[ XVI ] A sudden reunion

718 121 10
                                    

. . .

"Aku sudah terlalu banyak tahu. Sampai aku takut kalau saja mereka berhasil menemukannya, mereka akan menyakitinya."

. . .

[•My Neighbor is Acting Weird•]

      

"Chaerin."

Tidak mungkin.

Bagaimana bisa seseorang yang terakhir kali kutemui hanya tersisa di pigura berpita hitam di rumah dukanya sendiri itu tiba-tiba muncul di depan mataku?

Bagaimana bisa seseorang yang kuyakini tiada kini berdiri di hadapanku, melangkah masuk begitu cepat lalu menarikku ke dalam pelukan erat, membiarkanku mendengar deru napasnya beriringan dengan debar jantungnya yang terasa nyata...?

"Mingyu..., ini sungguh kau...?"

"Ya, ini aku."

Mustahil....

"Aku lihat kau sudah meninggal...."

"Aku tahu. Ini pasti membingungkanmu."

Suaranya bahkan terlalu nyata....

"Aku mendatangi rumah duka, kau ada di sana ... keluargamu bahkan menangis..., bagaimana bisa kau sekarang—"

"Maafkan aku."

Aku menggeleng-geleng masih tidak mau percaya. Pandanganku berputar lantas tanganku meraih bahunya untuk kucengkeram penuh gemetar.

"Bagaimana mungkin kau bisa muncul seperti ini? Di saat semua orang sudah menangisimu termasuk aku—kau pikir ini lucu?!"

Cengkeramanku berubah menjadi pukulan, sebagaimana denganku yang terguncang, meledak dalam tangisan terlebih mendengarnya kembali meminta maaf.

"Kau sudah membuat semuanya berantakan dan aku hampir gila! Aku yang harus menghadapi semua kekacauanmu tapi beraninya kau datang begini? Leluconmu sungguh tidak lucu, Berengsek!!"

"Maaf. Aku akan menjelaskan semuanya padamu. Sungguh, maafkan aku."

Dia mendekapku semakin erat, menghentikan amukanku dan kini aku hanya bisa tersedu-sedan di sela gumamannya yang terus memohon maaf.

Segala perasaan yang berdatangan menyerbu berkat kejutan ini benar-benar membuatku hampir hilang kewarasan. Menghisap seluruh tenagaku hingga kini aku hanya bisa ikut memeluknya, berpegangan padanya.

Tapi, ada setitik kelegaan menyusup di antara kecamukku. Bahwa ini memanglah Mingyu, bahwa pria ini sungguh berada di sini.

Mingyu memang masih hidup.

***

Entah berapa lama pikiranku melayang sebelum disadarkan oleh datangnya segelas minuman. Seperti meyakinkanku bahwa ini bukan halusinasi, Mingyu membuatkan teh chamomile yang selalu ia suguhkan tiap kali aku datang kemari.

"Sudah kuperiksa dan keadaannya masih sangat baik untuk diminum."

Wujudnya yang sudah terlepas dari topi dan masker itu menunjukkan paras seorang Kim Mingyu. Kalau saja aku tidak ingat bahwa kepergiannya selama dua bulan ini membuatku terlibat dalam masalah besar, mungkin aku tidak akan melepas pelukannya tadi.

"Hangatkan dirimu terlebih dulu. Setelah ini, aku akan bicara."

Tenggorokanku sudah kering lantaran terlalu banyak menangis, maka kuraih minuman itu untuk kusesap sedikit. Menghirup harum chamomile yang sedikit menenangkan sekaligus meyakinkanku sekali lagi bahwa ini sangatlah khas buatan Mingyu.

My Neighbor is Acting WeirdWhere stories live. Discover now