26 - Tersangka

1.1K 191 51
                                    

Jangan putus di tengah jalan, nanti dihantui rasa penasaran akan ending dari Arnav dan Lautan:)

VOMEN jangan sampai ketinggalan ya^^

Happy reading~

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Langit biru membentang dengan gagahnya bersama awan putih yang bergerumul bak kapas. Matahari juga bersinar dengan terang seolah sedang menyambut hari yang paling baik. Ditambah kicauan burung di atas rumah seperti sedang meledek kesenduan yang Nara rasakan.

Gadis dengan rambut yang sudah ditata itu baru saja menyelesaikan riasannya. Menerima sebuah gaun dari Sandra, Nara melangkah menuju ruang ganti. Ke luar dengan gaun mewah putih yang belum dipakai sempurna, Sandra praktis membantunya.

"Kamu sangat cantik," puji Sandra.

Gadis itu hanya diam, dia tak ingin banyak bicara hari ini. Duduk di depan meja rias, Nara memandangi bayangan ayu di depannya. Miris.

Setega itukah papanya hingga tak berniat membatalkan pernikahan ini? Padahal ia sudah hampir kehilangan nyawa sebab tak ingin hari ini ada.

Sepasang netra itu memanas, dadanya mulai sesak. Nara terisak.

"Lakukanlah saja, ini semua demi papamu." Ucap Sandra seraya mengusap pelan punggung Nara lantas meninggalkan kamar.

Gadis itu menangis, ia tak peduli lagi dengan riasan cantik di wajahnya. Saat ini ia hanya ingin bertemu Arnav. Bagaimana keadaan pria itu sekarang ia tak tahu sebab Chio yang menjadi sumber informasinya pun belum mengetahui keberadaan Arnav hingga saat ini.

Ceklek

Suara pintu terbuka menampilkan sosok Romi yang telah rapi dengan setelan tuxedo berwarna silver. Dengan senyuman pria itu mendekati sang anak yang tengah duduk sendirian.

"Ayo Nara, akad nikah sebentar lagi dimulai. Kamu harus bersiap," ucap Romi.

"Jangan buat papa malu, semua tamu sudah datang." Lanjutnya lantas membantu putrinya berdiri.

Dengan langkah gontai dan wajah sendu Nara berjalan di samping Romi dan Sandra menuju lantai bawah. Entah sejak kapan rumahnya berubah menjadi seperti istana dengan dekorasi bunga di berbagai sisi. Meski terlihat indah, tapi itu semua tak membuat hati Nara menjadi lebih baik.

Duduk di samping pria dengan setelan jas putih, Nara menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia ingin sekali sesuatu terjadi secara tiba-tiba untuk merusak acara hari ini. Bahkan jika hari ini gempa bumi hebat datang melanda, Nara tak apa. Ia hanya tak ingin menikah dengan cara seperti ini.

Tangan kekar Reksa mulai menjabat tangan penghulu di depannya. Dengan lantang dan tanpa kesalahan sedikit pun Reksa mengucap qabul. Nara memejamkan matanya berharap sebuah kata itu tak diucapkan para saksi.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang