6 | EGO

132 42 6
                                    

===== WARNING!!! =====

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

===== WARNING!!! =====

⛔ DILARANG KERAS MENJIPLAK CERITA INI UNTUK DIPUBLIKASIKAN ULANG DI TIKTOK, INSTAGRAM, YOUTUBE,
ATAU PLATFORM LAINNYA! ⛔

===========================

Seharian Jee Min tidak bisa konsentrasi dalam bekerja. Pesan yang dikirimkannya pagi tadi pada Jena tidak kunjung mendapat balasan. Rasa sedih menyelimuti hatinya karena apa yang dikatakan Jena mungkin saja tidak main-main, tapi ia juga tidak bisa menyerah begitu saja. Jee Min bukan pria seperti itu.

"Kenapa kamu tidak membalas pesanku, Jen? Bahkan kamu tidak mengangkat teleponku. Apa kamu benar-benar ingin pergi dariku lagi? Perasaan itu masih ada di hatimu, tapi kamu tidak ingin memberi peluang untuk kita memperbaiki semuanya lagi. Kenapa, Jen? Kamu juga tahu kalau aku masih memiliki perasaan yang sama itu." Jee Min menghela napas. Lagi-lagi ia menatap foto Jena di galeri ponselnya.

"Aku sadar kalau aku yang membuatmu terluka dan menderita seperti itu. Tapi aku akan berusaha menebusnya padamu, Jen. Aku ingin memberikanmu kehidupan yang lebih baik lagi. Aku akan menepati janjiku untuk membahagiakanmu. Aku sungguh sangat berharap jika hatimu bisa sedikit melunak. Kamu bisa memberiku kesempatan sekali saja, dan akan aku pastikan kalau aku tidak akan mengecewakanmu lagi."

Jee Min menutup matanya sejenak. Ia bersandar pada bangku kerjanya. "Tapi jika pun kamu tidak memberi kesempatan itu padaku, aku akan tetap membuktikan ucapanku padamu, Jen." Batinnya lirih.

Matanya kembali terbuka dan menatap langit-langit ruangannya. "Aku tahu proses untuk kamu bisa mempercayaiku lagi itu tidaklah mudah, apa lagi dengan statusku sekarang. Tapi aku akan menanggungnya. Aku akan menunggu sampai kamu mau kembali lagi bersamaku dan siap memperbaiki segalanya. Yang kuperlukan sekarang mungkin sedikit kesabaran untuk meluluhkan hatimu, Jen."

Jee Min mengambil ponselnya lagi di atas meja kerjanya, lantas menghubungi seseorang.

"Halo, Tae? Kamu di mana? Bisa kita bertemu saat makan siang? Aku perlu bicara denganmu tentang Jena." tanya Jee Min to the point.

"Maaf, Jee. Kalau sekarang aku masih ada urusan. Bagaimana kalau nanti malam? Kita bertemu di tempat biasa, oke?" tawar Tae Hyeon.

"Hm, baiklah kalau begitu. Sampai nanti."

"Ya, sampai nanti." Tae Hyeon menutup teleponnya lebih dulu.

Jee Min mencoba menghubungi Jena lagi. Namun, lagi-lagi ia tidak mendapat jawaban. Ia menghela napas berat berulang kali.

Ting!

Suara notifikasi ponsel Jee Min tiba-tiba berbunyi. Dengan segera diceknya ponselnya.

"Jangan lupa makan siang, Jee. Pekerjaanmu sangat banyak sejak pindah ke sini, kan?"

Janji Setia | PJMWhere stories live. Discover now