BAB 5 : Negosiasi

213 21 0
                                    

Masih di Ruang Rapat.

"Maaf Yang Mulia Putri, tapi saya masih tidak percaya bahwa negara anda dipindahkan." Rinsui mengangkat satu alisnya tidak percaya.

"Itu adalah legenda jujur saja, memang dulu ada cerita. Namun saya masih tidak percaya." Lanjutnya dengan menggelengkan kepalanya, bahkan beberapa delegasi Qua Toyne juga tidak percaya. Selain Kanata, Nouka dan sebagian kecil dari mereka.

"Percaya atau tidak sih sebenarnya." Putri Khadijah hanya mengangkat bahunya, dia agak malas menjelaskan. Bukti ada di depan mata dan masih tidak percaya?.

Kemudian, Kanata memilih mematahkan ketidakpeecayaan ini. Sebagai elf, pengetahuan ras mereka lebih banyak dari manusia.

"Nah tapi saya percaya dengan kalian. Sebagai Elf saya dapat mengonfirmasi, walaupun saksi - saksi dari legenda ini sudah tidak ada. Kami masih menyimpan relik kuno dari Emisaris Dewi Matahari." Kanata mengangguk dan menjelaskan adanya relik dari negara legenda yang merupakan emisaris Dewi Matahari.

Delegasi dari Kemaharajaan Nusantara agak tertarik dengan relik ini, mungkin mereka bisa mencari petunjuk.

"Bisakah kami melihat relik itu?." Tanya Laksamana Agus yang sangat penasaran, dia berusia 40 tahunan dan tentu saja dia pernah hidup di dekade ke dua puluh di milenium 2.

"Bisa, saya mempersilahkan untuk anda." Kanata mengangguk dan mengizinkan Kemaharajaan Nusantara untuk melihat nanti.

Kemudian giliran Putri Khadijah yang mengutarakan keinginan Kemaharajaan untuk membuka diplomasi dengan Qua Toyne, dia lalu mengatakan bahwa mereka kekurangan suplai bahan pangan terutama gandum, beberapa sayuran dan ternak.

Kerajaan Nusantara setidaknya membutuhkan 150 juta ton bahan pangan ini, kemudian Putri Khadijah melihat wajah Kanata yang merenung sejenak.

"Ini adalah daftar bahan pangan yang kami inginkan." Celetuh Putri Khadijah memindah slide.

Daftar bahan ditayangkan, namun pihak Qua Toyne sayangnya tidak bisa membacanya.

"Maaf Yang Mulia, kami tidak bisa membacanya, bahkan yang sebelumnya. Untungnya anda menjelaskan, jadi kami memahaminya." Menteri Pertanian Qua Toyne menggelengkan kepalanya, dia merupakan seorang pria dari ras beastkin spesies kera.

"..... Jadi begitu, ada kendala bahasa di penulisan." Putri Khadijah mengangguk, dia mengerti permasalahannya. Di bidang lisan mereka bisa saling memahami, namun di tulisan itu beda cerita.

Khadijah lalu menulis catatan kecil di bukunya, ini bisa menjadi informasi yang berguna ke depan.

"Kami bisa saja menyanggupi perdagangan ini. Hanya saja transportasi menjadi kendala kami, 150 juta ton. Kereta kuda dan kuda kami terbatas, juga dengan jumlah besar ini. Dermaga kami terlalu kecil dan kapal - kapal kami adalah kapal kayu. Kemungkinan bahan pangan akan membusuk sebelum sampai." Balas Kanata dengan tak berdaya, semua orang tak berdaya. Kecuali Putri Khadijah yang mendapat pesan tersiratnya.

"...." Khadijah menyipitkan matanya sejenak, dia mengingat kata - kata kakaknya. Rajabhuwana V.

[Flashback kecil]

"Lihat wilayah ini. Benua ini sangatlah kaya, terutama bagian selatan mereka. Kita memang sudah meninggalkan bahan bakar fosil, namun di beberapa industri dan bidang militer masih dipakai." Ucap Rajabhuwana V memperlihatkan peta di layar tv plasma 100" ke Putri Khadijah.

"Jadi, apa yang ingin kamu lakukan- Tunggu!! Bagaimana caramu melakukan ini?." Khadijah melihat layar dan melihat dengan seksama, lalu merasa ada yang janggal. Dia menoleh ke arah kakaknya ini.

"Aku meretas satelis militer, tenang saja." Rajabhuwana V melambaikan tangannya dengan santai, seperti sesuatu yang biasa ia lakukan.

".... Oke, jadi apa yang ingin kamu lakukan dengan benua ini melalui diriku? Menjajahnya?." Alis Khadijah berkedut beberapa kali, dia lalu mendesah dan vertanya langsung apa motif kakaknya ini.

Empire of Nusantara in Another World.Where stories live. Discover now