XI: Cronstance, Kingdom of Moonlight

32 8 0
                                    

Patah hati, itulah yang dirasakan Nolan saat ini meski ia belum mengakui perasaanya yang masih cukup abstrak seharusnya ia memang sudah berhenti berharap sejak melihat cincin yang  tersematkan di jari manis Ailsa namun tetap dirinya malah justru memaksakan seakan ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Jadi sudah berapa lama kau bertunangan?" Jalan yang terjal membuat suaranya sedikit bergetar.

"Hmm tidak lama tapi aku sudah mengenalnya dari kecil."

"Perjodohan eh?" Tebaknya masih berfokus memacu dua kudanya agar terus berjalan di tempat yang benar, sedangkan Ailsa dan Celia keduanya tengah terduduk bersama dengan buah-buahan di belakang.

Ketiganya telah berangkat dari pagi buta saat bahkan matahari belum memunculkan sinarnya, memang cukup beresiko dari serangan para bayangan namun anehnya Ailsa belum menemukan mereka satupun semenjak ia berangkat.

"Begitulah."

"Woww jadi kau benar-benar dari kalangan orang kaya ya, hanya mereka yang melakukan perjodohan di zaman sekarang." Timpal Celia yang sedari tadi ikut mendengarkan, "Kalau begitu. apa kau memiliki pelayan pribadi Ailsa?"

"Dulu aku punya tapi kalau sekarang entahlah."

"Kenapa begitu? Astaga jangan bilang kau bangkrut?!" Ceplos Celia yang langsung menutup mulutnya sementara Nolan menegur gadis itu akibat kelancanganya.

"Mungkin saja." Jawab Ailsa memaklumi tapi ia juga tidak dapat membohongi diri sendiri jika ucapan dari Celia sedikit menyinggungnya, "cukup rumit bila dijelaskan."

Seketika rasa bersalah langsung tergambarkan jelas dari raut wajah Celia, gadis itu seperti hampir menangis kalau saja Ailsa tidak tersenyum ketika meresposnya. "Maaf aku sama sekali tidak bermaksut menyinggungmu, terkadang aku sulit menghentikan mulut bodoh ini ."

"Kau hanya penasaran itu wajar."

"Kalau begitu apa aku boleh bertanya satu hal lagi padamu Ailsa?"

"Diamlah Celia kau hanya semakin akan membuat Ailsa tidak nyaman." Tegur Nolan kembali sepertinya pria itu yang justru jauh lebih kesal dari Ailsa sendiri.

"Hey jangan bertengkar, aku tidak apa sungguh. Tanyakan apapun yang ingin kau tau dariku Celia."

"Baiklah, sebenarnya aku telah menebaknya sedari awal sih tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu. Ailsa, apa kau berasal dari Ilythia?" Kini tidak hanya Celia yang merasa penasaran dengan asal usul dari Ailsa yang sebenarnya, di depan sana diam-diam Nolan memasang telinganya erat-erat.

"Aku memang berasal dari Ilyhtia karena itulah kau mengerti kondisi keluargaku akibat peperangan yang mendadak terjadi." Ujar Ailsa tak sepenuhnya berbohong, toh karena perang itu hubungan kekeluargaanya dengan kekaisaran telah terputus.

"Ahh begitu ya! Aku mengerti! Kau terkena dampak akibat perang karena itu melarikan diri ke Cronstance."

"Anggap saja seperti itu."

"Kau beruntung berasal dari Ilythia, kudengar wilayah mereka sangatlah indah dan makmur bahkan orang-orangnyapun juga sangat tampan dan cantik!"

"Ilythia memang sangat indah." Ujar Ailsa mengingat-ingat tentang kehidupannya sebelum semua kekacauan ini terjadi, "selain wilayahnya yang lebih hangat dalam beberapa musim tertentu bunga-bunga langka akan bermekaran menghiasi seluruh pekarangan ist- ah maksutku taman."

"Sebesar apa pekarangan taman itu?" Tanya Celia yang terlihat sangat antusias.

"Sangat luas kau bahkan dapat berlarian di sana."

"Wow sekarang aku benar-benar sangat iri padamu, aku harap suatu hari dapat pergi ke Ilythia."

Bila dibandingkan Ilyhia dan Cronstance memang cukup berbeda, Cronstance sendiri wilayahnya jauh lebih sederhana dan dingin tidak seperti Ilythia yang selalu hangat namun tentunya tidak membuatnya kalah indah. Seperti dewa yang memberi berkat itu sendiri di Cronstance banyak sekali tumbuhan yang bersinar bila malam tiba terlebih ketika bulan purnama maka akan banyak sekali gemerlap yang bertaburan di tengah kegelapan. Untuk kemajuan peradapanyapun ia tidak kalah dari Ilyhtia, Kedua wilayah tersebut memiliki keindahannya dalam porsinya masing-masing.

The Fallen KingWhere stories live. Discover now