Penampilannya juga tidak buruk. Gaya berpakaiannya trendi, postur tubuhnya ramping, dan kulit putihnya begitu terawat meski ada kantong hitam di bawah matanya akibat sering begadang mengerjakan proyek.

Ada gulungan cetak biru yang dimasukkan ke dalam tabung plastik di belakang punggungnya. Itu mungkin desain mahakarya lainnya dari sang arsitek.

Pagi ini Kaveh mengenakan atasan katun longgar yang ditutupi oleh jaket kulit cokelat tua yang senada dengan tangki motornya. Karena cuaca di Sumeru sedang terik dan lembab, ia berniat untuk menanggalkan jaketnya.

Begitu Kaveh melepas tabung plastiknya dari punggung, sesuatu terjadi. Entah karena ia mengantuk setelah tidak tidur semalaman atau karena sedang tidak fokus saja, ketika ia hendak meletakkan tabung itu di kursi motornya, ia tidak sengaja menjatuhkannya.

Kebetulan Alhaitham masih berada di lapangan parkir. Pria dingin itu secara refleks menangkap tabung plastik Kaveh sebelum menyentuh tanah.

"Oh, refleks yang bagus, Profesor Alhaitham" ujar Kaveh sembari melepas jaketnya. Ia membiarkan Alhaitham meletakkan kembali tabungnya di kursi motor tanpa repot-repot mengambilnya sendiri.

Alhaitham tidak mengatakan apapun. Pria itu segera pergi meninggalkan Kaveh di lapangan parkir dengan hanya bergumam, "Ceroboh."

Mahasiswa di sekitar lapangan parkir segera ramai. Mereka yang pro Alhaitham berteriak melengking setelah melihat betapa seksinya dosen Haravatat itu saat membungkuk untuk membantu Kaveh. Bahunya dan lebar sungguh membuat liur orang yang melihat menetes.

Sementara itu, kelompok mahasiswa yang pro Kaveh, seperti Rana misalnya, justru mendesis. "Hiss. Sungguh dingin. Profesor Kaveh menyapanya dengan senyuman, tapi ia pergi begitu saja dengan wajah masam. Harusnya aku atau mahasiswa lain saja yang tadi menangkap tabungnya."

Setaria memutar bola matanya. "Jelas-jelas Profesor Alhaitham menolong dosenmu itu. Dia tidak sedingin itu."

Dan dengan itu, peperangan antara penggemar Alhaitham dan penggemar Kaveh dimulai. Perdebatan itu biasa terjadi di Universitas Akademiya. Mereka akan terus memperdebatkan siapa yang lebih hebat di antara dua dosen idola mereka, siapa yang lebih tampan, dan siapa yang lebih layak disebut sebagai suami idaman.

Perdebatan Setaria dan Rana baru berhenti saat tiba-tiba suara dingin yang mereka kenal menyela. "Kelas sebentar lagi dimulai. Apa kalian berniat untuk membolos?"

Itu adalah suara Alhaitham. Segera saja kedua mahasiswa itu membeku di tempat. Rasa takut akan dihukum merayap di sekujur tubuh mereka. Ketegangan di antara guru dan murid-murid itu baru bisa mengendur ketika suara familiar lain menimpali.

"Rana, mau ke kelas bersamaku? Karena hari ini kita akan mengunjungi pabrik material, kau jangan sampai terlambat."

Itu adalah suara Kaveh, suara yang begitu menenangkan jiwa, mencairkan suasana, dan yang jelas membuat Rana lega bisa melarikan diri dari dosen kejam di hadapannya.

"Setaria, sampai jumpa nanti," ujar Rana pada akhirnya. Sebelum pergi, ia tak lupa berbisik, "Selamat bersenang-senang dengan profesor es batumu itu. Semoga nilaimu tidak membeku di huruf D hari ini."

Seperti itulah pagi di Universitas Akademiya. Terlihat kacau, tapi mungkin tidak akan berubah dalam waktu dekat.

Mau bagaimana lagi, kisah ini memang berkutat pada Alhaitam dan Kaveh, dua profesor perjaka yang menjadi idaman sejuta umat.

Namun, apakah benar mereka belum menikah?

Jika mahasiswa-mahasiswa itu mengetahui faktanya, mereka pasti akan terkena serangan jantung.

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now