bagian 06 ; yang penting kabur dulu

265 56 4
                                    

Seperti yang ia katakan beberapa menit yang lalu. Sanji jujur memang kembali kekelasnya untuk mengambil tasnya, tetapi ini juga salah satu dari rencana liciknya.

Kini kaki jenjangnya ia bawa berjalan menyusuri lorong kelas dengan tergesa-gesa sanbil bermisuh-misuh didalam hati jangan sampai Roronoa melihatnya. Lalu, bagaimana dengan Roronoa itu sendiri? Bocah itu kini tengah mengikuti Sanji dari belakang. Dan jika kalian berpikir kepalanya masih sakit itu adalah sebuah kebodohan yang sangat.

Cowok kebal kaya Zoro? Sakit? Bercanda ya. Jika bola lumut itu mengatakan sesuatu tentang sakit tentu saja bohong alias pura-pura. Dasar dramatis, bahkan Zoro dan kemampuan aktingnya yang sangat buruk.

Sialnya bagi Sanji, langit yang tadinya bersahabat kini tampak gelap dengan gumpalan awan hitam menutupi cahaya matahari. Dalam hitungan detik rintik gerimis mulai turun di gantikan dengan derasnya hujan yang diiringi oleh angin kencang yang membasahi rambut pirangnya.

Tak ada yang bisa Sanji lakukan, dirinya yang ceroboh ini selalu menghiraukan arahan ayahnya untuk tidak lupa membawa payung. Alhasil satu-satunya benda yang bisa menyelamatkannya dari kondisi seperti saat ini tentu tak ia bawa. Untuk kali ini Sanji menyesal tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Makhluk hijau berotot yang ia tinggal di UKS pasti curiga karena ia tak kunjung kembali dan menemukannya hendak kabur. Itupun kalau cowok itu nekat beranjak dari bangkar UKS yang nyaman, tentu kita tak bisa menebak apa yang ada di pikiran Zoro saat ini.

Buktinya cowok itu kini tengah bersembunyi dibalik pilar koridor sambil memperhatikan Sanji dari jauh. Menyusun rencana untuk mengejutkan cowok blasteran itu terdengar menyenangkan.

Sanji disisi lain merasa tidak enak, ia merasakan ada sesuatu yang menyeramkan dibalik dinding sana yang tengah memperhatikannya. Syukur kalau itu manusia, tapi bagaimana jika berniat buruk. Atau jangan-jangan bukan manusia? Kuntilanak, genderuwo, wewe gombel, tuyul, pocong? Sanji punya banyak opsi dikepalanya.

Badai yang bukannya makin mereda malah makin keras membuat perasaan Sanji semakin was-was. Di tempat tadi terlihat gelap dan tidak ada seorang pun dilorong ini selain dirinya. Mungkin. Sementara dilangit sana petir menyambar semakin menjadi-jadi seakan marah pada sesuatu.

Mata birunya menangkap sosok bayangan yang membuat Sanji menghela napas lega. Setidaknya oknum itu bukan makhluk halus seperti didalam bayangannya. Tapi masalahnya siapa? Apa satpam sekolah? Tenaga kebersihan? Atau guru yang kebetulan lembur? Aaa tidak tahu.

Lampu dikoridor mati, bersamaan dengan bunyi kilat yang memekakkan. Sanji reflek menutup matanya sambil memeluk ranselnya.

"HYAAAH!!"

Tiba-tiba Sanji merasakan sebuah sentuhan dingin dikulit leher belakangnya sontak membuat Sanji menjengkit kaget sambil berteriak kecil karena saking ketakutannya kakinya bahkan sampai lemas tak bertenaga. Omega kecil itu pun tanpa sadar mengeluarkan pheromone nya sambil berjongkok sambil memeluk lututnya.

"Oy Sanji?" Tanya sosok misterius itu.

"Maafin gue, gue salah." Sanji masih belum berani mengangkat kepalanya yang masih bersembunyi diantara lengannya. Dirinya dibuat makin panik setelah orang tak dikenal itu mengetahui namanya.

"Kenapa lo?" Orang misterius itu kembali bertanya.

"Jangan ganggu gue please, gue cuma mau pulang." Sanji komat kamit, merapal semua doa-doa yang ia ingat dengan bibir tak kalah bergetar hebat.

Setelah mengumpulkan segenap keberaniannya yang tersisa, Sanji mendadak menendang perut pelaku yang membuat jantungnya hampir merosot ke lambungnya itu dengan sekuat tenaga tanpa melihat siapa atau apa itu lalu berlari sekuat tenaga. Bodo, manusia apa bukan, kenal atau enggak, yang penting lari dulu.

Tanpa memperdulikan bajunya yang akan basah dan sepatunya yang berlumpur, Sanji berlari menembus hujan membelah lapangan sekolah yang becek. Melajukan kakinya sekuat tenaga tanpa menoleh kebelakang.

Ditempat tadi, cowok dengan puncak hijau merintih memegangi perutnya sanbil tertatih hendak mengejar Sanji. Sepertinya rencananya untuk menakut-nakuti Sanji malah berbalik kedirinya ditendang oleh si pirang.

"Jancuk, keras amat tendangannya." Si misterius itu siapa lagi kalau bukan si Rorojuro. Saking paniknya Sanji melupakan fakta bahwa ada seorang lagi siswa yang terkurung karena hujan digedung sekolah ini bersamanya.

"Gile, itu kaki ghaib apa? cepat amat larinya." Zoro hanya bisa mendengus melihat Sanji yang sudah melesat dan menghilang dengan begitu cepat. Mungkin ia berniat menyusul Sanji saja, tapi ia tak tahu kemana si pirang berlari dan kini sakit ditubuhnya bertambah satu kini menjadi dua. Sepertinya kaki Sanji sudah didesain sedemikian rupa untuk ini.

Lagi pula apa-apaan ekspresi ketakutan si pirang tadi. Bikin Zoro gemes pengen nyubit aja. Mungkin ini sisi lain dari Blackleg Sanji yang tidak Roronoa Zoro ketahui. Sisi imutnya yang sedang ketakutan. Bisa-bisanya orang yang kesannya jutek bin songong macam Sanji berteriak ketakutan cuma gara-gara Zoro iseng menyentuh tengkuknya

"Dia Omega ya?" Tanya Zoro pada dirinya sendiri, mengingat bau pahit yang dikeluarkan Sanji tadi saat merasa ketakutan. Meski pahit, Zoro masih dapat mencium aroma manis yang berbeda seperti bau yang terpisah. Aroma yang sama dengan yg menempel dirambut pirang Sanji.

Aromanya asam seperti jeruk tapi bukan jeruk, juga ada bau manis seperti vanilla. Rasanya seperti tengah berdiri diladabg dengan hamparan bunga lilac yang bermekaran disekelilingnya.

Zoro memerah, dengan tangan memegang mulutnya ia berpaling. "Pantesan imut banget." Gumam Zoro.

"Walau ngeselin," Lanjutnya tak percaya dengan apa yang mulutnya lontarkan sebelum akhirnya berlari mengejar Sanji. Mungkin saja calon Omega-nya itu belum pergi jauh.

Asjkasjk gemes banget, engga bohong.

-  ⚘  -

    By : thysfall

    By : thysfall

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
Cupid Secret Job [zosan]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें