NEW WORLD

16 6 2
                                    

Bunda langsung sujud syukur ketika mendengar kabar Bianca diterima kerja di perusahaan industri pesawat terbang. Kebahagiaan Ayah dan Bunda tentu saja adalah kebahagiaan juga buat Bianca. Meskipun kelak ia masih tetap ingin menjadi IRT, tetapi bekerja di bidang yang sesuai bidang ilmunya, membuat kedua orang tuanya bangga. Setidaknya, mereka tidak merasa sia-sia menyekolahkan Bianca selama ini.

Dunia kerja ternyata lebih menyita waktu dan melelahkan. Waktu tiga bulan terasa berjalan sangat cepat. Berangkat pagi, pulang sore, dan malamnya tidur pulas akibat kelelahan. Itulah rutinitas Bianca saat ini. Karena lokasi kantornya masih di Bandung, Bia tetap tinggal di tempat kost yang sama, meskipun jarak perjalanannya jadi dua kali lebih jauh. Akhir pekan adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu untuk melepas penat. Ia sering datang ke cafe Bang Zav untuk menikmati kopi, membaca buku, dan juga bertemu dengan Azzura yang bekerja lebih banyak di akhir pekan.

Delapan puluh persen karyawan di divisi Bianca adalah laki-laki. Sebetulnya, ini bukan hal baru buat Bia, sejak kuliah pun perempuan sudah jadi minoritas di jurusannya. Dari 80 orang mahasiswa, hanya lima orang saja mahasiswinya. Benar-benar bagai kembang di antara kumbang-kumbang.

Di satu sisi, Bia merasa diuntungkan dengan bekerja sama dengan kaum Adam. Mereka terkenal berpikiran rasional, relatif jarang baper dan tidak mempermasalahkan hal kecil. Meskipun ada juga yang malah terlalu cuek dan tidak peka. Sayangnya, ada juga jenis lain yang sering membuat Bia ilfeel. Jenis pria genit, merasa seganteng Cha Eun Woo, dan berusaha tebar pesona pada setiap kesempatan. Jenis yang pertama ini cukup ditangkis dengan berlagak tak peduli. Ada lagi jenis lelaki yang candaannya kadang tidak senonoh, mungkin karena filter mulutnya sudah bocor. Kalau jenis kedua ini biasanya ditangani oleh Bia dengan semprotan pedas sampai lelaki itu menyumpal mulutnya. Akan tetapi, ada satu varian lain yang bikin Bia jengkel dan mengurut dada, yaitu jenis cowok yang mulutnya seperti cerobong asap kereta uap. Asap rokoknya selalu mengepul tak kenal istirahat. Sampai saat ini, Bia belum tahu entah bagaimana cara mengatasinya. Mereka selalu saja punya alasan untuk membenarkan perilaku merokok, meskipun bahaya sebagai perokok pasif sudah banyak tertulis di mana-mana. Menurut WHO, tiga juta orang meninggal dini karena konsumsi tembakau setiap tahunnya, dan hampir sepertiganya adalah perokok pasif. Mereka berkedok dengan hak asasi dan pilihan hidup sendiri. Namun, mereka lupa kalau orang di sekitarnya juga punya hak untuk menghirup udara bersih. Benar-benar egois.

Siang itu Bia kehilangan selera makan gara-gara asap rokok yang mengepul dari meja sebelah. Mulai dari mengipas-ngipas asap dengan kertas secara terang-terangan, pura-pura batuk, sampai menutup hidung pun tidak membuat lelaki itu mematikan rokoknya. Rasanya Bia ingin protes karena polusi udara yang dibuatnya.

"Punten, Mas ... kayaknya lapangan di luar sana luasnya lebih dari cukup deh buat merokok. Di sini kan banyak orang. Ada ibu hamil lagi." Bia menunjuk karyawan perempuan yang sedang hamil duduk tak jauh dari sana.

"Males ah, panas, mana harus berdiri lagi." Laki-laki itu tidak berhenti, malah meniupkan asap rokoknya yang dibentuk lingkaran-lingkaran ke arah Bia.

Rasanya Bia ingin menyiram api rokok sekaligus wajah orang itu dengan teh panas di depannya. "Itu sih konsekuensi buat perokok, Mas. Kalau nggak mau repot ya nggak usah merokok! Kami juga punya hak untuk menghirup udara yang sehat." Bia berkata tegas dan tetap berusaha agar nada bicaranya tidak meninggi.

"Alah ... jangan sensi amat lah sama perokok, Bia. Nanti kamu jadi perawan tua lho, belum apa-apa udah ngatur-ngatur cowok. Kalau nggak suka, kamu aja yang keluar ...." orang itu menjawab santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Darah Bia rasanya sudah mendidih sampai ke ubun-ubun. Ia sudah mulai mengemasi barang dan juga piringnya untuk dibawa keluar. Bia tidak peduli kalau harus duduk ngampar di rumput tanpa alas.

The Candidates حيث تعيش القصص. اكتشف الآن