s e m b i l a n b e l a s

2.1K 241 13
                                    

Selamat membaca 💕

"Jaem,"

Yang di panggil menoleh. "Kenapa?"

"Apa wajahku itu jelek?" Jaemin mengernyitkan dahinya. "Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal seperti itu pangeran?"

"Jeno. Dia menolakku terang-terangan, aku sebenarnya tersinggung."

Jaemin tertawa mendengarkan perkataan si pangeran asal Amiler.

"Kenapa kau malah tertawa?" Haechan mengerucutkan bibirnya. "Aku bertanya pada mu serius. Bukan untuk menjadi bahan tertawa."

"Haha... Maafkan aku pangeran. Pertanyaan mu itu sungguh di luar dugaan." Senyum tipis terbit di bibirnya. "Kau tidak perlu merasa cemas akan wajahmu pangeran, Jeno-kan memang seperti itu sifatnya. Bagiku kau itu manis hanya saja-"

"Hanya saja apa?"

"Hanya saja kau menyebalkan, hahaha..."

"Sialan kau Na jaemin!"

Jaemin tergelak usahanya menjahili pangeran asal Amiler ini berhasil. Hanya merasa konyol saja jika haechan berkata seperti itu, karena biasanya ia akan selalu percaya diri.

"Kemari kau." Haechan berlari mengejar jaemin.

Duk

Tanpa di duga haechan limbung karena kakinya menyandung sesuatu. Jaemin yang melihat hendak menangkap tubuh pangeran sebelum terjerambab kelantai, namun sayang karena jarak mereka cukup jauh jaemin telat menolong haechan.

"Pangeran!"

"Aduh kakiku sakit." Haechan meringis memijit pergelangan kakinya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya jaemin.

"Kaki sakit. Sialan sekali." Mata tajamnya menyorot seseorang yang sedang berdiri tak jauh dari mereka sambil memeluk seekor rubah.

"Jisung!"

Yang diteriaki meringis entah harus berkata apa. "Maafkan aku kak, hehe..."

"Rubah sialan mu itu seharusnya aku buang saja sadari dahulu. Selalu membuatku darah tinggi." haechan berdiri sambil menepuk-nepuk lututnya.

Jaemin yang disana terpaku sebentar dengan apa yang di gendongan pangeran jisung. Rubah itu, mirip sekali dengan renjun.

"Rubah siapa itu jisung?" tanya jaemin.

"Tentu saja rubah milikku."

"Kau tertarik dengan rubah itu jaemin?" pertanyaan membuat jisung dan Jeno mengernyit. "Kalau kau tertarik ambil saja dia. Aku benar-benar tidak suka."

"Apa maksudnya? Ini milikku, kenapa kau semena-mena ingin memberikan milikku pada orang lain." protes jisung.

Jaemin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak minat mengambilnya darimu pangeran jisung, jadi kau tidak perlu khawatir."

"Baguslah." ucap jisung mengangguk senang. Tangannya sibuk mengelus kepala si rubah.

"Tapi pangeran jisung rubahmu itu mirip sekali dengan punya pangeran Jeno."

"Benarkah? Jeno punya hewan licik dan nakal ini juga?" tanya Haechan. "Kenapa aku tidak pernah melihatnya? Juga Jeno tidak pernah memberitahuku?"

"Punya kewajiban apa pangeran Jeno melapor padamu kak?" pedas sekali komentar pangeran jisung ini.

"Diam kau jelek."

Jisung memberengut. "Rubah ini kutemukan saat berada di hutan jendral, dia seperti hilang arah saat itu dengan kaki sedikit terluka. Jadi aku membawanya ke istana, siapa yang tau niatnya hanya ingin mengobati tapi malah jatuh cinta dengan sifat lucunya."

"Apanya yang lucu," Haechan menatap sinis rubah itu.

"Awww...ternyata pangeran jisung ini suka dengan hal-hal yang imut ya. Memang benar rubah yang di gendonganmu itu benar-benar imut." Jaemin berjalan mendekat pada jisung. Tangannya mengelus kepala si rubah.

Haechan ikut mendekat. Yang katanya tadi tidak suka dengan si rubah tapi malah ikut mengelus rambut-rambut halus si rubah.
Jisung yang melihat itu menatap kakaknya aneh...





"Jeno-" Renjun mengguncang pelan tubuh polos Jeno. "Jeno tolong bangun, bantu aku masuk kekamar mandi. Aku ingin buang air kecil."

"Eumhhh..."

Renjun mendengus melihat Jeno yang tidak merespon.

"Kau brengsek sekali Jeno. Aku jadi tidak bisa jalan karenamu juga...hiks...hiks."

Sungguh renjun benar-benar sudah tidak tahan menahan hasrat kencingnya.

Pyurrr

"Huaaa....jenoooo."

Tangisan renjun membuat Jeno bangun dengan terkejut. "Ada apa? Ada apa?" muka bantalnya tampak panik.

"Ada apa renjun? Kenapa kau menangis? Aku benar-benar minta maaf atas perlakukanku beberapa jam yang lalu karena terlalu kasar menggagahimu renjun." Jeno mendekat pada renjun yang sesenggukan.

Tapi jari-jarinya ketika berdekatan dengan pinggul renjun tiba-tiba sedikit merasakan basah pada kasurnya.

"Huh?" Jeno menatap kebawah dimana kasur itu lembab oleh cairan yang Jeno tidak tau.

"Huaaa...." tangisan renjun makin menjadi.

Jeno menatap bingung. Kenapa renjun semakin menangis?

"Ren- renjun kau kenapa semakin menangis?" tanyanya melupakan kebingungannya tadi.

"Semua karena kau. Aku sudah tidak tahan lagi..hiks...ja-jadi aku kencing di kasurmu..hiks."

Jeno melihat kebawah lagi. "O-ohhh haha... tidak apa nanti juga akan di ganti oleh maid istana."

"Ta-tapi nanti maidmu akan bertanya kenapa kasurmu berbau -"

"Sttt sudah," Jeno beranjak dari duduknya dan mendekatkan dirinya pada renjun dimana tiba-tiba dengan ringan menggendong renjun ala koala.

Padahal masing-masing pada mereka tidak memakai sehelai kainpun.

Lubang merah muda yang beberapa jam lalu digempur melelehkan cairan kental.
"Jeno punyamu tegang lagi." cicit renjun.

"Maaf renjun mungkin di kamar mandi nanti kita akan melakukannya lagi." jawab Jeno dengan langkah kaki menuju kamar mandi pribadinya.






***
TE BE CEH

SENIN, 02 JANUARI 2023

HAPPY NEW YEAR SEMUAAA

GAK KERASA INI BOOK UMURNYA UDAH SETAUN LEBIH HAHAHA...MANA GAK TAMAT-TAMAT :v




Noren; Secret Forest Where stories live. Discover now