14

586 79 3
                                    

••••••

pagi pagi begini, mading sekolah ramai oleh murid-murid yang mengerumuninya. karin yang baru sampai pun bingung sendiri. dia langsung menaruh tasnya di kelas, tepat ketika alisa dan rio berlari menghampirinya.

"oi, morning," sapa karin.

"rin, mending lo liat ke mading sekarang," ujar rio, membuat karin bingung. tapi cewek itu tetap berjalan cepat ke mading, melihat ada apa disana.

ada dua pengumuman.

pensi diundur jadi dua minggu lagi. dan satu pengumuman lagi, berupa tempelan foto-foto dan satu headline.

karin melotot melihat semua foto-foto disana. itu semua potret dirinya, yang baru keluar dari bar. memang akhir-akhir ini dia pergi untuk perform di beberapa bar. tapi juga cafe. the beat dapat banyak tawaran sejak perform di lakeside bar tempo hari. namun kenapa hanya ada foto dirinya keluar dari bar? dimana foto saat keluar dari cafe? kenapa hanya saat dari bar saja yang diambil?

bisa dihitung, ada sekitar 20 foto dirinya disana. keluar dari beberapa bar yang berbeda. karin menoleh, menatap headline pengumuman itu.

'GILA! OSIS, KARIN JUANA TERNYATA SUKA KE BAR!'

'anjing!umpat karin dalam hati.

"eh, itu ga sih, orangnya?"

"iya, yang itu."

"yaelah, muka doang cakep. udah gue duga, busuk."

"ke bar gitu, pergaulannya pasti ga bener."

"minum minum itu pasti. mabok-mabokan."

"anjir, gila banget itu anak. kenalan sama om-om juga kali, ya?"

"padahal osis. kelakuannya aja anteng, disiplin, favorit guru-guru di sekolah. giliran keluar ternyata gini, ya."

"ah, ngeri. keluarin dari osis aja itu."

karin bergetar mendengar semua komentar pedas yang keluar dari mulut murid-murid itu. dia berbalik, berjalan menuju alisa dan rio.

namun di saat yang bersamaan, kak umami dan kak mahesa datang.

"karin, itu bukan kamu, kan?" tanya kak umami.

"itu gue, kak." jawab karin, bahkan tanpa ragu.

alisa mengguncang lengan karin. "rin, gamungkin elah! ini kamu pasti dijebak! itu bukan kamu, kan? ya, kan?"

karin menggeleng. "itu emang gue, sa."

kak umami menghela nafas berat, menatap kak mahesa. "ke ruang osis. sekarang."

karin mengangguk, lalu berjalan mengikuti kak umami dan kak mahesa ke ruang osis. tubuhnya sedikit bergetar, tapi dia tetap memaksakan tegak, menatap lurus ke depan.

"gila, ga punya malu ya itu anak? udah kaya gitu aja masih berani sombong."

"busuk banget, hahaha."

"nyesel gue pernah suka sama dia."

karin meremas jemarinya, lalu mempercepat lajunya ke ruang osis. di jalan, mereka berpapasan dengan amu, upi, kiki, sho, dan toro. tampaknya mereka juga sudah melihat berita itu.

"rin, bukan kamu, kan?" tanya amu, menahan lengan karin.

karin menatap amu, lalu melepaskan tangan amu dari lengannya. lantas melewati mereka begitu saja, kembali mengikuti kak umami dan kak mahesa.

"ngga, itu gamungkin karin. dia gabakalan aneh-aneh kaya gitu!" amu menggeleng.

••••••

"sebenernya kamu mikir apa, sih? saya mulai bingung sama komitmen kamu sebagai anggota osis, terlebih, bagian keamanan." tanya kak umami.

karin hanya diam, menunggu kak umami melanjutkan.

"lo ke bar? ngapain?" tanya kak mahesa.

karin lagi-lagi hanya diam. entah kenapa lidahnya kelu, nggak sanggup bicara sedikitpun. padahal di saat kayak gini, karin bisa langsung kasih tau yang sebenarnya, dan osis serta guru bisa bikin klarifikasi, supaya namanya bersih lagi.

"karin juana, saya nanya ke kamu," kak mahesa menekan ucapannya.

karin tidak menjawab.

"udah, kita gaakan dapet apapun dari maksa dia bicara, sa. tapi karin, dengerin saya. ini fatal. saya gatau gimana pendapat guru-guru soal ini, tapi kemungkinan kita harus ngeluarin kamu dari osis," ujar kak umami.

karin mengangguk. "iya,"

"saya mau tanya sekali lagi. kamu ngapain, malem-malem, di bar-bar kayak gitu? kalo kamu mau diajak kerja sama dan ngasih tau yang sebenarnya, kita bisa bantu kamu bersihin nama kamu dan nama osis lagi," sambung kak umami.

"percuma, kak. mau saya kasih tau yang sebenernya kayak gimana pun, mau kalian bikin klarifikasi kayak gimana pun, kakak pikir bakal ada yang percaya? gaada gunanya klarifikasi. semua bakal tetep anggep saya cewek ga bener." cecar karin akhirnya.

"dan soal osis. silakan. kalo guru-guru mau ngeluarin saya, silakan. saya udah capek juga jadi anggota osis. saya ketinggalan semuanya, apa-apa serba susulan. kerjaan saya di luar osis, semua keteteran. saya ga tidur, buat ngerjain itu semua. kakak pikir saya robot? gampang banget, ya, tinggal bilang 'susulan aja' 'nanti aja' 'osis dulu'. emang hidup saya osis doang?"

kak umami mengepalkan tangannya. "kamu yang pilih jadi anggota osis, karin."

"saya nggak pernah milih. saya nggak pernah minta. kakak yang maksa saya. saya udah nolak, tapi kakak nggak mendengarkan. sampai akhirnya saya harus bilang iya supaya antek-anteknya kakak itu nggak terus neror saya, bilang 'join osis yuk' 'kamu favorit tau'." lanjut karin.

"favorit? haha, bullshit banget sialan. giliran muncul masalah kayak gini, yang kalian pikirin pertama pasti cara bersihin nama osis kan? makanya guru-guru juga bakal ngeluarin keputusan buat ngeluarin saya dari osis. bangsat."

kak umami menahan kak mahesa yang sudah cukup kesal. menggelengkan kepalanya, membuat kak mahesa kembali duduk.

"baik, kalau kamu segitunya nggak suka, saya akan minta kepada guru supaya mengizinkan saya mengeluarkan kamu dari osis," ujar kak umami pada akhirnya.

"finally. thank God. makasih,"

karin berdiri dari tempat duduknya, dan keluar dari ruang osis. kak umami menghela nafas, memijat pelan pelipisnya.

"umami, karin ga akan pernah kayak begitu. iya, kan? aku yakin ada hal sebenarnya yang dia nggak kasih tau," ucap kak mahesa.

kak umami mengangguk. "pasti, sa. hal itu yang dia nggak bilang ke kita."

"ya, sekarang dia juga udah bukan tanggung jawab kita lagi. gausah dipikirin, biar guru-guru yang urus," kata kak mahesa.

••••••
karin maafin author yah, biar ada dramanya ini😭🙏🏻
sabar, semua akan berlalu🥰
to be continued!!
••••••

rival (?) ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora