Escapism

87 16 6
                                    

Dalam perjalanannya, Jongin pernah merasakan kebahagiaan, hanya saja memori itu tertutup rapat sekali di sebuah ruangan yang sebenarnya tak memiliki pintu. Dia terhanyut memandangi wajah Kyungsoo dari samping, padahal mereka baru saja berkenalan, dan Jongin tak mampu mengendalikan dirinya.

Bulu halus di antara matanya bergerak karena dia berkedip untuk memastikan lagi, apa mereka pernah bertemu di masa lalu?

Dan bagaimana dengan sekarang?

Jongin bergerak dan bersandar lemas. Angin berhembus terlalu kuat sampai jendela yang tak tertutup semalaman itu mengejutkan mereka.

Kyungsoo tersentak dan merasa lengannya menyentuh seseorang.

"Kau sudah bangun?"

Wanita itu mengerjap, segera bangkit dari mimpinya, dan merasakan sesuatu menggumpal di tenggorokannya.

"Kamar mandi?" tanyanya dengan telapak menutup bibirnya.

Jongin menariknya dan mengarahkan dia ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perut yang tercampur alkohol yang kuat tadi malam.

"Kau baik-baik saja?"

Jongin menunjukkan respon di luar dugaan Kyungsoo, wanita itu mampu melihat raut wajah yang menatap tepat pada wajahnya melalui cermin, dan dia mengangguk.

Di sana, tepat, mereka mengingat lagi rincian kejadian yang membuat mereka canggung seketika. Kyungsoo memahaminya lebih dari siapapun, melirik jelas bagaimana dia merusak kancing kemeja rekan kerjanya, dan ada bekas kemerahan di dada keras pria itu.

"Soal tadi malamㅡ" kata Kyungsoo pelan.

Jongin membalikkan tubuhnya dan menutup pintu kamar mandi.

Waktu benar-benar menghabisi perasaan mereka, saat Kyungsoo diminta segera bergabung dengan Jongin untuk sarapan, dia meneliti tiap sudut rumah milik pria itu, yang hanya ada dua warna dengan kebersihan yang luar biasa, pakaiannya yang telah diganti paksa tak dapat mengalahkan pesona rumah ini, tergantung banyak sekali lukisan, dan juga beberapa gitar akustik.

Dia mengangguk untuk meyakinkan pertanyaan yang muncul, mungkin Jongin juga memainkan beberapa instrumen lain, seperti kebanyakan musisi lakukan.

"Kau sudah tidak mual?"

Kyungsoo terkejut karena suara itu mengganggu lamunannya pada gitar-gitar yang digantung.

"Jongin."

"Makanlah bersamaku, aku akan mengantarmu setelah sarapan selesai."

Kyungsoo menahan lengan Jongin yang terbuka, pria itu terlihat segar dengan balutan kemeja berlengan pendek, berwarna coklat keemasan, dan rambutnya setengah basah dirapikan begitu mempesona.

"Aku akan pulang, kurasa ini harus dihentikan."

Alis Jongin terangkat sebelah, pria itu menatap Kyungsoo seolah dia merasa terganggu karena harus mendengar sindiran itu pagi-pagi begini.

"Berhenti?"

"Mr. Kim, aku tidak ingin terlibat sesuatu yang merugikanㅡ"

"Merugikanmu? Apa aku sudah melakukan sesuatu yang salah? Kau juga menikmatinya."

Kyungsoo membelalakkan matanya, di tengah ruangan terbuka itu, banyak orang mendengar mereka.

"Mr. Kim."

"Mr. Kim," kata Jongin dengan nada geli, "Kita bicarakan nanti."

Jongin melepaskan lengannya yang masih berada di gengaman kuat Kyungsoo, mereka merasa marah dengan pemikiran masing-masing, dan roti-roti yang tersusun rapi di meja menjadi saksi atas perang dingin itu.

The Violet GlimpseWhere stories live. Discover now