BAPER?

415 45 7
                                    

Mau rajin up?
Rajin vote sama komen juga kalo gitu🥰
HAPPY READING!!!

Selena berkali-kali mengusir Nichol dari kamarnya, namun laki-laki tak peduli. Ia malah semakin tidak punya malu dengan terus memeriksa setiap sudut kamar Selena. Dimulai dari meja belajar milik Selena beserta isi-isinya, sampai ke lemari baju perempuan itu.

Selena merasa risih, ia berniat untuk pindah ke kamar tamu saja saat tau jika Nichol ingin tidur dengannya. Entah hanya sekedar tidur atau melakukan hal lain, tetapi Selena harus tetap berjaga-jaga.

Diibaratkan saja Nichol adalah seekor kucing yang sedang berada di meja makan bersama sepiring ikan. Tentu ada dua kemungkinan, kucing itu memakannya atau hanya mengamatinya saja tanpa menyentuh. Jika kucing tersebut hanya melihatnya, bisa saja dia mempunyai pikiran, yaitu tidak memakannya sampai mendapatkan persetujuan dari sang pemilik. Namun, jika hal tersebut berbanding terbalik dan kucing itu memakannya. Itu berarti dia tak punya moral. Dia adalah seorang penjahat yang sudah mengambil sesuatu yang paling berharga milik orang tersebut demi memenuhi kesenangannya.

Ngerti gak kalian? Yaudah sih, dingerti-ngertiin aja ya😭

Nichol menarik lengan Selena yang hendak keluar dari kamar. Ia membawa perempuan itu ke dekapannya. Mencium aroma tubuh Selena dalam-dalam membuat Selena menggeliat tak nyaman.

"Lepasin gak!" bentaknya, mencoba melepaskan pelukan tersebut.

Nichol tak menggubris, ia semakin mempererat pelukannya seolah-olah menjadikan Selena sebagai bantal guling.

"Lepas! Pengap tau gak!"

Selena semakin memberontak, ia benar-benar tidak sudi jika dipeluk oleh laki-laki sialan seperti Nichol.

"Jangan banyak gerak, Sel. Nanti adik gue bangun,  gak bisa jalan lo besok."

Selena menegang, ia meneguk ludahnya kasar. "Jangan sembarangan lo Kak kalo ngomong."

Nichol mengangkat sebelah alisnya, ia menatap Selena dari atas. Dagunya ia taruh di kepala perempuan itu. "Gak percaya sama omongan gue? Mau bukti?*

"Sampe lo ngelakuin hal yang enggak-enggak sama gue, gue bakal laporin lo ke kantor polisi atas tindakan pelecehan! Biar lo dipenjara!"

Nichol tertawa renyah. Sangat menggemaskan jika melihat Selena marah-marah seperti ini. Wajah yang memerah, dan jangan lupakan ekspresi Selena seperti seekor kucing yang sedang ingin berubah menjadi singa. Cukup menghibur, hingga tanpa sadar jika dirinya sedari tadi terus diperhatikan oleh perempuan itu sambil tersenyum.

"Kenapa? Terpesona sama kegantengan gue? Apa lo baper?"

Sangat tepat apa yang dilontarkan Nichol barusan. Selena memuji-muji Nichol dalam hati, sebab baru pertama kalinya ia melihat laki-laki itu tertawa lepas. Namun saat mendengar ucapan Nichol tadi, senyumnya langsung memudar. Pujian itu kini berubah menjadi sebuah umpatan yang membuat Nichol mendelik tak terima.

"Selain tukang maksa, lo juga orangnya kepedean ya, Kak. Gue ngeliatin lo itu, karna gue lagi mikir."

"Mikir apaan? Mikir kenapa di dunia ini, kok bisa ada cowok seganteng gue?" tanya Nichol dengan kening berkerut.

Selena memutar matanya malas. "Dih! Gue mikirnya itu, kok bisa ya temen sekolah gue bisa naksir sama cowok kayak lo ini. Udah mukanya B aja, tukang maksa, egois, cabul, trus idup lagi."

Nichol perlahan melepas pelukannya. Ia menatap Selena lekat. Walaupun sedikit tak terima dengan ucapan perempuan itu yang menjelek-jelekkan dirinya, tapi ia harus bisa menahan diri untuk tidak marah. Ia tidak mau jika Selena tambah membencinya.

𝐀 𝐃 𝐄 𝐍 𝐈 𝐂 𝐇Where stories live. Discover now