuk ke dalam rumah. Suara tawanya terdengar jelas di telinga Nathan walaupun tubuh gadis itu sudah tidak terlihat.

"Dosa apa gue punya pacar modelan preman pasar gitu?"

Mantan! Balikan Yuk!Where stories live. Discover now