PART 4

6 3 0
                                    

Makin hari, hidupku selalu dipenuhi surat dari orang misterius yang sampai saat ini belumku temukan rupanya seperti apa. Kemarin sudah surat kedua, dan sekarang sudah surat ke sepuluh. Seperti tidak ada lagi harapan untukku menemukannya meskipun dengan berbagai petunjuk. Jadi dapat di simpulkan jika surat keduanya yang menyatakan jika aku bukanlah seorang yang gagal adalah salah besar. Jadi aku adalah seorang yang penuh kegagalan.

Kusimpan semua surat dan batu-batu itu di dalam laci dekat tempat tidurku. Hari liburku hanya tersisa dua lagi. Aku menyerahkan hari-hari nikmat itu merncari orang itu. Andaikan kemarin aku tak perlu terlalu kepo, pasti aku tidak akan sekecewa ini. Tapi iya sih, aku akan terus terganggu dengan surat-suratnya yang hampir setiap malam.

Apa susahnya sih dia nunjukin dirinya, aku udah capek banget. Capek dimarahin karna pulang malam, capek mondar-mandir kesana sini, kaki aku sampe pegal-pegal begini karna nyari dia keliling Jakarta, curhatku pada diriku sendiri sambil mengusap-usap kakiku yang nyeri setelah banyaknya langkah yang aku lalui.

Brakkkk

"Oh Tuhan, aku udah capek banget. Baru juga mau istirahat udah datang sasaran berikutnya," gerutuku. Ini udah surat yang ke sebelas dan tumben-tumbenan dia ngasih surat siang-siang gini. Biasanya malam.

Aku raih surat yang ada di lantai dan membacanya.

Kayaknya kamu udah capek banget ya nyari aku? Ya udah ini petunjuk terakhir untuk nemuin aku. Sekarang kamu pergi ke pantai, cari burung yang kamu temukan saat nyari keberadaan aku. Ikuti burung itu maka kamu akan menemukan aku. Ingat jangan pernah bilang diri kamu gagal karna untuk kesekian kalinya aku ngirim surat berisikan petunjuk, kamu gak pernah nemuin aku. Burung itu akan membawa kamu ke kesuksesan kamu dalam hal menemukan aku.

Setelah membaca itu, aku langsung bergegas dan pergi ke pantai. Akhirnya untuk sekian lama aku akan bertemu orang yang selalu mengganggu aku. Aku sudah sangat ingin sekali menampar pipinya dan mencubit pinggangnya dengan kuat lantas memarahinya Panjang kali lebar.

Secepat mungkin aku melangkahkan kaki tak peduli apa yang di hadapanku. Aku menerobos semuanya, melewati jalan raya yang berasap dan trotoar yang agak ramai pejalan kaki. Sampai aku tiba di tujuan.

Sekarang, aku harus mencari burung itu, baiklah tak masalah asalkan aku menemukan orang itu. Kulepas sendal jepitku agar aku lebih leluasa berjalan dan menikmati lembutnya pasir pantai. Mataku tertuju ke seluruh penjuru pantai. Depan, belakang, kanan, kiri, atas tidak akan aku biarkan seekor burungpun yang lewat tanpa terlihat oleh mataku.

Jujur, siang bolong berada di pantai itu sangat membuat gerah. Aku sudah cukup lelah menjelajahi pantai ini. Hasilnya hanya keringat yang membanjiri jidatku. Mungkin aku akan pulang lagi dengan tangan kosong.

terrrttttt terrrrrrttt terrrtttt

Dari arah belakangku tiba-tiba ada suara burung yang tak lain adalah suara burung yang aku cari. Astaga aku menemukannya! teriakku bahagia sambil melompat-lompat. Karna melihatku burung itu pergi dan akupun mengejarnya sampai ke sebuah gubuk dekat pantai. Terlihatlah burung itu bertengger di tangan seseorang yang sosoknya belum kuketahui.

"Kam-"

"Kamu capek? Sini duduk aku udah nyiapin air kelapa muda," celetuknya menghampiriku dan memapahku untuk duduk seolah aku sedang kesakitan.

Sosok yang berada di hadapanku ini sangat asing bagiku. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Dia itu berkulit putih, hidung mancung, tinggi, gagah, dan tampan. Oh astaga dia seperti titisan dewa.

"Gak perlu sok-"

"Minum dulu, aku tau nyari aku emang gak semudah itu,"

Tanpa kata-kata akupun menuruti yang dia inginkan. Ku seruput semua air kelapa itu tanpa tersisa setetespun.

"Makasih," hanya kata itu yang dapat aku keluarkan dari mulutku.

"Gimana, kamu nikmati semua permainan aku?" tanyanya seolah yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang menyiksa aku disepanjang liburku.

"Kamu siapa sih, kamu tau tentang aku dari siapa? Kenapa kamu bisa tau sampai hal-hal kecil tentang aku? Dan apa tujuan kamu gangguin aku kayak gini? Ha? Kamu pikir gak capek? Kamu pikir dengan cara ngasih aku air kelapa muda semua beban yang kamu kasih ke aku bakalan hilang gitu aja? Iya?" Aku meluapkan semua kesal dan emosiku di hadapannya.

''Sttttt.., aku ngelakuin ini untuk kebaikan kamu. Aku udah mikir matang-matang terkait perencanaan aku ini," jelas pria yang belum kuketahui siapa Namanya.

Orang yang dihadapanku ini memang tidak jelas. Entah kebaikan yang mana yang dimaksudnya. Ini bukan kebaikan tapi kejahatan karna dia mengetahui privasiku yang bisa saja dia umbar kemana-mana.

"Kamu gila ya!-"

"Oh iya, aku lupa. Namaku Cakrawala Damahendra panggil aja Cakra," katanya memperkenalkan diri dengan senyum yang mengembang di bibir pinknya.

"Gak jelas!" bungkamku lalu berdiri hendak pergi. Namun tanganku tertahan karna dia menarik tanganku dengan lembut seperti memintaku agar duduk Kembali.

"Duduk, sekarang giliran kamu buat marah apapun unek-unek kamu sama aku selama ini,"

Dengan pasrah aku kembali duduk ketempat semula. Tanpa melirik sedikitpun lagi padanya, aku berucap, Kamu tau tentang aku dari siapa? Aku berusaha memendam emosiku agar aku tidak terlampau brutal memarahinya dengan semua makian yang aku punya.

"Eunoia Aneska, gadis yang selalu beranggapan jika dunianya sangat buruk dan hampa, gadis yang selalu dituntut ini itu oleh orangtua, berusaha menutupi luka dan air mata dibalik selimut tebal berwarna hitam, selalu merasa tidak pantas dalam hal apapun. Aku tau karna aku mencari tau," jawabnya sambil melihatku dengan tatapan yang dalam. "Aku gak bermaksud untuk mengganggu kamu, tapi aku gak mau ada hal buruk yang akan terjadi sama kamu untuk semua luka yang kamu terima selama ini," tambahnya.

Aku membalas tatapannya untuk beberapa detik, aku tidak menyangka jika dia sendiri yang mencari tau tentang aku bahkan dia tau siapa nama lengkapku. Dan sesuatu yang buruk? Apa maksudnya dia akan jadi pelindungku?

Terrrttttt terrrrrrttt terrrtttt

Burung yang bertengger di gubuk dekat kami bersuara begitu berisik dan mengganggu perbincanganku dengan Cakra.

"Snipe, sttttt," kata Cakra sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir memberi perintah agar burung itu diam.

Tiba-tiba aku teringat akan surat yang selama ini Cakra kasih ke aku. Disetiap ujung suratnya selalu ada lambang sayap, aku ingin tau apa arti dari sayap itu.

"Aku mau nanya, maksud lambang sayap disetiap surat kamu itu apa ya?"

"Akhirnya kamu nanyak tentang itu. Sebenarnya itu sayap burung snipe yang punya arti yang sangat berdampak untuk hidup aku,"

"Emang apa maknanya?"

"Nanti aku kasih tau, aku harus pulang. Makasih udah mau berusaha nyari aku walaupun aku ngasih kamu banyak cobaan. Jangan pantang menyerah ya, hidup emang keras. Kalau ada apa-apa kamu gak perlu kwatir, karna aku selalu ada di belakang kamu tanpa sepengetahuan kamu aku sembunyi dimana. See you!" katanya meninggalkanku dengan banyak pertanyaan yang mengalir di pikiranku.

IT'S OKAYWhere stories live. Discover now