FO : Chapter 5

34 4 4
                                    

Mau Dibawa Kemana — Armada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau Dibawa Kemana — Armada

🎧🎧🎧

Perempuan dengan gaya rambut kuncir kuda itu kini sudah memasuki area kelas setelah menitipkan dagangannya di kantin. Hari ini dia datang agak sedikit terlambat dari biasanya. Suasana hatinya juga sedang sangat-sangat baik. Terbukti dari senyum lebar yang terus terukir di wajah manisnya. Ketika indra penglihatannya sudah menemukan sang sahabat—Acha, yang sedang duduk di kursi sembari melihat dirinya sendiri di pantulan kaca, dia langsung memekik girang.

"ACHA, HAECHAN MAU COMEBACK AAAAA!!" Bahkan, belum sempat perempuan itu mendudukan diri, dia lebih dulu berteriak sembari menggoyang-goyangkan tubuh Icha, membuat sahabatnya itu mengerang lantaran pusing bukan main. Tak sampai disitu, ia masih terus berceloteh dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Bukannya kemarin lo bilang kalo pacar lo baru comeback? Lagi?," tanya Acha, kebingungan.

"Itu mah pacar gue yang lain. Beda group."

"Dih, banyak amat pacar lo!"

"Dari sekian banyaknya pacar gue, tetep aja Haechan juaranya di hati gue. SUMPAH CHA, LO WAJIB TAU KALO HAECHAN GANTENG BANGET. GUE JUNGKIR BALIK AJA APA YA? MANA SEMALEM FANCAM KONSER DIA SLIWERAN DI TIKTOK" Teriakan melengking dari Rana, membuat sosok perempuan di samping itu langsung mengambil langkah waspada untuk menutup kedua telinga demi menyelamatkan indra pendengarannya, semisal ada teriakan part tiga. Pasalnya, kini posisi Rana sudah memeluk tubuh ramping Acha, yang kalau semisalnya perempuan itu berteriak lagi, otomatis langsung bertemu dengan gendang telinga milik Acha.

"Lo stres, ya? Masih pagi, tapi suara lo udah full batre gini. Sarap, lo!" Perempuan yang bernama Acha itu hanya membalas dengan umpatan-umpatan kecil, hingga Rana mencebik kesal. Rana heran, memang  temannya itu tidak terpesona apa dengan ketampanan seorang Lee Haechan? Aneh, pikirnya. Tapi, Rana juga tidak merasa tersinggung sih dengan sikap sahabatnya itu. Sudah biasa. Selagi Acha tidak mengibarkan bendera perang dengan mengata-ngatai biasnya, itu tak jadi masalah.

"Haechan gue cakep banget, Cha. Tapi gue bingung, beli album nggak ya, sayang duitnya." Kali ini, mimik wajah Rana berubah sendu. Ia melepas tas miliknya lalu ditaruh di atas meja, menjadikan alas untuk ia menyembunyikan wajahnya. Acha hanya menggeleng. Sahabatnya yang satunya ini memang benar-benar moody-an. Sedetik bisa super duper periang, lalu sedetik kemudian sudah seperti orang yang tak memiliki semangat hidup.

"Kalo sayang, ya jangan. Kata lo, satu album bisa buat bayar SPP sebulan. Duit emang bisa di cari, tapi jangan lupa kalo cari duit juga bisa bikin gila" cibir Acha yang membuat Rana mengangguk lesu tanpa merubah posisinya. Terkadang, omongan pedas sahabatnya itu memang ada benarnya juga. Setidaknya, untuk saat ini, Rana memang harus memprioritaskan hal-hal yang lebih bermanfaat untuk keberlangsungan hidupnya.

Demi mengusir rasa bosan sebelum bel masuk berbunyi, Rana memutuskan untuk memainkan ponsel, membuka aplikasi favoritnya. Terbesit rasa iri saat ia melihat teman-teman se-fandom yang membuat postingan betapa serunya konser semalam. Sebelum jiwa fangirl miliknya semakin meronta-ronta, ia memutuskan untuk mematikan ponsel dan menyimpan kembali ke dalam saku bajunya. Lagi dan lagi, ia hanya mampu menggumamkan kalimat andalan, 'Apalah daya fangirl modal kuota kayak gue gini.'

Fight OverWhere stories live. Discover now