PART 9

7 2 0
                                    

Tak menunggu waktu yang lama, terdengar ketukan pintu. Dengan sigap aku membukanya dan ternyata aku tidak kenal dan tidak pernah melihatnya.

"Siapa?" tanyaku dengan wajah kebingungan. Apa orang ini salah rumah?

"Cadfael Ivander," Pria tinggi kurang lebih setinggi Cakra dengan celana jeans putih dan jaket kulit itu mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

"Kamu udah datang nak? Mari masuk," Mama datang menemui kami dan meminta pria itu untuk masuk.

Belum aku membalas uluran tangannya dia memilih untuk masuk dan menyalimi satu per satu orangtua yang tengah duduk. Sampai tiba digiliranku, Kembali dia mengulurkan tanganya di hadapanku.

"Anak tante," ujar tante Naura karna aku memandang pria itu dengan tatapan orang yang ling-lung.

Akupun membalas uluran tangan itu. "Cadfael Ivander, panggil aja Ander," dia mengucapkan Namanya untuk kedua kalinya.

"Eunoia-"

"Eunoia Aneksa sering dipanggil Eunoia," bukan aku yang memperkenalkan diri malah dia sendiri yang seolah memperkenalkan namaku padaku.

"Kok kamu tau nama aku?" tanyaku dengan tampang yang ternganga karna tidak habis pikir.

"Karna aku nyari tau," kalimat itu mengingatkanku pada Cakra yang juga mengucapkan itu kala pertemuan pertama kami di gubuk dekat pinggir pantai.

Aku terdiam membisu dan menatapnya tanpa berkedip karna aku benar-benar de javu pada kalimat itu.

"Hei jangan bengong," tangannya melambai-lambai dihadapanku agar aku sadar dari lamunanku.

Aku yang langsung tersadar mengalihkan pandanganku darinya dan melepas tanganku darinya.

"Jadi gimana, bisa kita mulai?" tanya om Agra membuka suara yang membuat Ander langsung duduk di sebelahku.

"Jadi sesuai perjanjian saya dan Papa kamu, dalam melakukan kerja sama perusahaan kami memutuskan jika bukan hanya perusahaan kami saja yang menjadi satu. Tapi...," ucapan om Agra yang menggantung membuat aku tiba-tiba merasa panas dan tidak nyaman seperti akan ada hal buruk yang akan terjadi. "Kami juga ingin menjodohkan kalian," lanjutnya.

Sontak aku langsung berdiri, "Enggak aku gak mau dijodohin Pa," tolakku mentah-mentah. Aku masih mau sekolah, masih mau kuliah. Dunia aku masih panjang!

"Eunoia, ini demi kebaikan kamu. Papa percaya sama nak Ander bisa menyayangi kamu sepenuhnya dan menjaga kamu," kata Papa agar aku dapat menerimanya. Kalimat kayak gitu udah basi Pa!

"Oo, Papa mau jodohin aku sama orang karna Papa gak bisa menyayangi aku sepenuhnya. Iya Pa?" bungkamku tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi berikutnya.

"Ikut Mama," Mama langsung menarikku ke dapur dengan paksaan karna awalnya aku menolak.

Plakkk

"Udah saya bilang jangan melawan! Kamu terima perjodohan ini atau hidup kamu akan berakhir," Mama emosi sampai menunjuk-nunjuk aku memberi aku ancaman.

"Aku masih mau sekolah Ma, dan aku gak mau nikah sama orang yang jelas-jelas gak aku kenal," aku memegang pipiku yang terasa panas dengan air mata yang mulai menetes.

"Kamu masih akan sekolah, tapi setelah lulus kamu harus menikah. Lagian kamu sekolahpun gak akan ada gunanya. Kamunya aja bodoh," bentak Mama.

"Yaudah Ma mending hidup aku aja yang berakhir dari pada aku harus tetap tersiksa dengan orangtua yang tak berperasaan seperti kalian," kini aku pasrah. Jika malam ini nyawaku harus melayang di tangan orangtuaku aku benar-benar pasrah. Lagipula aku sudah sangat jenuh dengan semua tuntutan yang mereka berikan.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Feb 02, 2023 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

IT'S OKAYHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin