11. Crying but Laughing

656 102 15
                                    

Hai. Chapter depan alurnya dicepetin ya. Udah greget mau buat Daniel nyesel soalnya. Vote janlupaaa.

•••

Suara cambukan, gertakan, adu mulut dan berakhir si wanita di banting ke lantai beradu di kepala Daniel sekarang.

Dia tarik kuat rambutnya sendiri sampai beberapa helai juga rontok karenanya. Lantas Daniel bangkit dari kursinya dan buka pintunya ruangannya gak sabaran.

"Dan—"

Oke Juna pilih buat diem aja sekarang. Daniel dalam mode serius dan gak mau diajak basa-basi. Dia baru aja jemput Lorenzo, sekarang dokter nakal itu ada di sebelahnya. Mereka baru aja dari ruangan Sean.

Lorenzo cuma bisa meringis lihat keadaan Sean. Makin kurus aja, kandungannya juga lemah banget. Padahal terakhir dia tinggal itu Sean cukup sehat.

"Mending cek dia deh. Gue kemarin denger dia ngeluh kesakitan, " kata Juna sambil tunjuk satu ruangan sel ke Lorenzo.

Lorenzo hela nafasnya panjang, dia langsung jalan duluin Juna dan buka pintu ruangan itu. Lorenzo cukup kaget lihat keadaan cowok yang notabenenya korban penculikan Daniel itu.

"Ambilin perban sama antiseptik sana, " titah Lorenzo. Juna cuma ngangguk aja, dia langsung ambil kotak punya Lorenzo di kamarnya dan balik lagi serahin perban sama antiseptiknya.

"Daniel ngapain?"

"Hampir perkosa gue, " kata cowok itu. Dari rautnya sih kelihatan banget lagi ketakutan, cuma kayanya cowok itu berusaha buat terbiasa sama keadaan ini.

"Tapi gak jadi. Dia malah pukul gue, " kata cowok itu sambil desis kesakitan waktu Lorenzo obatin luka di wajahnya.

"Lo cantik sih, kali aja dia lagi oleng sebentar dari Sean, " kata Lorenzo.

Gilang, nama cowok itu. Lorenzo sama Juna udah tau banget sama korban Daniel yang satu ini. Gimana enggak? Gilang bahkan hampir setahun disekap di sini. Stress, udah pasti.

Gilang cuma angkat bahunya acuh. Dia sekarang udah nyerah banget, gak ada celah buat dia kabur dan lapor polisi. Entah dia nantinya diperkosa, disiksa ataupun mati di tangan Daniel juga dia gak peduli lagi. Dia cuma bisa minta maaf ke keluarganya sekarang.

•••

"S-sakit, l-lepasin, " rintih Sean yang nafasnya tersengal-sengal itu.

Pasalnya Daniel gak ada hujan dan badai langsung masuk bawa Sean ke kamar mandi dan cekik leher Sean tanpa kejelasan. Bahkan rasanya, Sean kaya udah gak bisa nafas lagi.

"Lama, gue mau siksa lo. Gue mau—gak ada yang bisa stop gue. Iya, kan? Iya, lo cuma punya gue. Sean cuma punya Daniel seorang. " Entah Daniel meracau apa, Sean gak bisa fokus lagi. Nafasnya sesak banget.

"Kaya gini, iya kaya gini, " racau Daniel lagi.

Tiba-tiba Daniel tertawa. Tawa itu, mengerikan bagi Sean. Daniel kelihatan kaya iblis banget sekarang. Sean takut, bener-bener ketakutan.

"Ini yang dirasain papa ya? Puas banget, iya gue ketagihan. "

Masih dengan racauan yang gak jelas, Daniel malah balik tubuh Sean jadi membelakanginya. Sekarang Sean bisa rasain Daniel yang lepas celananya gak sabaran.

DANEVIL || YeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang