PART 7

14 3 0
                                    

Perbincanganku dengan Cakra di pantai tadi masih terngiang-ngiang sampai saat ini, dimana aku hendak belajar namun dihantui oleh penjelasannya. Kursi belajarku yang mengarah ke dinding, ku ubah arahnya menjadi ke arah pimtu dekat jendela. Entah kenapa kini pandanganku pada pintu ini mulai berbeda, yang dulunya biasa-biasa saja ini sudah sangat luar biasa.

Flashback on

"Apa alasan kamu manggil aku Sky?" itu adalah pertanyaan pertama yang Cakra bacakan dari secarik kertas yang aku berikan beberapa waktu lalu.

"Aku manggil kamu "Sky" karna nama kamukan "Eunoia Aneska", nah "-ska" nya aku ubah jadi "Sky" yang artinya langit. Langit adalah tempat aku bercerita hampir setiap hari sebelum aku menemukan kamu, jadi setelah aku udah menemukan kamu, kamu akan jadi Sky yang jadi tempat cerita paling tenang," jelasnya sambal tersenyum menghadap ke pantai.

Aku tak menyangka jika dia memberikan aku nama yang menurutku unik dan memiliki arti yang bermakna buat Cakra.

"Apa makna sayap burung disetiap surat kamu dan burung apa itu?" Itu adalah pertanyaan kedua pada Cakra.

"Maknanya banyak Sky," ungkapnya dan melihat aku dalam. "Itu sayap burung snipe, burung yang pernah aku bawa ke pantai. Dia adalah jenis burung yang paling sulit untuk di tangkap oleh manusia karna kelincahan dan kegesitannya melewati semua rintangan yang diberikan pemburu. Siapapun yang berhasil menangkapnya adalah menembak yang ahli atau sering disebut sniper. Jarang orang bisa memilikinya,"

"Oo, jadi kamu sniper?" tanyaku yang sangat serius mendengar semua penjelasan Cakra.

"Bukan, aku kemarin gak sengaja ketemu snipe di pinggir pantai. Awalnya aku gak tau itu burung apa, tapi aku tetap bawa pulang. Ternyata ada luka di badannya jadi aku obatin dan saat dia sembuh, dia jadi jinak sama aku." Setelah mengatakan itu, Cakra terdiam sejenak seperti memikirkan apa yang akan dia sampaikan berikutnya. "Snipe adalah prinsip hidup aku, sulit di tangkap dan diburu sama kerasnya dunia,"

"Maksud kamu sulit ditangkap dan diburu?"

"Aku gak bisa jawab pertanyaan ini sekarang, dan ini belum saatnya," Aku hanya mengangguk sebagai arti mengerti. Bagaimanapun, tiap orang pasti memiliki privasi masing-masing yang tidak perlu kita ketahui apa itu.

"Darimana kamu dapat kunci pintu kamar aku?" Dan ini yang ketiga. "Kemarin aku gak sengaja buntutin kamu karna kamu pulang sambil nangis dari sekolah, trus pas di jalan kunci itu jatuh. Jadi aku ambil, kupikir suatu saat aku butuh, dan memang butuh. Aku ikutin kamu sampai rumah, dan akhirnya aku juga tau rumah kamu. Karna rumah kamu gak ada satpamnya, aku nekad masuk dan gak sengaja liat kamu dimarahin. Sejak hari itu, aku penasaran sama kamu. Aku nelusuri semua hal tentang kamu, sampai aku tau kamu anaknya suka gagal dalam ngelakuin sesuatu. Jadi, aku ada inisiatif bantu kamu untuk jadi anak yang berprestasi dan gak beranggapan kalau kamu lahir ke dunia hanya ditakdirkan menjadi orang yang akan selalu gagal. Aku harap kamu mau belajar bareng aku." Ini adalah penjelasan untuk semua pertanyaan yang tertulis di kertas itu. Akhirnya rasa penasaranku terbayarkan. Aku tak menyangka kalau Cakra akan sebaik itu untuk membantu aku keluar dari dunia yang berat ini.

Flashback off

Bunyi jam alarm mengagetkanku dari lamunanku. Aku lupa kalau tadi aku menyalakan alarm tepat pukul sepuluh malam, yang menandakan waktu belajarku sudah usai. Aku memutuskan untuk tidak belajar dulu malam ini. Selain karna tidak baik belajar sampai tengah malam, juga karna aku merasa Lelah setelah perjalanan yang aku dan Cakra laluin hari ini.

Selain ke pantai, kami juga sempat singgah ke taman burung dekat rumahku. Ternyata Cakra suka pada berbagai jenis burung. Tapi tetap saja tidak ada yang dapat menggantikan burung snipe. Kami cukup lama disana, sampai dia mengantarkan aku pulang. Dia mengawasi aku sampai ke dalam rumah, dan saat aku memberi kode aman barulah dia pulang.

Papa dan Mama ternyata sudah kerja, makanya aku aman masuk ke rumah. Tapi tadi saat Cakra mengajakku untuk jalan, aku lupa kalau Mama Papa udah kerja. Itu alasannya tadi aku sempat nolak.

"Kamu emang sebaik itu Cakra, tembokpun kamu lewatin buat nemuin aku," kataku bukan berbicara pada Cakra, tapi pintu yang Cakra lewati untuk bertemu denganku.

***

"Bu, kenapa saya dapat nilai c untuk catatan Bahasa Indonesia? Padahal saya nyatat dengan rapi lo Bu?" tanyaku pada Bu Jeanelle yang tak lain adalah wali kelasku.

"Tapi gak sebanding sama punya Tanisha," jawabnya datar tanpa melihat aku seolah melihatku adalah sesuatu yang menjijikkan.

"Kok Ibu jadi banding-bandingin aku sama Tanisha sih?" Ada emosi yang tertahan dan akan selalu tertahan agar tidak mengakitbatkan keributan di ruang guru ini.

"Ya, karna gak pantas!"

Mendengarnya aku langsung muak dan pergi keluar. Inilah hal yang tidak aku sukai dari sekolah, tidak ada satupun guru yang mengerti dan mau menghargai perjuangan siswanya. Hanya orang-orang tertentu saja yang akan dianggap dan diperlakukan baik.

Padahal namanya sekolah, tempat belajar paling baik. Tapi bagiku sekolah ini hanyalah neraka. Percuma aja sekolah swasta, sekolah yang terbilang elit tapi tidak dengan pengajarnya. Pilih-pilih kasih, dan gampang banget buat naik turunin nilai siswanya. Kalau seorang guru tidak suka siswanya, guru tersebut bisa seenak jidat menurunkan nilai siswanya. Di hadapan umum mereka selalu mengatakan hal-hal baik, jika bertemu empat mata apalagi pada siswa yang tidak disukai, maka harga diri akan jatuh.

"Gimana aku bisa bertahan kalau gini terus, kataku dan menghapus air mataku. Bu Jeanelle jahat banget, dia gak tau kalau aku sempat begadang ngerjain itu?"

"Kasian banget sih lo. Percuma lo berusaha, bakal sia-sia. Gue jamin," ledek seseorang yang bukan lain adalah Tanisha. Gadis itu mau apalagi, ini sudah semester baru dan dia masih aja gak bosan ganggui hidupku. Aku juga kadang bingung kenapa cewek ini sangat ingin aku jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Kamu bisa gak sih jangan ikut campur hidup aku?" tanyaku yang membalikkan badan sampai bertemu muka dengan Tanisha.

Tanisha tertawa dan memegang daguku dengan jari telunjuknya. "Lo itu parasit dihidup gue dan gimana gue gak makin ikut campur sama hidup lo, lo udah berani dekat sama kak Cakra! "

"Cakra?"

"Iya, lo kenapa bisa dekat sama dia? Gue gak suka, jauhin dia atau gue bakalan main fisik sama lo," tekan Tanisha.

Bisa dibilang Tanisha adalah cewek yang famous di sekolah. Selain karna juara umum, dia juga suka tebar pesona pada guru-guru yang ada di sekolah ini. Hal itu yang mengakibatkan dia sering di puja puji guru-guru.

"Apa hak kamu ngantur aku?"

"Lo ngelawan?"

Plakkkk

Satu tamparan lolos di pipiku. Tak terasa apapun lagi, mungkin karna aku sudah biasa. Bahkan aku tak mengeluarkan setetes air matapun di ruangan kelas yang sepi itu. Aku hanya menunjukkan senyum miringku menandakan jika hal yang Tanisha itu sangatlah tidak berguna.

"Percuma kamu nampar aku, udah kebal!"

IT'S OKAYHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin