d u a s a t u

1.7K 217 15
                                    

Komen dong sayang, komen apa kek biar mood gue naekk '³'

HAPPY READING 🍨

***

"Itu membuatku takut, sungguh." jisung beringsut mundur.

Chubby- Chenle berdecak sebal. "Apa yang kau takutkan bodoh! Aku menggemaskan begini kau bilang menakutkan. Bahkan kau memberiku nama chubby yang memang cocok sekali dengan diriku."

"Siluman seperti mu itu seharusnya tidak ada. Apa-apaan dengan ekormu yang bergoyang kesana-kemari dan telingamu itu."

"Jangan memanggilku siluman jisung! Aku ini hybrid asal kau tau?!"

Jisung akhirnya memberanikan diri mendekat pada chenle. "Apa kau tidak takut jika aku memberitahu seseorang, Chen...chenle?"

"Tidak. Karena aku percaya padamu."

Dahinya mengernyit. "Apa yang membuatmu percaya? Aku bisa saja memberitahu orang-orang."

"Karena...jika kau memberitahu orang-orang kau tidak akan menemui mahkluk cantik sepertiku lagi."

Jisung memutar bola matanya malas. Percaya diri sekali batinnya.

"Sebenarnya aku mencari seseorang jisung. Makanya aku sampai berani keluar dari duniaku." Chenle menurunkan telinga rubahnya dengan raut sedih.

"Mencari siapa?" Jisung tidak bisa menahan rasa keingintahuannya.

"Mencari kakakku, aku rasa dia berada disini karena samar-samar aku bisa mencium aromanya tapi aku belum menemukannya."

"Mungkinkah?..."

"Apa kau sepemikiran denganku jisung?" tiba-tiba binaran mata itu membuat jisung terpesona.

"Rubah pangeran Jeno?"

Chenle mengangguk. "Aku yakin itu dia. Jisung apa kau mau membantuku?" harapnya.

Jisung mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tau karena batas kita hanya tinggal dua hari saja di istana ini. Dan menemui pangeran Jeno sebenarnya sedikit sulit tapi aku ada caranya. Baiklah aku akan membantu karena kau chubby kesayanganku." bagaimanapun juga rubah itu adalah kesayangannya, mana mungkin ia tak membantu.

Chenle menerjang jisung dengan pelukannya. Sambil mengucapkan terimakasih berulang kali.

"Aku juga menyayangimu jisung."

Blus

Jisung mengulum bibirnya agar tidak tersenyum tapi pipinya tidak bisa ia hentikan untuk membuat warna merah muda samar disana. "Sama-sama." ucapnya dengan tangan mengelus punggung chenle.






"Jeno,"

"Hmmm?"

"Bagaimana jika aku nanti kembali ke asalku? Apa kita akan bertemu lagi?"

Jeno mengelus sisi pipi kiri renjun lembut. "Apa aku boleh mengatakannya. Jika aku tidak ingin kau kembali kesana san teruslah bersamaku disini."

"Lalu kau membuatku menjadi pemuas nafsumu begitu?" ucap Renjun mengerucutkan bibirnya.

Jeno mengernyit lalu menyentil pelan dahi si cantik. "Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu? Tentu saja aku ingin kamu menjadi pendamping hidupku sebagai ratu bukan menjadi simpanan."

Renjun menghela nafas. "Asal usul ku tidak jelas disini Jeno. Orang tua dan rakyatmu pasti menentangnya."

"Aku akan berusaha renjun. Ayah ku tidak seperti itu menghalangi kebahagiaan putra satu-satunya."

"Lalu ibumu? Ratu kerajaan Neviar?"

Senyum tipis terpampang rupawan di wajah Jeno. "Ibuku pasti mendukungnya dari atas sana renjun. Jadi jangan terlalu khawatir."

"Ah, maafkan aku." Renjun menatap Jeno bersalah. Tapi Jeno menggeleng. "Tidak apa."

"Lalu bagaimana dengan tempatmu renjun? Haruskah aku meminta restu orang tua mu?"

Renjun menggeleng. "Tidak perlu, orangtua ku sudah tidak ada yang tertinggal satu-satunya adalah adikku. Kurasa kau hanya perlu meminta izin dari raja dan ratu di negriku jika memang aku ketahuan ingin menikah dengan manusia."

Jeno mengangguk. "Kau harus menjadi pendampingku renjun."

"Temukan dulu adikku dimana."

"Sepertinya aku mempunyai firasat baik besok tentang adikmu renjun."

"Jangan berlagak seperti penyihir."

Cup

"Cukup sudah dengan kata-kata pedas mu, sayang."

Cup

Renjun membalas kecupan singkat itu. "Baik, rajaku."








***
TBC

Kamis, 12 Januari 2023

Noren; Secret Forest Where stories live. Discover now