PART 14

156 20 10
                                    

1540 KATA

Langkah-langkah kaki lunglai berderap menuju ruang ganti. Nothing changes yet. Chelsea masih harus menelan pil pahit atas kekalahan beruntun ini.

"Good luck!" Hakim teringat ucapan Ibrahim dan Jercel beberapa jam tadi ketika mengantarkannya menuju Cobham. Ibrahim meninju lengan Hakim ketika pemuda itu hendak keluar dari mobil sembari mengatakan mantranya. Seperti biasa.

Namun ucapan "Good luck" itu nampaknya tak memberi pengaruh. Lagi-lagi Chelsea harus menerima kenyataan bahwa klub ini sedang tidak baik-baik saja.

Setelah menelan pil pahit akibat kekalahan pada laga sebelumnya yakni 1-0, supporter berharap debutnya pemain anyar bisa membuat Chelsea mencuri poin untuk merangkak ke klasemen atas. Namun, nihil. The blues harus takluk 4-0 dari lawan.

Setelah pertandingan yang menahan imbang Everton 0-0, Hakim mulai dimainkan pada babak kedua saat gelandang serang Chelsea mengalami cedera. Total cedera yang ditampung oleh The Blues khususnya pada gelandang dan defender membuat pelatih Chelsea harus menggunakan pemain pelapis, termasuk Hakim.

Pemain bernomor punggung 22 itu mengakui dirinya belum bisa memberikan performa terbaiknya. Malam ini, Chelsea tidak bisa mengejar ketertinggalan 3-0 yang kemudian gol bungsu lawan menyusul di menit akhir. Pembantaian kepada Chelsea lagi-lagi dinyatakan sukses.

Cederanya pemain utama tentu saja membuat Hakim akhirnya diberi kesempatan menyentuh bola. Ia merasa kembali pada atmosfer bermain lagi. Namun, di sisi lain Hakim harus menerima cacian karena performa-nya yang dinilai sangat buruk di beberapa pertandingan yang ia mainkan.

"Ziyech? Haha, pemain itu terlalu lama di kursi cadangan hingga lupa caranya bermain bola."

"Sebaiknya pemain seperti itu memang cocok dibuang ke Everton. Heran, kenapa dia masih di sini."

"Kembalilah ke negaramu, Ziyech! Tubuhmu itu tidak cocok bermain di liga Inggris!"

"Disenggol sedikit saja sudah tersungkur."

Blablablaaa ... dan lain sebagainya.

Hakim mendengarnya, Hakim mendengarnya. Pemain bernomor punggung 22 itu melewati penonton dengan dingin dan tenang, meskipun sedikit terpincang-pincang ketika menuju ruang ganti. Laga telah usai. Chelsea kalah lagi.

Terlihat salah satu pemain frustrasi hingga membanting sepatu yang membuat suasana ruang ganti menjadi panas. Hakim hanya memandang pemain tersebut dari kursinya sembari membersihkan kaki. Jersey dan kaos kaki putih yang dipakainya kini telah berubah kusam dan kotor karena beberapa kali ter-tackle oleh pemain lain hingga tersungkur. Sejujurnya dia masih merasakan nyeri di bagian betis.

Dua medical staff Chelsea mendatanginya. Pria yang mungkin berumur dua kali lipat dari Hakim itu menarik kakinya kemudian menyemprotkan sesuatu.

"I'm good, I'm good."

"Of course The Wizard good." Pria tersebut kemudian meninggalkan Hakim dengan senyum tipis. Namanya Mr. Jeff, pria yang sudah mengabdi kepada Chelsea selama 17 tahun.

Hakim dijemput oleh Jercel dan Ibrahim yang juga menyaksikan langsung pertandingan Chelsea tadi.

"Well, the game is over." ucap Jercel ketika Hakim masuk ke mobil. Wajahnya yang tertekuk menandakan dia sedang tidak dalam kondisi baik.

🪟

Untuk kedua kalinya Lamya menyaksikan kekalahan Chelsea lewat televisi di depannya. Hakim tampil tidak bersinar, sama seperti wajahnya ketika pulang kini.

Hakim & LamyaWhere stories live. Discover now