Kabur dari Masalah

226 19 11
                                    

"Hmm gimana mau happy kalo yang bikin sedih itu kamu".

"Hmm gimana mau happy kalo yang bikin sedih itu kamu"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Naren tersenyum mendengar itu. Dia menjulurkan tangan kirinya dihadapan Shakila.

"Mau ngapain?"
Tanya Shakila bingung.

"Tanggung jawab. Saya kan yang bikin mbak Kila sedih".
Shakila hanya terkekeh mendengar itu. Dia segera menerima uluran tangan remaja di depannya itu.

"Kalo sama saya ngga boleh pasang muka sedih".
Ucap Naren lalu membawa Shakila berjalan di sekitar restoran itu. Banyak sekali aneka street food di bawah penerangan lampu saat malam hari.

"Mau hunting makanan ngga? Mungkin mbak Shakila belum makan?"
Tawar Naren. Padahal cowok itu jelas tau bahwa Shakila baru saja dari restoran.

"Kamu ngga boleh nolak apa aja yang saya minta ya".
Ucap Shakila memasang wajah pongahnya. Perempuan itu terlihat beberapa kali melihat gerobak-gerobak yang berjejer dengan wangi khas makanan.

Matanya tertuju pada telur gulung yang terlihat menggoda. Kini, giliran Shakila yang menarik tangan Naren untuk mengikutinya.

"Mang, saya mau telur gulungnya 15 ribu ya".
Penjual itu segera membuatkan pesanan Shakila. Beberapa pemuda-pemudi yang menikmati malam juga sedang mengantri mencari makanan.

Naren hanya mengamati bagaimana senangnya Shakila mengobrol dengan penjual telur gulung itu.

"Cowoknya ganteng banget".

"Mana cewenya keliatan dewasa. Tapi lucuu. Jadi kek couple goals gitu".

"Salah gue keluar malem-malem gini. Ketemu yang bucin mulu".

Beberapa kali Naren dan Shakila menjadi pusat perhatian. Apalagi saat ini Shakila berusaha menyuapi Naren setusuk telur gulung.

"Aaa coba dulu deh. Enak Ren".
Naren akhirnya mengalah. Dia melahap satu gigitan telur gulung itu.

"Aaaa pengenn".

"Tangan cowoknya patah, masih ada cewenya yang nyuapin".

"Pergi keluar cari makan, risikonya kena mental gue. Sabar ya jomblo".

Shakila yang mendengar beberapa bisikin itu hanya tersenyum tipis. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Jika Naren menawarkan, Shakila akan langsung menerimanya.

"Kita beli minum ya".
Shakila kembali berjalan menuju penjual alpukat kocok. Bahkan dia tidak peduli perutnya yang sudah terasa sangat kenyang.

Setelah mendapatkan dua cup alpukat kocok itu, Naren dan Shakila duduk di sebuah angkringan yang menyediakan berbagai makanan bakar.

"Ngga capek?"
Naren melihat rambut Shakila yang sudah terlihat lepek. Perempuan itu masih bisa tersenyum manis terhadapnya.

"Hmm ini pertemuan kita setelah berapa Minggu Ren?"
Bukannya menjawab Shakila malah bertanya mengenai pertemuan terakhir mereka yang kurang mengenakan.

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now