END

591 63 2
                                    

••••••
hepi riding pren
••••••

"Jatuh cinta itu buruk. Cinta cuma bisa bawa pengaruh buruk buat kamu. Jadi nggak usah jatuh cinta."

Itu kata-kata mendiang ibuku semasa beliau hidup.

Aku percaya bahwa ibuku memiliki kenangan buruk dengan ayahku yang tidak pernah aku lihat. Ibu bilang, Ayah sudah lama pergi. Ibu pun tidak tahu Ayah kemana. Dan tidak ada satupun foto Ayah yang Ibu simpan.

Rasanya menyedihkan kalau tidak pernah melihat Ayah. Aku cukup yakin kalau Ayah tidak sejahat itu. Beliau pasti orang baik. Tapi kenapa Ibu tidak pernah ingin menceritakan Ayah?

Seumur hidup, aku berusaha membuktikan diri. Pada semua orang. Ibu menyuruhku agar menjadi orang yang hebat.

Katanya, "Berusahalah sangat keras sampai kelak tetangga bahkan nggak bisa mengenalimu."

Dan aku berusaha sangat keras. Aku belajar, sangat keras. Terlalu keras. Menjadi peringkat satu di kelas bertahun-tahun.

Namun semua usahaku untuk memastikan Ibu melihatku lulus kuliah dengan nilai terbaik, kandas begitu saja.

Saat aku kelas 3 SD, Ibu meninggal karena overdosis obat. Aku tidak tahu bahwa ternyata selama ini Ibu mengonsumsi obat tidur karena insomnia. Malam hari, Ibu mengonsumsi semua obat tidur yang tersisa, dan paginya, saat kutemukan, Ibu sudah pergi.

Dan aku menemukan surat di bawah bantal Ibu.

Untuk Karin,
Anak Ibu tersayang.

Ketika kamu baca ini, berarti Ibu sudah pergi. Maaf, ya, Nak, karena Ibu tidak bisa lama menemani kamu. Maaf karena Ibu tidak bisa melihat kamu kelulusan kelak. Maaf karena Ibu selalu mendesak kamu melakukan semua yang Ibu inginkan.

Tapi percayalah, Nak. Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu. Itu saja.

Ibu tidak pernah benci ayahmu. Ayahmu orang baik. Ibu yang jahat. Ibu yang selalu memaksa Ayah untuk melakukan senua yang Ibu mau.

Kamu lahir dari kesalahan, Nak. Ibu membencimu dulu, karena Ibu tidak pernah mengharapkan keberadaan kamu. Tapi Ayah terus menghalangi Ibu agar tetap menjaga kamu, dan Ibu setuju.

rival (?) ✅Where stories live. Discover now