XXXI. Întoarcere

Mulai dari awal
                                    

"Lalu setelah ini apa rencanamu?" tanya Gane, ia melirik Arthur yang masih berdiri bak patung.

"Menunggu kekuatan Yang Mulia kembali seutuhnya baru bisa kembali ke dimensi kita, tapi itu tak bisa sembarangan hanya bisa dilakukan saat bulan purnama tiba."

Menghela napas sekali lagi, Gane menatap Alan. Ia menepuk bahu pemuda itu, pasti Alan sudah melalui peristiwa yang sangat sulit selama dia tak ada.

"Kau hebat, terima kasih. Aku bangga kau ada disampingku."

"Itu sudah menjadi tugas saya dan sumpah saya agar selalu setia kepada Yang Mulia."

Gane mengkode Alan agar mengembalikan waktu. Alan mengerti kode itu dan langsung menjalankan perintah. Waktu kembali berjalan, bersamaan dengan itu Alan menghilang.

Arthur mengerjabkan matanya, bukannya tadi Prince ada di depannya? Arthur berbalik mencari keberadaan Prince. Ia terkejut melihat Prince yang duduk menatapnya.

"Gimana bisa?" tanya Arthur syok melihat Gane yang tiba-tiba ada disana.

"Bang Arthur terlalu lelah mungkin," balas Gane dengan muka innocent-nya.

"Aku harus ke kelas, bel sudah berbunyi, nanti kita bicara lagi."

Gane menepuk pundak Arthur beberapa kali sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Arthur yang masih bingung.

Sepanjang pelajaran Gane tak fokus, tentu saja ia memikirkan perkataan Alan. Dimensi ini sudah memberikan tempat dan tentu saja kenangan untuknya. Apalagi di dimensi ini dia menemukan keluarga dan teman yang sayang dan peduli dengannya walaupun mereka memandangnya sebagai Prince. Ia jadi tahu bagaimana rasanya menjadi manusia biasa, bebas dari tuntutan dan tugas kerajaan, memiliki keluarga yang lengkap, dan hal-hal baru yang hanya bisa dialaminya saat di dimensi ini. Ia pasti akan merindukan saat-saat ini.

Tugasnya sekarang adalah mencari tahu tentang keberadaan jiwa pemilik raga ini dan cara agar kekuatannya bisa kembali seutuhnya agar bisa cepat kembali ke asalnya.

Gane tahu ia bisa memilih tetap berada disini bersama orang-orang yang sudah mengisi hari-harinya di dimensi ini. Namun tanggung jawabnya begitu besar, ia tak bisa begitu saja lepas tangan dari urusan kerajaan. Rakyatnya dan keluarga kerajaan pasti menunggu dan butuh dirinya. Apalagi ia akan diangkat menjadi raja sekembalinya dari sini.

Rasanya kepalanya akan pecah memikirkan ini semua. Ia sangat ingin berteriak, mengeluh kenapa dia yang harus mengalami semua ini, tapi dia sadar jika itu tak ada gunanya, percuma saja itu tak akan mengubah keadaan dan ini memang sudah takdirnya.

Setidaknya dia masih memiliki sisa waktu disini sebelum ia benar-benar kembali ke dimensinya.

"Prince, kenapa melamun di kelas saya?" tanya Pak Fandi, guru Fisika yang saat ini mengajar di kelas.

Zero memegang tangan Prince, berusaha menyadarkan Prince yang masih melamun. Zero sebenarnya sadar sedari tadi dengan tingkah aneh Prince, apalagi pagi tadi dia mendapat pesan dari Allean jika Prince bertingkah aneh akhir-akhir ini dan menyuruhnya untuk menjaganya.

"Apa?" tanya Prince pada Zero. Zero melirik ke depan, Prince ikut menatap ke arah sana.

"Sepertinya kamu butuh mengerjakan soal di depan agar fokusmu kembali. Silahkan maju dan kerjakan soal nomor tiga."

Gane maju dan mengambil spidol di meja. Namun langkahnya terhenti karena tiba-tiba kepalanya seperti terhantam sesuatu, pandangannya berputar-putar, sebelum akhirnya tak sadarkan diri. Membuat seisi kelas menyerukan nama Prince.

"Prince!!!"

"Prince!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kali-kalo update pagi-pagi yekan bukan hari libur pula wkwk

Ternyata Alan yang muncul kiw kiw

Kesian Gane lagi mumet 😔

Btw ini alesannya Gane gak ganti nama sepenuhnya jadi Prince

Jan lupa vomment ya muach 💕

See ya!

03/02/23

SWITCH PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang