Bab II - Chapter 2

36 8 3
                                    

BAB II : CHOICE
Ch 2 - Caffeinate!
.
.

"Siapa yang main tunjuk gitu!?"

"Kak Kiga."

Yoshida menjawab dengan datar, seolah ini adalah jawaban yang sudah dapat ditebak. Yuko terlihat manyun kesal untuk beberapa saat tetapi wajahnya kemudian berubah menjadi segan.

"Hah, ini lah buah yang kau dapatkan karena sudah cari masalah dengannya waktu itu," pening Yuko.

"Hei, aku tidak tahu kalau Kak Kiga akan marah saat aku ditembak oleh Yoru. Itu di luar kendaliku," balas Yoshida yang terdengar sama capeknya. "Lagipula kau juga punya masalah dengannya kan?"

Mereka hening sejenak, diam dalam pikiran masing-masing perihal mengapa Kak Kiga agak tidak suka dengan mereka.

"Kayaknya Kak Kiga sister complex deh," ceplos Yuko tiba-tiba. Seperti mendapat wahyu. Dia memandang Yoshida dengan sangat yakin.

"Masa?"

"Feelings. Soalnya semenjak aku mengenalkan diriku sebagai sahabat Asa pas SMP, Kak Kiga kayak sinis ke aku begitu." Yuko menambahkan sambil meletakkan jari telunjuk di bibir, seolah sedang memberi informasi rahasia.

Yoshida berkomentar, "Tetapi aku jarang lihat Kak Kiga dan Asa berdua. Mereka sekarang pisah rumah bukannya? Aku kira mereka tidak akur."

"Ih, mana ada. Kak Kiga tuh suka teleponan sama Asa malam-malam. Asa sendiri yang cerita padaku," tekan perempuan berambut pendek itu. Meski demikian, sang lelaki di depannya tampak masih tidak begitu percaya.

"Tetapi kok Kak Kiga tidak pernah speak up soal pembullyan yang dialami kau dan Asa?"

"Soal itu.... Aku tidak pernah kepikiran." Yuko memberi jeda. Dahinya mengkerut. "Aku tidak tahu."

***

GEDEBUG!

Remaja laki-laki berambut pirang itu menonjok teman sekelas sebayanya tanpa ragu. Membuat sang korban pemukulan itu terjatuh sampai harus ditahan oleh kawan-kawan lainnya yang juga babak belur.

Sementara teman-temannya yang lain, yang berada di dalam ruang kelas saat ini menjauh dari perkelahian dengan ngeri. Suasana menyepi, hanya ada suara makian dan pukulan saat ini yang dapat membuat siapapun yang mendengar bergidik ngeri.

"Anjing gila kau Ji!" seru satu dari antara mereka. Ia menyeka hidungnya yang berdarah sambil menatap sang anjing dengan tajam, marah besar.

Akan tetapi dia akhirnya melangkah mundur karena sadar diri, kalau dia tidak bisa melawan mantan anak geng di hadapannya ini.

"Kau yang gila bangsat! Kau sudah membuat kaki Yuko retak dan kau pikir kau boleh menertawakan itu!?" Denji mendengus kesal. Dia mengepalkan tangan, siap untuk tinju berikutnya.

Akan tetapi, agresivitas itu berhenti tatkala seorang perempuan yang tengah memegang dokumen dan seorang laki-laki ber-badge OSIS masuk ke dalam kelas mereka saat jam istirahat ini.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Lelaki yang dikenal sebagai Ketua OSIS itu memberi pandangan tidak suka, sedang perempuan berambut pendek di belakangnya hanya berdiri menatap seisi kelas dengan menyeramkan. Tidak ada satupun orang yang berani menatapnya balik.

"Bang Haruka! Kak Kiga! Tolong, anak ini sudah sinting!"

Korban-korban pemukulan itu buka suara. Sang pelaku, Denji berdesis kesal. "Sok-sok jadi korban, njing!" katanya sambil menyiapkan tinju kedua, tetapi Haruka langsung mengambil langkah ke antara mereka untuk melerai.

Oh Klahoma!Where stories live. Discover now