21. Ujian Sekolah pertama

Start from the beginning
                                    

Tamara tertawa kecil dia mangut mangut saja. Memang benar yang dikatakan Adista, ujian pertama sangat memusingkan apalagi ujian kedua ketiga. Ujian dilaksanakan empat hari.

"Gimana kalau kita dinginin otak sambil makan seblak?" Tamara memberi saran dengan menaikkan alisnya. "Gue teraktir!"

"Boleh juga. Tapi..."

"Kenapa?"

"Gue harus belajar. Persiapan buat besok. Meskipun dari lama udah belajar tapi gue takut, takut gak bisa dan takut dapet nilai jelek. Lo tahu kan? Gue pengejar beasiswa?" Wajah Adista menyendu. Dia mengerucutkan bibirnya, "maaf ya gak bisa, gapapa kan?"

"Kalau Lo tanpa belajar juga udah pinter, Ta, lah gue? Gue harus di asah dulu otaknya baru bisa. Maaf ya, jangan sekarang deh nyeblaknya nanti aja kalau udah selesai ujian, gimana?"

Tamara mengangguk, "boleh."

"Lo marah gak, maaf, ya?"

Tamara tersenyum kecil, "gapapa, yaudah ayo kita pulang belajar yang giat supaya kita dapet nilai yang bagus dan bisa masuk universitas impian. pulangnya bareng gue aja, tuh supirnya udah nungguin."

"Gapapa kan nganterin gue?"

"Gapapa, sekalian."

....

"Yah, beberapa hari kedepan aku gak bisa belajar bisnis dulu. Mau fokus belajar buat ujian."

"Iya, belajar yang serius."

"Gapapa, kan?"

"Gapapa, sayang. Fokus aja belajar jangan pikirin perusahaan. Universitas impian menunggumu."

"Ayah setuju aku masuk universitas itu?"

"Setuju, sangat setuju."

"Bukankah ayah punya universitas terbaik untuk aku?"

"Hahaha, Tamara, fokus aja belajar, nak. Ayah gak mau membebani kamu dengan keinginannya ayah yang lainnya cukup perusahaan aja yang menjadi beban kamu."

"Makasih, ayah."

"Ayah yang harusnya berterimakasih sama kamu."

"Hehehe, iya, sama sama."

"Dasar. Ayah tutup, ya? Banyak berkas yang harus ayah tandatangan."

"Iya, ayah, semangat."

"Kamu juga, nak. Ayah tutup, ya?"

Tut!

Telepon itu terputus, Tamara menyimpan ponselnya. Tamara sudah izin untuk tidak kekantor beberapa hari kedepan, mau fokus ujian. Dan untungnya ayahnya tidak masalah. Ayahnya sudah mulai berubah, syukurlah.

Ting!

Rafael
Nanti malam ajarin gue belajar lagi

Me
Dimana?

Rafael
Video call aja

.....

Kabar bahagia, Rafael sudah mulai dekat dengan Tamara.

Dari mulai beberapa hari menjelang ujian sampai sekarang hari ketiga ujian. Cowok itu mulai menerima Tamara, cinta tidak. Namun bisa menerima Tamara. Tidak marah lagi kalau Tamara mendekat. Tamara dan Rafael juga sering belajar bareng, kadang di rumah Rafael, kafe, atupun malam sambil video call.

Tamara sering tersenyum sekarang. Bahagia mulai singgap pada dirinya. Entah akan lama atau hanya sementara. Tidak masalah, Tamara tetap bahagian dia bersyukur pada Tuhan. Setidaknya bahagia itu dia rasakan.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Where stories live. Discover now