[ II ] Take Care of Cheri

1K 166 11
                                    

"Mengapa menyuruhku untuk merawat alih-alih beri tahu kode pintu unit anak ini saja?!"

[•My Neighbor is Acting Weird•]

. . .

-KKT Chat-

Mingyu

(03:23)

Mingyu (Ex)
Chaerin, maafkan aku.

Mingyu (Ex)
Chaerin, aku ingin memperbaiki semuanya, tapi rasanya begitu sulit bagiku. Aku tidak mengharapkan keadaan kita akan seperti ini tapi aku terpaksa melakukannya. Aku harus melakukannya.

Mingyu (Ex)
Aku hanya menginginkanmu. Aku bersungguh-sungguh. Impianku adalah menikah denganmu dan menghabiskan sisa waktu kita bersama. Tapi sekali lagi, aku tak dapat mewujudkannya. Sungguh maafkan aku.

Mingyu (Ex)
Chaerin, aku tahu ini semua terlihat omong kosong. Tapi aku sungguh mencintaimu. Aku hanya mencintaimu.

Mingyu (Ex)
Maafkan aku. Maafkan segala kesalahanku. Bukan hanya soal aku yang mengkhianatimu, tapi semuanya. Setelah ini, tolong jaga dirimu baik-baik.

. . .

Tidak pernah berpikir bahwa itu akan menjadi pesan terakhir yang kudapat darinya. Di pukul tiga pagi yang baru kubaca saat bangun dari tidur, aku mengira dia melakukannya karena mabuk dan kuabaikan begitu saja.

Tapi sekarang, aku merasakan penyesalan karena tidak membalasnya.

Seharusnya aku memastikan keadaannya. Apakah dia memang mabuk dan sedang berada di luar, atau hanya tidak bisa tidur seperti biasa di kamarnya.

Seharusnya, aku terjaga supaya bisa langsung menghubunginya dan mungkin saja dengan begitu, dia tidak perlu mengalami kecelakaan itu.

Seharusnya..., aku tidak lagi mengulur-ulur waktu dan coba menyelesaikan masalah kami secara baik-baik bila sungguh perlu.

Sekarang semua itu hanya menjadi pengandaian. Meratapi sosoknya yang kini berada dalam pigura di antara rangkaian bunga sebagai penghormatan terakhir. Tersenyum begitu manisnya dengan hiasan pita hitam yang membuatku mencelus nyaris menumpahkan air mata.

Mingyu benar-benar telah pergi....

Aku masih tidak percaya akan kenyataan ini. Meski sudah berdiri di hadapannya, mengepal kedua tangan berusaha mengurung keharusanku untuk melakukan salam perpisahan, diiringi tangis keluarganya yang begitu deras, aku masih berharap bahwa semua ini adalah mimpi.

Namun aku tetap melakukannya. Meski dengan perasaan pasang-surut terlebih ketika menerima pelukan bersama tangis dari Minji yang melonglong permohonan maaf atas perbuatan sang kakak, aku berusaha menenangkannya dan mengatakan tidak seharusnya dia bicara begitu.

Keluarga Mingyu sudah menerima kehadiranku. Minji bahkan selalu mengatakan ingin segera tinggal bersamaku, mereka semua begitu merestuiku bersama Mingyu. Putusnya hubungan kami tidak hanya menyakiti perasaanku tetapi juga keluarganya. Minji bercerita bahwa sang ibu sampai tidak ingin bicara dengan pria itu.

Namun kini, aku harus menyaksikan Nyonya Kim meraung penuh menyesal, meracau bahwa beliau belum memperlakukannya dengan baik. Mataku sudah terlalu perih lantaran bersikeras agar tidak menangis di hadapan mereka ... juga di hadapan Mingyu.

"Inkyung...."

Melalui sudut mataku, Inkyung menoleh setelah meneguk bir kalengnya. Selesai melakukan penghormatan terakhir, aku memilih keluar dari rumah duka dan Inkyung menemani.

My Neighbor is Acting WeirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang