BAB 7 Diplomasi I

157 22 8
                                    

Dia adalah Letnan Jenderal Adem, Jendral Tertinggi di bagian ini, dan dia masih bawahan dari Jenderal Pandour. Komandan Tertinggi penaklukam timur ini.

"Belum ada berita dari pramuka?." Tanya Adem dengan prihatin.

"Belum tuanku-." Jawab seorang pria paruh baya berbaju zirah mewah berwarna hitam serta guratan emas, dan memiliki jubah putih dibelakangnya.

Namun sebelum dia selesai, sebuah teriakan terdengar. Sebuah siluet pria berdiri di tenda utama

"Darurat!! Darurat!!." Teriak pria dari luar, lalu bergegas masuk.

"Ada apa??." Adem marah, karena diganggu.

"Letjen Adem! Kelompok Pramuka kami menemukan sisi lain memiliki banyak pasukan dan dibentengi. Kami juga melihat ada ratusan meriam di tepi pantai!." Lapor pria tersebut, yang merupakan salah satu anggota Pramuka, yang kemungkinan penghubung.

"Apa?!." Adem dan ksatria sebelumnya terkejut, apa yang membuatnya terkejut adalah bagaimana bisa negara seperti Qua Toynr dilengkapi meriam?.

'Apakah Parpaldia?.' pikir Adem penuh dengan rasa was - was. Baru - baru ini, raja mereka mengusir diplomat Parpaldia.

Dia berpikir bahwa Parpaldia tidak terima dan memilih membantu Qua Toyne, yang kebetulan memiliki hubungan dengan Mirishial. Walaupun tidak sebanyak Parpaldia.

'Idiot itu...... Otaknya hanya di kontol belaka!! Dia tidak tahu keseriusan yang ia timbulkan!.' Adem sebagai Jendral yang mengerti politik kawasan hanya bisa menyalahkan raja mereka, yaitu Raja Hark Louria Ke-34.

Tidak hanya dia, tapi beberapa jenderal juga tidak puas. Juga Raja Hark memiliki skandal, dimana dia sering meniduri istri - istri bangsawan dan jendralnya sendiri. Termasuk istri muda Jenderal Penaklukan Timur, Jenderal Pandour.

"Cih! Beritahu Jenderal Pandour! Meminta pertimbangannya!." Perintah Letjen Adem segerakepada ksatrianya, dia ingin mati konyol disini.

"Y-Ya!." Jawan ksatria yang sebelumnya berlutut, dia lalu berlari menuju tenda komunikasi.

.....

.....

Siang hari.

Esthiran, Kekaisaran Parpaldia.

Seorang pria turun dari kuda, dia memiliki wajah pucat pasi dan berlari menuju sebuah bangunan besar. Dia terus berlari menuju sebuah ruangan, dimana itu adalah ruangan dimana Sekretaris Negara dan Luar Negeri berada.

Tapi sayangnya, dia ditahan oleh penjaga yang memakai pakaian kehormatan Parpaldia yang dimiliki Kaisar Ludius.

"Tuan Kaios, maaf! Nyonya Remille sedang sibuk." Ucap prajurit kehormatan tersebut, dengan enggan.

Tapi secara samar bisa didengar suara erangan nikmat dari dalam ruangan.

"Sial!." Umpat Kaios tanpa sadar, dia akan mengutuk pasangan itu karena bercocok tanam di kantor.

Juga, saat ini dia sedang terburu - buru. Bagaimana tidak? Sebuah kapal raksasa sepanjang 180 meter sedang berlabuh di dermaga mereka! Itu kapal besar yang mengingatkan Kaios dengan Kekaisaran Mu di barat, dimana Peradaban Kedua berada.

....

30 menit berlalu, akhirnya dua kelinci di ruangan selesai berkembang biak. Kaios dengan mengigit peluru mengetuk pintu.

"Yang Mulia! Saya memiliki berita penting!." Teriak Kaios dari luar, dia melihat teknologi pihak dimana itu harus lebih maju dari Peradaban Kedua Mu.

"Ada apa Kaios??." Tanya Ludius dari dalam, dia memiliki nada yang tidak menyenangkan.

Empire of Nusantara in Another World.Where stories live. Discover now