FO : Chapter 1

197 11 4
                                    

Wildest Dream — Taylor Swift

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wildest Dream — Taylor Swift

🎧🎧🎧

Suara langkah kaki yang berlari kencang, menjadi melodi di sebuah lorong yang mengarah ke kantin sekolah. Kedua tangannya penuh, membawa tentengan kantong plastik berisi makanan. Sesekali ia mengucapkan permisi untuk menerobos kerumunan yang menghalangi jalannya. Tak urung, bahunya menabrak beberapa siswa yang sontak membuat ia menerima sedikit makian. Memang, ini salahnya karena bangun terlambat, dan sesuatu yang terburu-buru pasti jadi berantakan. Perempuan itu hanya bisa berharap, tak ada lagi kekacauan yang ia buat hari ini. Sesampainya di salah satu pedagang kantin, dia berhambur untuk menyalimi tangan seorang wanita paruh baya.

"Aaaa, mami, Rana kesiangan. Ini titipan hari ini ya, jumlahnya ada di catatan yang Rana masukin ke plastik." Perempuan yang menyebut dirinya Rana itu mengeluarkan kotak bening, berisi beberapa macam makanan kering.

"Tumben banget kesiangan," balas Mami dengan logat jawa yang masih melekat meski berbicara bahasa Indonesia.

"Semalem ngebut streaming pacar aku, Mi. Dia abis comeback. Berhubung aku hanyalah fans modal kuota, jadi ya gitu deh. Aku langsung ke kelas ya, Mi, maaf nggak bisa bantuin beresin."

Belum sempat mendapat jawaban, perempuan berjaket putih itu langsung berlari menuju kelasnya. Waktunya sisa lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Suasana di kelas jelas sudah ramai, dan saat ia masuk, semua mata langsung tertuju padanya. Bukan karena ia terkenal, lalu semua orang mengaguminya, bukan. Justru karena dia yang selalu datang pagi-pagi sekali, dan kini kesiangan, semua orang jadi terheran-heran. Padahal kan, namanya juga manusia, kerap kali berbuat hal yang tak biasa di lakukan. Ia duduk di samping perempuan ber-name tag 'Naura Arasha T'. Satu-satunya teman dekat yang ia miliki di kelas ini, karena selebihnya, hanya sebatas kenal nama saja.

"Mata panda lo kelihatan banget, nih pasti gara-gara lo nontonin cowo korea sampai pagi," sindir Acha yang sontak membuat perempuan di sampingnya mencibir. "Jangan sotoy! Orang cowok gue dari canada, wle."

"Halah, halu lo!"

"Berisik deh, lo! Biarin gue napas dulu kek, capek nih abis lari-larian ke kantin Mami," keluh perempuan dengan kunciran rambut yang khas itu.

Nama perempuan itu adalah Serana Juanita. Kalau di lihat secara sekilas, memang tak ada yang spesial darinya, dan Rana mengakui itu. Dirinya memang jauh dari standar kecantikan dimana perempuan harus berkulit putih mulus. Namun, Rana juga tak pernah larut dalam perasaan insecure, meskipun ia tak menampik jika perasaan itu kerap kali muncul. Padahal, kalau di telisik lebih dalam, Rana itu terlihat manis, sangat manis malah, sampai-sampai rasa gula saja kalah. Warna kulit yang kecoklatan memberikan kesan tersendiri terhadap tubuhnya yang ramping. Rambutnya yang sedikit bergelombang, justru pas dengan postur wajahnya yang agak tirus.

Fight OverWhere stories live. Discover now