"Dad," panggilan dari Jiendra yang masi berada di ambang pintu membuat mereka mengalihkan pandangan kearah remaja tersebut.

"Masuk Jie" Jiendra mengangguk berjalan kearah dimana orang tuanya duduk.

Jiendra sedikit membungkuk saat melihat orang yang lebih tua dari Daddy-nya itu duduk di hadapannya.

"Jie ini kakek kamu" ucapan Daddynya membuat Jiendra kembali menundukkan kepalanya singkat dan tersenyum kearah pria yang di sebut kakeknya itu.

"Tae kenapa turun dari tangga?" Ucap Januar saat melihat pria manis yang resmi berstatus sebagai suaminya itu turun dari tangga yang ada di hadapannya namun membelakangi Jovan dan Jaenar.

"Aku sudah tua butuh olahraga"

Jaenar mengeryitkan, tidak asing dengan suara itu. Suara dengan akses Jepang namun sedikit menyerempet Korea tapi ia menggunakan bahasa Indonesia. Ia mengenal suara dan gaya bahasa ini.

Dengan secepat kilat Jaenar memutar kepalanya. Senyumnya merekah. Benar, pria manis ini adalah pria yang ia kenal. Bubunya.

Orang yang membantunya di saat kesulitan, orang yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Kini berdiri tak jauh darinya setelah sekian tahun tidak bertemu.

"Bubu?" Jaenar berguman.

Berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat pria manis itu. Tanpa menunggu lama Jaenar sudah berada di dekapan pria itu. Dekapan yang dahulu selalu membuat ia semangat kembali di ambang kehancurannya.

Pandangan keduanya tak lepas dari kedua dominan yang menatap keduanya penuh tanda tanya. Jiendra yang memang mengenal pria manis yang dahulu ia panggil Bubu itu tersenyum manis melihat keduanya.

"Nana, bagaimana kabarnya nak?" Bubu menangkup pipi Jaenar dan menatap wajah pria manis itu.

Sudah lama ia tidak melihat wajah Jaenar, jujur saja ia merasa kehilangan. Kehilangan sosok yang sudah ia anggap sebagai putranya.

"Jaenar baik. Bubu kenapa bisa disini?" Jaenar menatap manis mata Taery yang tersenyum terdapat sedikit kerutan di ujung matanya.

Tunggu jangan bilang bubu yang di maksud kata Jovan adalah bubu yang ia kenal ini. Ya ampun mengapa dunia sesempit itu. Mengapa takdirnya hanya berputar ke arah yang sama.

"Bubu sama Nana udah saling kenal?" Suara Jovan membuat keduanya tersadar bahwa tidak hanya dirinya yang berada disini.

"Bubu itu bos aku waktu di Jepang" ucap Jaenar menjawab pertanyaan hanh di lontarkan Jovan barusan. 

"Udah duduk sini, jangan disana"

Jaenar dan Taery berjalan kearah sofa dan duduk berhadapan. Jaenar yang di samping Jovan dan di samping kanan Jovan ada putra mereka Jiendra. Lalu Taery di samping kanan suaminya.

"Jie udah besar sekarang. Ya ampun, padahal terakhir kita ketemu kamu masi kecil" Taery menatap Jiendra yang sekarang sudah tumbuh remaja.

Seingatnya Jiendra Masi sangat kecil dahulu. Jiendra tersenyum mengangguk, tidak tau harus merespon bagaimana.

"Jadi disini aku mau perkenalkan Bubu sama Jaenar, sama Jiendra juga. Sebagai calon suami dan anak aku" ucap Jovan membuat Taery menatap putranya tidak percaya.

Selama ini ia kenal Jaenar dan cerita dibalik lahirnya Jiendra. Ia tidak menayangkan bahwa putranya yang ia kandung yang memberikan kehancuran bagi hidup Jaenar.

"jadi Jovan yang hamilin Jaenar tapi gak bertanggung jawab?" Jovan tertunduk saat melihat semburat kekecewaan yang di pancarkan Bubunya melalui matanya.

Love mistake || NOMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang