Bab II - Chapter 3

41 4 2
                                    

BAB II : CHOICE
Ch 3 - Melatonin...
.
.

Seketika rapat kecil-kecilan singkat terjadi di antara mereka. Diskusi. Revisi. Masukan. Dana. Masalah supervisi. Pergantian guru pembimbing karena katanya guru BK sedang sibuk saat ini jadi tidak bisa membantu.

Semuanya dibahas dengan rinci, yang jujur membuat kepala Yoshida sedikit pusing karena dia tidak tidur semalam sebab harus belajar untuk kuis Fisika hari ini.

Akan tetapi, Yoshida memutuskan untuk tetap menampilkan senyum ala customer service terbaiknya. Semua masalah akan selesai kalau dihadapi dengan senyum bukan? Hahaha.

Gila.
Gila.
Gila.
Bisa gila.

"Intinya guru pembimbing kegiatan ini diganti jadi Bu Quanxi. Nanti kau sama Yuko langsung buat aja groupchat bersama beliau. Bu Quanxi sudah aku beritahu soal ini, jadi kau tidak perlu konfirmasi lagi."

Haruka menjelaskan kembali. Yoshida mendengarkan.

"Kami masih ada kegiatan latihan kepemimpinan dan Program Penghijauan yang harus diurus. Jadi, maaf kalau kami berdua agak slow respon. Namun, bukan berarti nanti kalian bisa bebas seenaknya saja. Aku mau semua berita tentang acara kalian terus update di grup OSIS."

Jelas Haruka. Yoshida mendengar.

"Masalah dana dan sponsorship nanti aku suruh Seigi dan Higashiyama buat bantu-bantu. Tapi kalian yang kontak dan rancang proposal dana sendiri, ya, bisa?"

Haruka bla bla bla. Yoshida diam.

"Paham kan, dek?" Haruka menjentikkan jari di depan muka adik kelasnya yang lebih tinggi. Membuat Yoshida seketika tersadar dari kabut tebal yang menyelimuti otaknya.

"Paham kok, siap."

Yoshida menjawab dengan spontan. Dia tengah berusaha memaksakan senyumnya, dan Kiga tampak apatis ketika dilihatnya ekspresi lelah dari Yoshida saat ini.

"Bagus. Aku tahu si Paling Sempurna sepertimu ini bisa diandalkan." Haruka tersenyum. Terlihat agak sombong. Ia lalu memberikan map dokumen detail program wajib dari dinas itu ke tangan Yoshida.

"Kami harap program workshop kali ini juga bisa berjalan baik. Ini akan sangat menentukan reputasi sekolah kita kedepannya," timpa Kiga yang semakin menambah beban ekspektasi di pundak sang Manusia Sempurna.

"Kalau sudah tidak ada yang mau disampaikan langsung, kami akan kembali ke kelas, dan sebaiknya kau juga kembali karena kita sudah menghabiskan satu jam di wakasek," lanjut Kiga. Dia dan Haruka kemudian mulai melangkah pergi.

"Iya. Nanti kalau sudah ada progress, akan aku kabari," jawab Yoshida tatkala mereka berdua sudah berbalik badan. Tidak ada jawaban dari ketos dan waketos. Hanya lambaian tangan kecil dari Haruka dan kepala Kiga yang miring sedikit.

Yoshida mengambil napas panjang, lalu mengembuskannya. Dia memegang dokumen itu dengan erat. Lalu ia menengok ke arah jam dinding di ruang wakasek yang kelihatan dari luar jendela.

Sekarang sudah mau jam dua.... Sekolah pulang jam tiga lewat. Nanti harus bolak balik antar Yuko pulang dulu. Setelah itu langsung balik ke sekolah buat ekskul olimpiade. Pulang ekskul langsung ke tempat latihan Judo sampai jam 7 malam. Habis itu jam 8 sampai jam 11 ke tempat les.

Berarti buat inisiasi grup nanti aku bisa suruh Yuko. Buat vidcall tambahan bisa antara jam 7 sampai jam 8... semoga aja Bibi- eh, Bu Quanxi tidak masalah.

Yoshida mengingat kembali jadwal hariannya yang padat seraya kakinya terus melangkah menuju kelas.

***

Oh Klahoma!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora