"Pagi-pagi gini lagi sibuk ngapain sih?" tanya Jehan seraya memberikan gelas susu yang ia bawa.

Tak diduga wanita itu malah menatapnya sinis, dari raut wajahnya menunjukkan kalau dia sedang kesal. "Bisa liat sendiri kan aku lagi ngapain–"

Jehan mengangkat sebelah alisnya, sedikit merasa heran dengan respon sang istri. "Masih pagi udah ngambek aja, kamu kenapa?" Rasel hanya mengedikkan bahunya sembari meneguk susu yang diberikan.

"Karena aku ngga ngebolehin kamu pergi kerja?"

"Tuh tau," cetus Rasel pelan tetapi Jehan masih bisa mendengarnya meskipun samar. "Jahat banget istrinya mau coba produktif tapi malah dilarang,"

Kekehan gemas pun keluar dari mulut Jehan. "Bukan ngelarang tapi hari ini aku mau ngajak kamu ke sesuatu tempat,"

"Kemana tuh?" Rasel penasaran jadinya.

"Udahan dulu marahnya coba, baru aku kasih tau"

Rasel mendelik, "Aku ngga marah tapi kesel!"

"Sama aja, sayang"

Mendengar itu Rasel sontak mengangkat kepalanya sambil menahan senyum. "Ap-apaan sayang-sayang,"

"Kenapa? Salah aku manggil kamu kayak gitu?"

"Engga, aku suka!" elak Rasel langsung. "Tapi jangan sering-sering nanti aku salting" katanya sangat pelan.

Jehan tertawa menggeleng-geleng sementara Rasel menundukkan kepalanya, merasa malu setelah menyatakan kejujurannya begitu saja.

"Malah harus sering dong biar kamu terbiasa, ya ngga?"

"Engga, jangan gitu ah! Malu tau," ujar Rasel sembari membereskan semua alat perlengkapan menggambarnya.

Lagi-lagi Jehan tertawa sebagai responnya. Pria itu menyukai sisi Rasel yang menggemaskan layaknya anak kecil ini. Mood Jehan yang tadinya tidak terlalu bagus di pagi ini berubah karena hanya tingkah dan ucapan lucu dari sang istri.

"Jadi kamu mau ngajak aku kemana?" tanya Rasel sungguh penasaran.

"Ini kamu ngepang sendiri?" Jehan memegang rambut panjang istrinya yang terikat kepang. Ia sudah salah fokus dengan penampilan wanita itu sedari tadi.

Ini adalah pertama kalinya Jehan melihat Rasel dengan rambut dikepang seperti itu. Dan kalau ada kata yang mendeskripsikan lebih dari kata cantik, akan Jehan ucapkan detik ini juga.

Hiperbola memang. Tetapi di pagi ini Rasel terlihat cantik dan menawan dengan tampilan begitu. Jehan merasa semakin 'bangga' kepada dirinya sendiri karena wanita cantik itu merupakan miliknya sekarang.

Rasel mengangguk cepat, ia senang jika Jehan melihat hasil karya yang ia buat susah payah selama hampir sejam tadi. "Iya, bagus kan?"

"Cantik." ucapan Jehan yang berhasil membuat Rasel tersipu.

"Kamu mau ngajak aku kemana, Je? Jawab dulu ih!" ujar Rasel mencoba mengalihkan topik karena kalau gitu lama-lama sepertinya dirinya tidak akan kuat.

Jehan tersenyum manis sambil membelai rambut Rasel yang tidak terikat , "Pertama aku mau ajak kamu ke makam papah–"

"Kamu serius?"

"Serius dong. Berhubung aku juga udah lama banget ngga ke makam papah, kamu mau kan?"

Jehan sengaja tidak memberitahu bahwa tujuan utama dari ajakannya ini adalah mengunjungi makam kedua orang tua Rasel juga.

"Mau lah! Udah dari lama aku mau ziarah ke makam papah tapi aku takut bilangnya.." Rasel mendelik.

The Fate of Us | JaerosèWhere stories live. Discover now